Bank Mandiri menetapkan target ambisius menjadi institusi keuangan terbesar di Asia Tenggara dengan mengandalkan profitabilitas berkelanjutan. Perseroan menargetkan rasio pengembalian modal (ROE) mencapai 20% secara konsisten, didukung strategi digitalisasi, ekosistem bisnis terintegrasi, dan fundamental keuangan yang kuat hingga kuartal III 2025.
Fokus Utama:
● Bank Mandiri membidik posisi sebagai perusahaan keuangan terbesar di Asia Tenggara melalui profitabilitas dan ekspansi digital.
● Pertumbuhan kredit 11% dan rasio NPL hanya 1,03% menunjukkan kualitas aset yang sehat di tengah perlambatan ekonomi global.
● Penguatan ekosistem bisnis dan digitalisasi menjadi kunci Mandiri untuk menjaga pertumbuhan berkelanjutan.
Bank Mandiri menargetkan ROE 20% dan berambisi menjadi perusahaan keuangan terbesar di Asia Tenggara. Didukung strategi digital dan kinerja solid, Mandiri menyiapkan langkah besar untuk menantang raksasa finansial regional seperti DBS dan Maybank.
Bank Mandiri (BMRI) menatap panggung regional dengan ambisi besar, yakni menjadi institusi keuangan terbesar di Asia Tenggara. Target itu bukan sekadar jargon, melainkan strategi jangka panjang yang disertai dengan sasaran finansial konkret — yakni mempertahankan rasio return on equity (ROE) di kisaran 20% secara berkelanjutan.
“Kalau direfleksikan dalam sebuah target, Bank Mandiri ingin mencapai ROE yang best in class dan berkelanjutan, di kisaran 20% baik dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang,” ujar Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri, Novita Widya Anggraini, dalam Paparan Kinerja Kuartal III 2025 di Jakarta, Senin (27/10).
Optimisme itu, menurut Novita, berakar dari “DNA” Mandiri sebagai wholesale bank dengan jaringan korporasi dan ritel yang luas, diperkuat kemampuan digital yang terus berkembang. Ia menyebut transformasi digital Mandiri telah melampaui sekadar modernisasi layanan, melainkan menciptakan efisiensi, pertumbuhan fee-based income, dan pengalaman nasabah yang lebih terpadu.
Kinerja Fundamental Tetap Kokoh
Hingga akhir September 2025, Bank Mandiri mencatat pertumbuhan kredit 11% secara tahunan (year-on-year). Di sisi lain, kualitas aset tetap terjaga dengan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) hanya 1,03%, turun dibandingkan periode sebelumnya.
“Kami berkomitmen menjaga pertumbuhan yang seimbang antara ekspansi dan kualitas. NPL coverage kami juga sangat sehat, di posisi 271%,” kata Novita.
Capaian ini memperkuat posisi Mandiri sebagai bank dengan kinerja paling solid di antara kelompok Himbara (Himpunan Bank Milik Negara). Pada semester I 2025, laba bersih Bank Mandiri menembus Rp24,5 triliun, naik signifikan dibandingkan periode sama tahun lalu.
Strategi Ekosistem dan Digitalisasi
Bank Mandiri kini fokus pada pengembangan ekosistem bisnis terintegrasi, di mana layanan perbankan tidak lagi berdiri sendiri, melainkan menjadi bagian dari rantai nilai pelanggan — mulai dari supply chain financing, digital payment, hingga wealth management.
Pendekatan ini, dikombinasikan dengan kapabilitas digital yang terus diperluas melalui super app Livin’ by Mandiri dan platform korporasi Kopra by Mandiri, menjadi pendorong utama pertumbuhan pendapatan non-bunga.
Dalam laporan keuangan kuartal III 2025, total dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun Bank Mandiri mencapai Rp1.884 triliun, dengan porsi besar berasal dari dana murah (current account saving account atau CASA). Struktur pendanaan ini memberikan ruang bagi Mandiri untuk menjaga margin bunga bersih (net interest margin) tetap kompetitif di tengah ketatnya likuiditas industri.
Arah ke Depan
Visi menjadi lembaga keuangan terbesar di Asia Tenggara, menurut analis keuangan, menempatkan Bank Mandiri di jalur yang realistis. Dengan aset yang per September 2025 telah melampaui Rp2.200 triliun, Mandiri kini bersaing ketat dengan bank-bank besar kawasan seperti DBS Singapura dan Maybank Malaysia.
Riset S&P Global Market Intelligence terbaru juga menempatkan Mandiri sebagai salah satu bank dengan rasio profitabilitas terbaik di ASEAN, seiring strategi efisiensi dan digitalisasi agresif yang menekan biaya operasional.
Tantangannya, terletak pada kemampuan mempertahankan pertumbuhan di tengah tekanan global seperti pelemahan ekonomi China dan gejolak suku bunga tinggi di AS. Namun, dengan fondasi digital yang kuat dan ekosistem bisnis yang luas, Mandiri tampaknya berada di jalur yang tepat untuk mewujudkan visinya.
Digionary:
● CASA (Current Account Saving Account): Dana murah yang terdiri dari tabungan dan giro, berperan penting dalam menekan biaya dana bank.
● DPK (Dana Pihak Ketiga): Total dana yang dihimpun bank dari nasabah melalui tabungan, giro, dan deposito.
● Himbara: Himpunan Bank Milik Negara, terdiri dari BRI, BNI, Mandiri, dan BTN.
● NPL (Non Performing Loan): Rasio kredit bermasalah terhadap total kredit yang diberikan.
● NPL Coverage: Perbandingan antara cadangan kerugian kredit dan total NPL, menunjukkan kemampuan bank menutup risiko gagal bayar.
● ROE (Return on Equity): Rasio laba bersih terhadap modal sendiri, mengukur efektivitas penggunaan modal.
● Wholesale Bank: Bank yang fokus melayani nasabah korporasi besar, institusi, dan pemerintah.
● Livin’ by Mandiri: Aplikasi digital ritel Bank Mandiri untuk transaksi perbankan personal.
● Kopra by Mandiri: Platform digital Mandiri untuk layanan nasabah korporasi.
#BankMandiri #BMRI #AsiaTenggara #PerbankanIndonesia #DigitalBanking #TransformasiDigital #ROE #KinerjaKeuangan #Himbara #EkonomiASEAN #MandiriLivin #KopraMandiri #PerbankanDigital #AsetKeuangan #Profitabilitas #EkosistemDigital #Fintech #Bumn #BankingTransformation #IndonesiaFinance
