Kantongi Laba Rp517,2 Miliar, Bank Neo Commerce Catat Kinerja Solid hingga Oktober 2025

- 16 Desember 2025 - 19:52

PT Bank Neo Commerce Tbk mencatat lonjakan kinerja signifikan hingga Oktober 2025 dengan total laba Rp 517,2 miliar, melonjak drastis dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Di tengah pengetatan kredit dan tantangan industri perbankan digital, Bank Neo memilih jalur konservatif dengan memperkuat kualitas aset, efisiensi operasional, dan permodalan. Strategi ini mulai membuahkan hasil dan menandai fase baru transformasi bisnis perseroan yang lebih matang dan berkelanjutan.


Di tengah tekanan industri keuangan digital yang kian kompetitif, PT Bank Neo Commerce Tbk (BNC) justru mencatat pembalikan arah kinerja yang impresif. Hingga Oktober 2025, bank berbasis digital ini membukukan laba Rp 517,2 miliar, melonjak 73 kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai Rp 6,9 miliar.

Lonjakan laba ini tidak datang secara instan. Di baliknya, Bank Neo menjalankan strategi yang cenderung tidak populer di era ekspansi agresif bank digital: menahan laju kredit, memperketat manajemen risiko, dan membangun fondasi keuangan yang lebih kokoh.

Direktur Utama Bank Neo Commerce, Eri Budiono, menegaskan bahwa capaian ini merupakan hasil dari proses panjang pembenahan internal dan konsistensi dalam menjaga kualitas bisnis.

“Kinerja positif hingga Oktober 2025 hasil dari pengendalian risiko yang disiplin, pengelolaan operasional yang makin baik, serta inovasi layanan yang terus kami perluas. Pencapaian ini menegaskan bahwa transformasi digital BNC telah memasuki fase yang mencerminkan fondasi yang lebih stabil dan berkelanjutan untuk pertumbuhan bisnis Perseroan,” kata Eri dalam Public Expose BNC di Jakarta, Selasa (16/12).

Aset dan Modal Menguat, Sinyal Kesehatan Keuangan

Sejalan dengan lonjakan laba, total aset Bank Neo per Oktober 2025 mencapai Rp 18,4 triliun, tumbuh 3,01% yoy dibandingkan Rp 17,9 triliun pada Oktober 2024. Modal inti pun naik signifikan menjadi Rp 4 triliun, meningkat 20,06% dari Rp 3,3 triliun pada periode sebelumnya.

Penguatan permodalan ini tercermin dari rasio kecukupan modal (CAR) yang melonjak ke level 47,7%, naik 11,88 poin dari tahun lalu. Angka ini jauh di atas ketentuan minimum regulator dan memberi ruang napas lebar bagi Bank Neo untuk ekspansi terukur ke depan.

Dari sisi efisiensi, rasio BOPO tercatat 82,8%, mencerminkan pengendalian biaya yang semakin solid. Net interest margin (NIM) berada di level 14,7%, sementara rasio kredit bermasalah (NPL gross) turun ke 2,8%, membaik dari 3,7% pada Oktober 2024.

Perbaikan kualitas aset ini terjadi seiring kebijakan penyaluran kredit yang lebih selektif. Hingga Oktober 2025, kredit yang disalurkan Bank Neo tercatat Rp 7,4 triliun, turun 14,1% yoy. Penurunan ini, menurut manajemen, merupakan langkah sadar untuk menjaga kesehatan portofolio, bukan sinyal pelemahan bisnis.

Langkah Bank Neo ini sejalan dengan tren industri. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa sepanjang 2025, sejumlah bank digital mulai menggeser fokus dari pertumbuhan agresif ke penguatan fundamental, menyusul lonjakan NPL di segmen kredit digital pada dua tahun sebelumnya.

Di sisi pendanaan, dana pihak ketiga (DPK) Bank Neo berada di posisi Rp 13,6 triliun. Stabilitas DPK ini menjadi indikator penting bahwa kepercayaan nasabah tetap terjaga, meski persaingan suku bunga dan produk digital semakin ketat.

Menurut Eri, Bank Neo akan terus mengembangkan layanan yang relevan bagi berbagai segmen nasabah, sambil memastikan setiap inovasi digital benar-benar memberi nilai tambah. “Kami percaya BNC berada di jalur yang tepat untuk menutup tahun 2025 dengan pencapaian laba penuh satu tahun yang historis bagi industri perbankan berbasis digital, terutama bagi Bank Neo Commerce,” ujar Eri.

● BOPO: Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional untuk mengukur efisiensi bank
● CAR (Capital Adequacy Ratio): Rasio kecukupan modal bank terhadap aset tertimbang menurut risiko
● Dana Pihak Ketiga (DPK): Dana yang dihimpun bank dari masyarakat seperti tabungan, giro, dan deposito
● Digital Banking: Model layanan perbankan berbasis teknologi digital tanpa ketergantungan pada kantor fisik
● NIM (Net Interest Margin): Selisih pendapatan bunga dengan beban bunga terhadap aset produktif
● NPL Gross: Rasio kredit bermasalah sebelum dikurangi cadangan kerugian
● Public Expose: Paparan kinerja perusahaan kepada publik dan investor

#BankNeoCommerce #BankDigital #KinerjaKeuangan #LabaPerbankan #TransformasiDigital #IndustriPerbankan #KeuanganIndonesia #OJK #PerbankanDigital #LaporanKeuangan #BisnisBank #EkonomiIndonesia #AsetPerbankan #ModalInti #NPL #BOPO #CAR #DPK #FintechBank #DigitalFinance

Comments are closed.