SMF targetkan penyaluran pinjaman tahun ini capai Rp12,41 triliun

- 25 Mei 2022 - 09:06

PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) menargetkan pinjaman yang disalurkan pada 2022 mencapai Rp12,41 triliun, sementara penerbitan surat utang tahun ini diestimasi mencapai Rp3,30 triliun.

digitalbank.id – PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) menargetkan pinjaman yang disalurkan pada 2022 mencapai Rp12,41 triliun, sementara penerbitan surat utang tahun ini diestimasi mencapai Rp3,30 triliun.

Dalam laporan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) pekan lalu, Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo mengatakan, perseroan juga menargetkan sekuritisasi senilai Rp500 miliar. Dengan rencana bisnis tersebut, pendapatan diproyeksi mencapai Rp1,88 triliun dan laba bersih mencapai Rp 485,74 triliun.

Adapun, pada 2021, penyaluran pinjaman SMF tercatat mencapai Rp8,82 triliun, sekuritisasi tidak ada, dan penerbitan surat utang sebesar Rp6,10 triliun. Sedangkan pendapatan mencapai Rp2,12 triliun dan laba bersih Rp460 miliar. SMF memiliki total aset mencapai Rp33,72 triliun, liabilitas Rp19,50 triliun, dan ekuitas Rp14,02 triliun.

Lebih lanjut dia mengatakan Bank Indonesia (BI) dan pemerintah memproyeksi pertumbuhan ekonomi nasional yang positif di tahun ini, sehingga akan memberikan dampak pada industri perumahan di Indonesia. Namun, pertumbuhan industri perumahan di tahun 2022 pun diperkirakan tidak jauh berbeda dibandingkan tahun 2021.

“Pertumbuhan KPR pada 2022 bergerak sideways di angka 7%, dan berdasarkan data historis diketahui bahwa KPR FLPP memiliki proporsi sekitar 60%-65% dari total KPR yang ada, sehingga pertumbuhan KPR di tahun 2020-2022 masih didorong oleh pertumbuhan KPR FLPP,” katanya.

Dari sisi kebijakan moneter, kebijakan The Fed yang hawkish direspon oleh BI dengan tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuan BI 7-days reverse repo rate (BI7DRR) pada tingkat 3,5%. Tapi menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) hingga 300 bps untuk bank konvensional dan 150 bps untuk bank syariah.

Menurut dia, kenaikan GWM ini serupa dampaknya dengan kenaikan suku bunga acuan. Lebih lanjut, kenaikan GWM juga akan mempengaruhi posisi likuiditas perbankan yang akan menciptakan kondisi yang relatif kondusif bagi perseroan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.

Ada lima hal yang dilihat SMF menjadi prospek usaha. Pertama, menjaga bisnis sebagai perusahaan pembiayaan sekunder tetap sustain, di tengah sektor pembiayaan perumahan pada masa pandemi yang penuh tantangan.

Kedua, perluasan kegiatan usaha melalui implementasi perluasan mandat mendorong sektor pembiayaan perumahan.

Ketiga, mempersiapkan Change Technology Model dengan mengintegrasikan sistem pembiayaan perumahan perseroan. Keempat, penguatan SDM yang berkualitas. Kelima, meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak dalam mengembangkan inovasi untuk mendukung program pemerintah.

Dari sisi strategi, perseroan akan menjajaki sumber dana jangka panjang lainnya seperti pinjaman bilateral, two-step loans, green bonds maupun social bonds. Selain itu, perseroan akan menjajaki untuk penambahan anak perusahaan yang bergerak di bidang pembiayaan khusus perumahan, baik melalui proses akuisisi maupun pendirian anak usaha baru.

SMF juga melakukan penguatan struktur organisasi yang dinamis, kolaboratif dan adaptif sehingga mampu mendukung akselerasi bisnis sesuai perluasan mandat dari pemegang saham. Kemudian, optimalisasi pendapatan perseroan sebagai salah satu alternatif penempatan dana dalam mengatasi kondisi penurunan suku bunga deposito pada perbankan. Serta sinergi unit vertikal DJKN dalam mendukung program pembangunan nasional serta untuk lebih mengenalkan peran perseroan kepada masyarakat dan Pemerintah Daerah. (HAN)

 

Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.