Indonesia menegaskan posisinya sebagai kekuatan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara dengan nilai transaksi mencapai Rp1.496 triliun pada 2024, dan diproyeksikan melonjak ke Rp6.649 triliun pada 2030. Pendorong utamanya datang dari ledakan ekosistem keuangan digital, terutama sistem pembayaran berbasis QRIS yang kini digunakan oleh jutaan UMKM di seluruh Indonesia. Namun, di balik optimisme itu, para ekonom mengingatkan pentingnya memperkuat literasi digital, keamanan siber, dan pemerataan infrastruktur di luar Jawa agar pertumbuhan ini berkelanjutan.
Fokus Utama:
●Nilai ekonomi digital Indonesia tembus Rp 6.649 triliun pada 2030, menjadikannya terbesar di ASEAN.
● Keuangan digital dan QRIS menjadi motor utama pertumbuhan, dengan 93% pengguna berasal dari sektor UMKM.
● Tantangan ke depan meliputi kesenjangan digital, keamanan siber, dan inklusi keuangan yang belum merata.
Indonesia diproyeksikan menjadi raksasa ekonomi digital ASEAN dengan nilai mencapai Rp 6.649 triliun pada 2030. Pendorong utamanya adalah keuangan digital dan QRIS yang digunakan jutaan UMKM, namun kesenjangan digital dan keamanan siber masih jadi tantangan utama.
Indonesia menegaskan dominasinya sebagai kekuatan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut nilai ekonomi digital nasional telah mencapai US$ 90 miliar (sekitar Rp 1.496 triliun) pada 2024 dan diperkirakan akan melonjak menjadi Rp 6.649 triliun pada 2030.
“Ekonomi digital telah tumbuh pesat dan menjadi salah satu yang terbesar di kawasan ASEAN,” ujar Airlangga dalam pembukaan Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia dan Indonesia Fintech Summit & Expo 2025 di Jakarta Convention Center, Kamis (30/10).
Pertumbuhan ini, menurut Airlangga, ditopang oleh transformasi keuangan digital yang merambah semua lini kehidupan, mulai dari sistem pembayaran, perbankan digital, hingga layanan keuangan inklusif di tingkat rumah tangga.
“Setiap keluarga Indonesia tentunya perlu mempunyai inklusi keuangan agar penyaluran berbagai program pemerintah seperti bantuan sosial lebih tepat sasaran,” paparnya.
Salah satu motor penggerak utama transformasi digital Indonesia adalah QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard). Airlangga menyebut, pengguna QRIS kini telah mencapai 56 juta orang, di mana 93% di antaranya merupakan pelaku UMKM.
“Bahkan di warung-warung kecil, sistem pembayarannya sudah menyediakan layanan QRIS. Ini menunjukkan bahwa digitalisasi telah tumbuh secara organik,” tegasnya.
Data Bank Indonesia (BI) mendukung pernyataan itu. Nilai transaksi digital melalui QRIS per September 2025 mencapai Rp 230 triliun, melonjak hampir 80% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara transaksi digital secara keseluruhan di e-commerce mencapai Rp 4.500 triliun.
Ekosistem ini memperlihatkan bahwa Indonesia bukan hanya konsumen digital terbesar di kawasan, tetapi juga mulai menjadi produsen teknologi finansial yang signifikan.
Meski prospek ekonomi digital Indonesia sangat besar, sejumlah analis menilai pertumbuhan ini masih menghadapi tantangan struktural. Selain itu, meningkatnya aktivitas digital juga memperbesar risiko keamanan siber. Data dari BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara) mencatat lebih dari 17 juta serangan siber terjadi sepanjang semester I/2025, mayoritas menargetkan sistem keuangan dan e-commerce.
Laporan Google-Temasek-Bain e-Conomy SEA 2024 juga menempatkan Indonesia sebagai negara dengan potensi digital terbesar di Asia Tenggara, namun menekankan bahwa keberlanjutan pertumbuhan hanya bisa terwujud bila akses internet cepat dan literasi digital diperluas secara merata.
Pemerintah tengah menyiapkan berbagai kebijakan lanjutan untuk menjaga momentum pertumbuhan ini. Salah satunya melalui Program Digitalisasi Nasional 2030, yang menargetkan 75% UMKM go digital dan 100% wilayah Indonesia terhubung dengan broadband berkecepatan tinggi.
Airlangga juga menegaskan pentingnya kolaborasi antara sektor publik dan swasta untuk memperkuat rantai nilai digital. “Kita ingin memastikan bahwa digitalisasi bukan hanya untuk kemudahan transaksi, tetapi juga untuk menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan produktivitas nasional,” katanya.
Dengan potensi pasar yang sangat besar dan populasi digital native yang terus tumbuh, Indonesia diyakini akan menjadi motor ekonomi digital ASEAN, menyalip Singapura, Malaysia, dan Vietnam dalam beberapa tahun mendatang.
Digionary:
● BSSN: Badan Siber dan Sandi Negara, lembaga yang mengawasi keamanan siber nasional.
● e-Conomy SEA: Laporan tahunan Google, Temasek, dan Bain & Company tentang ekonomi digital Asia Tenggara.
● Fintech: Teknologi finansial yang mempermudah transaksi dan layanan keuangan digital.
● Inklusi Keuangan: Akses masyarakat terhadap produk dan layanan keuangan formal.
● QRIS: Standar kode QR nasional untuk transaksi digital yang dikembangkan Bank Indonesia.
● UMKM: Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah — tulang punggung ekonomi rakyat Indonesia.
#EkonomiDigital #IndonesiaDigital #AirlanggaHartarto #QRIS #UMKM #FintechIndonesia #InklusiKeuangan #TransformasiDigital #EkonomiASEAN #TeknologiKeuangan #FestivalEkonomiDigital #DigitalisasiUMKM #KeamananSiber #BI #BSSN #DigitalFinance #EcommerceIndonesia #PertumbuhanEkonomi #DigitalTransformation #Ekonomi2030
