Raup Laba Rp2,19 Triliun, Efisiensi dan Kehati-hatian Jadi Kunci Panin Bank Bertahan di 2025

- 28 Oktober 2025 - 07:46

Di tengah tekanan bunga tinggi dan permintaan kredit yang lesu, Panin Bank mampu menjaga laba bersih Rp2,19 triliun hingga kuartal III-2025. Strategi efisiensi operasional, diversifikasi pendapatan, dan permodalan kuat menjadi penopang utama di saat banyak bank menahan ekspansi kredit.


Fokus Utama:

● Efisiensi operasional dan diversifikasi pendapatan menopang kinerja Panin Bank di tengah pelemahan permintaan kredit.
● Cadangan kerugian kredit meningkat 35,12%, mencerminkan kehati-hatian menghadapi risiko kualitas aset.
● Permodalan dan likuiditas solid, dengan CAR 37,47% dan LDR 88,97%, menjaga kepercayaan investor dan stabilitas jangka panjang.


Panin Bank catat laba bersih Rp2,19 triliun hingga kuartal III-2025 meski kredit melambat. Strategi efisiensi, cadangan konservatif, dan permodalan kuat jadi kunci stabilitas di tengah suku bunga tinggi.


Ketika sebagian besar bank nasional masih berhitung ulang arah ekspansi akibat bunga tinggi dan permintaan kredit yang lemah, PT Bank Panin Tbk (PNBN) justru berhasil menjaga kinerja solid. Hingga akhir kuartal III-2025, Panin Bank mencatat laba bersih konsolidasi sebesar Rp2,19 triliun, meski terkoreksi 4,37% dibandingkan periode sama tahun lalu.

Presiden Direktur Panin Bank, Herwidayatmo, menjelaskan bahwa pencapaian ini tidak datang dari pertumbuhan kredit, melainkan dari efisiensi operasional dan peningkatan pendapatan non-bunga. “Biaya operasional berhasil ditekan 5,0%, sementara fee based income naik 5,53%, terutama dari transaksi surat berharga,” ujarnya.

Namun, penurunan laba bersih terjadi karena bank memperbesar cadangan kerugian kredit menjadi Rp1,22 triliun, naik 35,12% dibanding tahun lalu. Langkah ini, kata Herwidayatmo, diambil sebagai bentuk kehati-hatian menghadapi penurunan kualitas portofolio kredit di tengah ekonomi yang masih belum sepenuhnya pulih.

Dari sisi neraca, total aset Panin Bank tercatat Rp226,64 triliun, sedikit menurun dari Rp230,59 triliun tahun sebelumnya. Penyaluran kredit juga turun 4,72% menjadi Rp141,99 triliun, dipengaruhi oleh sikap “wait and see” pelaku usaha dan suku bunga pinjaman yang relatif tinggi. “Permintaan kredit baru belum sepenuhnya pulih, terutama di sektor komersial dan korporasi,” ujar seorang analis perbankan.

Di sisi lain, Panin Bank memilih menahan laju pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK), yang turun 2,02% menjadi Rp149,99 triliun, dan menggantinya dengan sumber pendanaan jangka panjang melalui obligasi. Tahun ini, Panin Bank menerbitkan Obligasi Berkelanjutan IV Tahap III Tahun 2025 senilai Rp3,2 triliun, terdiri dari dua seri—Rp2,15 triliun tenor tiga tahun dan Rp1,05 triliun tenor lima tahun.

Untuk menjaga basis nasabah ritel, Panin Bank menggelar kembali program Panin Super Bonanza 2025, dengan hadiah 12 Mercedes-Benz C 200 Avantgarde Line dan uang tunai Rp11,6 miliar untuk lebih dari 2.000 pemenang. Program loyalitas ini diharapkan memperkuat dana murah (CASA) dan memperluas basis nasabah aktif.

Dari sisi permodalan, posisi Panin Bank tergolong sangat kuat. Modal inti mencapai Rp54,14 triliun dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 37,47%, naik dari 34,08% pada 2024. Sementara Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di level konservatif 88,97%, menandakan likuiditas bank tetap terjaga dengan baik.

Dengan fundamental keuangan yang kokoh, Panin Bank masih menjadi salah satu bank kelas menengah yang paling stabil di Indonesia. Di tengah kondisi global yang penuh ketidakpastian dan kebijakan moneter ketat, konsistensi Panin Bank menekan biaya, menjaga permodalan, serta fokus pada pertumbuhan pendapatan non-bunga menjadi bukti kemampuan adaptasi yang tinggi.
“Ke depan, kami akan tetap fokus pada pertumbuhan yang berkualitas, bukan sekadar mengejar volume,” tutup Herwidayatmo.


Digionary:

● CAR (Capital Adequacy Ratio) – Rasio kecukupan modal bank untuk menanggung risiko kerugian.
● CASA (Current Account Savings Account) – Dana murah dari giro dan tabungan nasabah.
● DPK (Dana Pihak Ketiga) – Total dana masyarakat yang disimpan di bank dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito.
● Fee Based Income – Pendapatan bank yang berasal dari biaya layanan non-kredit, seperti transaksi surat berharga.
● LDR (Loan to Deposit Ratio) – Rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga, mencerminkan likuiditas bank.
● Obligasi Berkelanjutan – Program penerbitan obligasi dalam beberapa tahap oleh satu entitas yang sama.
● Portofolio Kredit – Kumpulan pinjaman yang disalurkan oleh bank kepada debitur.
● Wait and See – Sikap menunggu perkembangan situasi ekonomi sebelum mengambil keputusan bisnis besar.

#PaninBank #PerbankanIndonesia #LabaBersih #KinerjaBank #EfisiensiOperasional #KreditPerbankan #BankingStrategy #KeuanganNasional #IndustriKeuangan #Herwidayatmo #FeeBasedIncome #PaninSuperBonanza #ObligasiBank #CAR #CASA #DPK #LikuiditasBank #Ekonomi2025 #BankingNews #DigitalBankID

Comments are closed.