Reku: “Bitcoin berpotensi bearish menjelang to the moon”

- 4 Oktober 2023 - 22:02

BITCOIN masih menjadi aset yang sangat menarik di kalangan para pegiat kripto. Terlebih menjelang peristiwa yang ditunggu-tunggu untuk Bitcoin mencapai All Time High (ATH), yakni halving 2024.

Merespon potensi tersebut, Robby selaku Co-Founder dan Chief Compliance Officer (CCO) Reku mengatakan, walaupun Bitcoin dan aset kripto lainnya mengalami volatilitas signifikan hingga September tahun ini, namun dominasi Bitcoin masih terus meningkat.

“Dominasi Bitcoin berada di level 50,16 persen di Kuartal III 2023, sementara di Kuartal II sekitar 47 persen. Jadi ada kenaikan sekitar 3,16 persen. Ini menandakan bahwa permintaan Bitcoin pun terus meningkat,” ujar Robby dalam gelaran Bitcoin Outlook 2024 pada Rabu, 4 Oktober secara daring.

Baca juga: Reku kukuhkan posisinya sebagai market leader di ekosistem kripto

“Investor jangka menengah hingga jangka panjang tetap mengakumulasi Bitcoin, terutama untuk mempersiapkan halving,” tambah pria yang juga menjadi Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (ASPAKRINDO) itu.

Secara historis, halving Bitcoin di tahun 2013 mencatat peningkatan harga Bitcoin hingga 93,1 kali setara Rp164 juta. Kemudian Halving di tahun 2017, harga Bitcoin meningkat 30,1 kali yang membuat Bitcoin mencapai level Rp300 juta.

Selanjutnya tahun 2021 meningkat sebesar 7,8 kali, menyentuh All-Time-High (ATH) di angka Rp939 juta. Pada halving tahun 2024 mendatang, Bitcoin diproyeksi akan meningkat sebanyak 4,2 kali.

Namun, sebelum terjadinya lonjakan harga atau dikenal dengan istilah to the moon ini, Robby mengimbau masyarakat perlunya mempersiapkan diri untuk menghadapi kondisi bearish. “Kondisi bearish merupakan cycle klasik yang terjadi sebelum halving. Jadi sebelum halving, investor juga perlu bersiap menghadapi fluktuasi ini,” tambah Robby.

Baca juga: Industri kripto Indonesia bakal makin moncer

Secara historis, halving Bitcoin pada 2013 mencatat peningkatan harga Bitcoin hingga 93,1 kali setara 164 juta. Kemudian Halving pada 2017, harga Bitcoin meningkat 30,1 kali yang membuat Bitcoin mencapai level Rp 300 juta.

Selanjutnya 2021 meningkat sebesar 7,8 kali, menyentuh All-Time-High (ATH) di angka Rp 939 juta. Pada halving 2024 mendatang, Bitcoin diproyeksi akan meningkat sebanyak 4,2 kali.

Namun sebelum terjadinya lonjakan harga atau dikenal dengan istilah to the moon ini, masyarakat perlu mempersiapkan untuk menghadapi kondisi bearish.

“Kondisi bearish merupakan cycle klasik yang terjadi sebelum halving. Jadi sebelum halving, investor juga perlu bersiap menghadapi fluktuasi ini,” ujar Robby.

Crypto Analyst Reku, Afid Sugiono mengatakan akan selalu ada tren yang berpotensi sebagai katalis di balik halving Bitcoin. Pada halving 2017, Initial Coin Offering (ICO) menjadi katalis di balik bull run Bitcoin. Kemudian pada 2021, DeFi dan NFT menjadi faktor pendorong bull run.

Baca juga: Menunggu alih kewenangan dari Bappebti, OJK susun masterplan aturan dan pengawasan aset kripto

“Di tahun 2024 mendatang, beberapa tren yang berpotensi menjadi penggerak yakni ETF Bitcoin yang menawarkan variasi lain dalam berinvestasi Bitcoin serta kondisi makroekonomi atas keputusan The Fed dalam mempertahankan suku bunga,” kata Afid. ■

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Redaksi digitalbank.id tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.