Bank Mega Catat Laba Rp2,2 Triliun di Kuartal III/2025, Simpanan Deposito Melejit 44%

- 4 November 2025 - 09:26

PT Bank Mega Tbk berhasil membukukan laba bersih Rp2,2 triliun hingga September 2025, tumbuh 10,1% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Lonjakan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 26,3% menjadi Rp106,3 triliun—terutama dari simpanan deposito yang melonjak 44,4%—menjadi pendorong utama kinerja bank milik konglomerat Chairul Tanjung ini. Meski begitu, pendapatan bunga bersih dan margin keuntungan (NIM) mulai tertekan akibat biaya dana yang meningkat di tengah persaingan ketat sektor perbankan nasional.


Fokus Utama:

■ Laba Naik di Tengah Margin Menyempit – Bank Mega mencatat pertumbuhan laba bersih 10,1% meski pendapatan bunga bersih turun 5,3%.
■ Lonjakan Dana Deposito – DPK tumbuh 26,3% dengan deposito melesat 44,4%, menandakan kepercayaan tinggi nasabah korporasi dan ritel.
■ Kredit Tumbuh, Risiko Terkendali – Penyaluran kredit naik 5%, dengan rasio kredit bermasalah (NPL) berhasil ditekan di bawah 2%.


Bank Mega membukukan laba bersih Rp2,2 triliun hingga kuartal III/2025, naik 10,1% di tengah penurunan margin bunga. Pertumbuhan deposito 44,4% dan DPK 26,3% menopang kinerja kuat bank milik Chairul Tanjung.


Di tengah tekanan likuiditas dan kompetisi bunga tinggi, PT Bank Mega Tbk tetap mencatat kinerja solid hingga kuartal III/2025. Bank milik taipan Chairul Tanjung itu meraup laba bersih Rp2,2 triliun, naik 10,12% dibanding tahun sebelumnya yang mencapai Rp2 triliun.

Pertumbuhan laba tersebut terjadi meski pendapatan bunga bersih turun 5,29% menjadi Rp3,80 triliun, disebabkan penyusutan pendapatan bunga sebesar 0,94% dan kenaikan beban bunga 3,73%. Situasi ini menggambarkan dinamika yang dihadapi perbankan nasional: suku bunga tinggi membuat biaya dana membengkak sementara kompetisi produk simpanan makin ketat.

Namun Bank Mega mampu menekan beban operasional lainnya sebesar 22,36% YoY menjadi Rp1,21 triliun. Penghematan signifikan terjadi pada beban tenaga kerja yang turun 5,84% dan biaya promosi yang berkurang 4,71%. “Efisiensi menjadi fokus utama kami untuk menjaga profitabilitas di tengah kondisi pasar yang menantang,” ujar salah satu pejabat keuangan Bank Mega dalam laporan keuangan.

Dari sisi intermediasi, Bank Mega menyalurkan kredit Rp63,91 triliun, naik 5,03% dibanding tahun lalu. Kenaikan ini masih di bawah pertumbuhan kredit industri perbankan yang menurut OJK berada di kisaran 9,6% YoY pada September 2025. Artinya, strategi Bank Mega lebih konservatif dalam ekspansi kredit, dengan fokus pada kualitas aset.

Sebaliknya, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) menjadi bintang laporan keuangan. Total DPK naik 26,29% menjadi Rp106,33 triliun, didorong oleh lonjakan deposito 44,45% menjadi Rp82,15 triliun. Namun, simpanan giro dan tabungan justru turun masing-masing 24,07% dan 6,11%, menunjukkan preferensi nasabah terhadap produk dengan bunga lebih tinggi.

Secara rasio, kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) meningkat menjadi 29,51%, menandakan ketahanan modal yang lebih kuat. Sementara non-performing loan (NPL) gross turun ke 1,74% dan NPL net ke 1,17%, menunjukkan kualitas aset yang tetap terjaga. Namun, net interest margin (NIM) menurun menjadi 4,35% dari sebelumnya 4,91%, mencerminkan tekanan profitabilitas di tengah biaya dana tinggi.

Dari sisi laba non-operasional, Bank Mega mencatat lonjakan luar biasa 701,67% YoY menjadi Rp128,56 miliar, menunjukkan perbaikan signifikan dari tahun lalu. Secara keseluruhan, laba sebelum pajak mencapai Rp2,72 triliun, tumbuh 10,06%.

Kinerja Bank Mega ini mencerminkan pola umum industri perbankan 2025—di mana ekspansi digital dan efisiensi biaya menjadi kunci menghadapi tekanan margin. Data OJK menunjukkan, hingga kuartal III/2025, laba bersih perbankan nasional tumbuh sekitar 8,9%, didorong peningkatan fee-based income dan penurunan beban kredit bermasalah.


Digionary:

● DPK (Dana Pihak Ketiga) – Dana yang dihimpun bank dari masyarakat dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito.
● KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum) – Rasio yang menunjukkan kekuatan permodalan bank untuk menanggung risiko kredit dan operasional.
● NIM (Net Interest Margin) – Selisih antara pendapatan bunga yang diterima dan bunga yang dibayarkan terhadap aset produktif.
● NPL (Non Performing Loan) – Rasio kredit bermasalah terhadap total kredit yang disalurkan bank.
● YoY (Year on Year) – Perbandingan kinerja keuangan atau indikator tertentu dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

#BankMega #ChairulTanjung #PerbankanIndonesia #LabaBankMega #DepositoNaik #DPK #KinerjaKeuangan #NIM #KreditBermasalah #OJK #EkonomiIndonesia #SektorKeuangan #BisnisBanking #BankDigital #EfisiensiOperasional #KPMM #BankNasional #IndustriKeuangan #KreditBankMega

Comments are closed.