Populix: “Generasi milenial pakai paylater untuk beli gadget dan liburan”

- 3 November 2023 - 09:18

PERUSAHAAN RISET POPULIX baru-baru ini mempublikasikan hasil riset terbarunya bertajuk “Unveiling Indonesia’s Financial Evolution: Fintech Lending and Paylater Adoption”. Ini adalah sebuah riset yang secara komprehensif mengungkapkan motivasi dan tren meningkatnya layanan paylater di masyarakat Indonesia. Menariknya lagi, milenial ternyata menjadi generasi yang paling banyak menggunakan layanan buy now pay later (BNPL) alias paylater.

Co-founder dan CEO Populix Timothy Astandu mengatakan, saat ini hasil penelitian Populix menunjukkan paylater memainkan peran signifikan dalam aktivitas ekonomi Indonesia. Hasil survei yang dilakukan pada September 2023 terhadap 1.017 responden pria dan wanita di Indonesia.

“Keterjangkauan paylater yang semakin meningkat bagi masyarakat, fleksibilitas dalam pembayaran cicilan, hingga kemudahan dalam proses registrasi mendorong penggunaan paylater sebagai salah satu solusi pembayaran inovatif untuk melakukan transaksi,” ujarnya pekan ini.

Baca juga: KoinWorks gandeng Tokban buka layanan paylater

Menurut dia, dari Secara umum, sebanyak 63 persen milenial diketahui menggunakan layanan paylater. Mayoritas responden menggunakan layanan paylater kurang dari sebulan sekali (51 persen) dan rata-rata hanya menggunakan satu aplikasi (82 persen).

Dari banyaknya brand penyedia layanan paylater yang masuk di pasar Indonesia, Shopee Paylater (89 persen) menjadi Top of Mind responden. Kemudian dengan GoPay Later (50 persen), Kredivo Paylater (38 persen), Akulaku Paylater (36 persen), Traveloka PayLater (27 persen), Home Credit (16 persen), Indodana (13 persen), dan Atome (5 persen).

Selain menduduki posisin Top of Mind, Shopee PayLater (77 persen) juga menjadi brand yang paling sering digunakan. Lalu GoPay Later (28 persen), Akulaku Paylater (18 persen), Kredivo Paylater (14 persen), Traveloka PayLater (9 persen), Indodana (4 persen), Home Credit (3 persen), dan Atome (2 persen).

Mayoritas (82 persen) responden memiliki cicilan paylater kurang dari Rp1 juta per bulannya. Lebih dari itu, nominal terbesar yang pernah digunakan oleh sebagian besar responden (75 persen) juga sebesar kurang dari Rp 1 juta. Hal ini menunjukkan responden telah memiliki perencanaan keuangan yang lebih baik dengan membatasi nominal cicilan yang mereka miliki sehingga pengeluaran bulanan tetap terkendali.

Baca juga: Bank BCA luncurkan layanan paylater

Dalam memilih brand paylater, responden akan mempertimbangkan beberapa hal, seperti terkoneksi dengan marketplace (71 persen), terdaftar di OJK (67 persen), pembayaran cicilan yang fleksibel (57 persen), kemudahan registrasi (52 persen) dan bunga rendah (50 persen).

Lebih lanjut hasil riset juga menemukan sebanyak 21 persen masyarakat mengaku menggunakan paylater untuk memenuhi kebutuhan elektronik dan aksesoris, diikuti dengan gadget terbaru sebanyak 19 persen, dan liburan dengan 10 persen.

Dari catatan yang ada, generasi milenial dan sebagian generasi Z tercatat sebagai penyumbang terbesar kredit bermasalah atau (nonperforming loan/NPL) DPD30+ pay later per April 2023.

PT Pefindo Biro Kredit atau IdScore mencatat rasio NPL pay later telah mencapai 9,7% atau di atas batas aman rasioNPL 5%. Secara nilai hingga bulan keempat tahun ini sebesar Rp3,28 triliun atau naik 72,6% yoy. Berdasarkan umur, rentang usia 20-30 tahun menyumbang 47,78% terhadap NPL pay later. Kemudian diikuti usia 30-40 tahun (lebih dari 20%), 40-50 tahun, dan kurang dari sama dengan 20 tahun.

Baca juga: Kartu kredit atau paylater, mana yang lebih menguntungkan?

Sebaran NPL berdasarkan usia tersebut sejalan dengan pengguna NPL yang sebagian besar atau 50,11% berusia 20-30 tahun. Kemudian rentang usia kedua terbanyak atau 28,2% adalah 30-40 tahun, 40-50 tahun (11,7%), kurang dari sama dengan 20 tahun (6.86%). Selanjutnya usia 50-55 tahun dan lebih dari sama dengan 55 tahun, masing-masing, menyumbang 1,92% dan 1,54%.

Direktur Utama Pefindo Biro Kredit Yohanes Arts Abimanyu mengatakan tren buruk NPL di produk pay later merupakan dampak dari kemudahan masyarakat mendapatkan pembiayaan dari layanan tersebut. “Rata-rata pengajuan BNPL cukup mudah karena tidak menggunakan scoring seperti layaknya kartu kredit,” tandasnya. ■

Foto: traveldailymedia.com

Comments are closed.