Pembiayaan kendaraan listrik dorong percepatan terbentuknya ekosistem green financing

- 15 Mei 2024 - 08:31

Pembiayaan kendaraan listrik ke depannya juga berkontribusi dalam mendorong percepatan terbentuknya ekosistem green financing di Indonesia. Namun, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan, porsi penyaluran pembiayaan untuk kendaraan listrik saat ini masih sangat kecil.

Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman mengatakan porsi penyaluran pembiayaan untuk kendaraan listrik masih minim sekali.

“Sampai dengam Maret 2024 berada di kisaran 0,01% dari total piutang pembiayaan yang ada,” katanya pekan ini.

Namun, meski porsi masih kecil, dia memperkirakan pembiayaan kendaraan listrik berpotensi untuk terus tumbuh ke depannya.

“Hal itu dilihat dari perkembangan kendaraan listrik yang cukup pesat, serta kuatnya dukungan pemerintah dalam membangun ekosistem kendaraan listrik,” kata Agusman.

Dia menambahkan, pembiayaan kendaraan listrik ke depannya juga berkontribusi dalam mendorong percepatan terbentuknya ekosistem green financing di Indonesia.

OJK mencatat piutang pembiayaan perusahaan multifinance sebesar Rp488,52 triliun pada Maret 2024. Nilai piutang pembiayaan pada Maret 2024, tumbuh 12,17% Year on Year (YoY).

Pertumbuhan Maret 2024 terbilang menguat jika dibandingkan Februari 2024. Adapun pada Februari 2024, tumbuh sebesar 11,73% YoY, dengan nilai Rp478,69 triliun.

Agusman menerangkan pertumbuhan itu didukung oleh profil risiko pembiayaan yang tetap terjaga, yang mana Non Performing Financing (NPF) Net tercatat sebesar 0,70% pada Maret 2024.

Adapun nilai tersebut menurun dari bulan sebelumnya yang mencapai 0,72%. Sementara itu, NPF Gross perusahaan pembiayaan pada Maret 2024 sebesar 2,45%. Angka itu menurun 0,1%, jika dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 2,55%.

Sebelumnya, Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) mencatatkan permintaan pembiayaan atau kredit untuk kendaraan listrik (electric vehicle/EV) terbilang masih minim. Sekitar 80% transaksi pembeliannya dilakukan secara tunai.

Menurut Ketua Umum APPI Suwandi Wiratno, perusahaan pembiayaan atau multifinance sendiri hadir untuk membantu masyarakat dalam hal pendanaan untuk pengadaan barang dan jasa. Namun untuk kasus EV sendiri sedikit berbeda.

Menurutnya, EV sendiri merupakan bagian dari varian kendaraan yang pada saat ini bisa dikatakan sedang dalam tren atau hype. Dalam hal ini, kebanyakan pembelinya paling tidak punya dana yang cukup.

“Pembeli EV hari ini tuh kebanyakan memang orang-orang yang paling tidak, dia cukup dananya, dan kedua, dia mau first experience. Maka pembelian EV ini masih 80% tuh orang beli tunai,” kata Suwandi belum lama ini. ■

Comments are closed.