Bank Woori Saudara Indonesia (SDRA) mencatat total aset Rp59,6 triliun hingga September 2025, naik tipis di tengah pengetatan ekonomi dan perlambatan kredit. Meski pertumbuhan aset didorong oleh ekspansi pinjaman, penyaluran kredit cenderung stagnan dibandingkan akhir 2024. Namun, bank asal Korea Selatan ini tetap mampu menjaga rasio kredit bermasalah (NPL) di level rendah dan mempertahankan permodalan kuat dengan CAR mencapai 32,3%.
Fokus Utama:
■ Pertumbuhan aset Bank Woori Saudara mencapai Rp59,6 triliun, naik Rp895 miliar dibandingkan akhir 2024.
■ Penyaluran kredit stagnan di Rp46,1 triliun, namun kualitas kredit tetap terjaga dengan NPL bruto 2,35%.
■ Bank memperkuat fokus ke segmen ritel dan UMKM, memanfaatkan dukungan modal dan teknologi dari Woori Bank Korea.
Bank Woori Saudara (SDRA) mencatat kenaikan aset menjadi Rp59,6 triliun di kuartal III/2025. Namun, kredit stagnan di Rp46,1 triliun. Di tengah perlambatan ekonomi, bank asal Korea ini menjaga NPL rendah dan CAR tinggi, memperkuat digitalisasi serta fokus ke UMKM.
Di tengah tekanan ekonomi dan ketatnya likuiditas perbankan, PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk. (SDRA) mencatat kinerja stabil dengan total aset mencapai Rp59,6 triliun per September 2025. Angka ini meningkat Rp895 miliar dibandingkan posisi akhir 2024 yang sebesar Rp58,7 triliun.
Namun, pertumbuhan tersebut sebagian besar disumbang oleh ekspansi aset non-produktif, lantaran penyaluran kredit belum sepenuhnya pulih. Total kredit yang diberikan BWS tercatat Rp46,1 triliun, sedikit turun dibandingkan Rp46,88 triliun di akhir 2024.
“BWS memiliki skala ekonomi yang solid dan permodalan kuat untuk ukuran bank asal Korea Selatan yang beroperasi di Indonesia,” ujar Edo Ardiansyah, analis Phillip Sekuritas Indonesia.
Bank Woori Saudara masih mampu menjaga kualitas aset. Rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) bruto berada di level 2,35%, sementara NPL neto di 1,28% — relatif terkendali meskipun sektor ritel dan UMKM masih terdampak moderasi ekonomi.
Likuiditas tetap sehat dengan dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp32,42 triliun, tumbuh 3% secara tahunan. Sebagian besar likuiditas ditopang oleh pendanaan jangka panjang senilai Rp12 triliun dari induk usaha, Woori Bank Korea, yang juga memperkuat posisi modal inti menjadi Rp12,2 triliun.
Dari sisi profitabilitas, pendapatan bunga bersih mencapai Rp1,29 triliun selama sembilan bulan pertama 2025 — sedikit lebih rendah dibandingkan Rp1,31 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) bertahan di 3,23%, hanya turun tipis dari 3,26%.
Menariknya, sumber pendapatan nonbunga justru meningkat. Laba transaksi spot dan derivatif mencapai Rp51,2 miliar, sementara pendapatan komisi dan administrasi naik ke Rp103,8 miliar.
“BWS berada pada posisi strategis untuk memperkuat pertumbuhan di segmen ritel dan UMKM. Sinergi dengan Woori Bank Korea memungkinkan transfer teknologi dan praktik manajemen risiko yang lebih maju,” tambah Edo.
Meski demikian, analis menilai stagnasi penyaluran kredit menjadi catatan penting. Perlambatan ini bisa mencerminkan sikap hati-hati manajemen terhadap risiko makroekonomi, sekaligus tanda bahwa sektor konsumsi rumah tangga belum pulih penuh.
Dalam konteks industri, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebelumnya mencatat pertumbuhan kredit perbankan nasional melambat menjadi 9,5% year-on-year pada September 2025, dari 11,3% pada periode yang sama tahun lalu.
Dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) 32,3% dan kategori KBMI II, Bank Woori Saudara masih memiliki ruang ekspansi yang luas. Namun, arah kebijakan kredit akan menjadi kunci: apakah BWS memilih menjaga likuiditas atau kembali agresif di 2026.
Digionary:
● CAR (Capital Adequacy Ratio) → Rasio kecukupan modal bank yang menunjukkan seberapa kuat modal bank dalam menanggung risiko kredit.
● DPK (Dana Pihak Ketiga) → Dana yang dihimpun bank dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito.
● KBMI II → Klasifikasi bank berdasarkan modal inti antara Rp6–14 triliun.
● NIM (Net Interest Margin) → Rasio pendapatan bunga bersih terhadap aset produktif bank.
● NPL (Non-Performing Loan) → Rasio kredit bermasalah terhadap total kredit yang diberikan.
● Nonbunga → Pendapatan selain bunga pinjaman, seperti komisi, biaya administrasi, dan transaksi derivatif.
● Tier 1 Capital → Modal inti utama yang menunjukkan kekuatan keuangan utama bank.
#BankWooriSaudara #SDRA #PerbankanIndonesia #KreditPerbankan #WooriBankKorea #KinerjaBank #NPL #CAR #ModalInti #OJK #KreditUMKM #DigitalBanking #LikuiditasBank #BankAsingDiIndonesia #LaporanKeuanganBank #EkonomiIndonesia #PertumbuhanAset #IndustriKeuangan #KreditMacet #PhillipSekuritas
