Bukan Sekadar Tambahan, Pelatihan AI Jadi Kunci Lonjakan Produktivitas di Dunia Kerja Modern

- 8 November 2025 - 04:42

Riset terbaru London School of Economics dan Protiviti membuktikan, perusahaan yang melatih karyawannya menggunakan AI bisa menggandakan produktivitas hingga 11 jam kerja tambahan per minggu. Namun, 68% pekerja global belum pernah menerima pelatihan serupa. Kesenjangan ini berisiko menimbulkan “jurang efisiensi” antara perusahaan yang siap dan yang tertinggal.


Fokus Utama

■ Pelatihan AI meningkatkan produktivitas hingga dua kali lipat dibanding penggunaan tanpa pelatihan.
■ 68% pekerja global belum pernah mendapatkan pelatihan AI, menciptakan jurang efisiensi antar perusahaan.
■ Generasi muda memimpin adopsi AI di tempat kerja, namun kesetaraan pelatihan lintas usia diperlukan agar manfaatnya merata.


Riset LSE dan Protiviti mengungkap pelatihan AI mampu menggandakan produktivitas kerja hingga 11 jam per minggu. Namun 68% pekerja global belum dilatih. Mengapa pelatihan AI menjadi investasi paling menguntungkan bagi perusahaan?


Ketika banyak perusahaan masih memperdebatkan apakah teknologi kecerdasan buatan (AI) akan menggantikan pekerjaan manusia, data justru berbicara sebaliknya: AI tidak mencuri pekerjaan, melainkan menambah nilai bagi mereka yang mampu memanfaatkannya.

Sebuah studi global dari London School of Economics’ Inclusion Initiative bekerja sama dengan firma konsultan bisnis Protiviti menunjukkan, karyawan yang dibekali pelatihan AI secara resmi mampu menghemat rata-rata 11 jam kerja per minggu. Sebaliknya, mereka yang tidak dilatih hanya berhasil menghemat sekitar 5 jam.

Secara ekonomi, efisiensi itu setara dengan US$18.000 tambahan produktivitas per karyawan setiap tahun. Namun, hasil mencengangkan ini hanya muncul ketika perusahaan memberikan dukungan dan pelatihan sistematis, bukan sekadar menginstruksikan karyawan untuk “pakai AI”.

“Bagi para pemimpin bisnis, prioritasnya jelas: menutup kesenjangan pelatihan AI adalah cara tercepat untuk membuka hasil nyata,” ujar Grace Lordan, Direktur dan peneliti utama The Inclusion Initiative. “Membekali karyawan dengan keterampilan yang tepat bukan hanya meningkatkan produktivitas individu, tetapi juga mempercepat inovasi dan memperkuat kinerja organisasi secara keseluruhan.”

Sayangnya, survei ini juga menyoroti jurang besar dalam kesiapan korporasi menghadapi era otomatisasi. Sekitar 68% responden mengaku belum pernah menerima pelatihan AI selama setahun terakhir, padahal 93% pekerja yang dilatih mengaku rutin menggunakan aplikasi AI untuk meningkatkan kinerja mereka.

Generasi Muda Lebih Cepat Beradaptasi

Kesenjangan lain muncul di antara generasi pekerja. 82% generasi Z mengaku telah menggunakan AI untuk menunjang pekerjaan, sementara di kalangan Baby Boomers angkanya hanya 52%.

Menariknya, generasi muda juga dua kali lebih banyak mendapatkan pelatihan dibandingkan rekan senior mereka. Akibatnya, kelompok kerja yang lebih beragam secara usia namun sama-sama terlatih AI menunjukkan produktivitas 77% lebih tinggi, dibandingkan tim dengan tingkat keragaman usia rendah (66%).

In-house training AI yang diselenggarakan digitalbank.id bekerjasama dengan DigitalBank Academy dan Indonesia Applied Digital Economy & Regulatory Network (IADERN).

“AI bukan sekadar alat baru di kantor—ini katalis yang mengubah cara perusahaan memimpin dan memberdayakan karyawannya,” ujar Fran Maxwell, pimpinan global bidang People and Change di Protiviti. “Perusahaan yang mengintegrasikan AI dalam alur kerja harian dan memberi ruang bagi eksperimen akan menjadi yang terdepan menghadapi gelombang perubahan berikutnya.”

Masa Depan: Bukan Soal Teknologi, tapi Soal Pelatihan

Pesan utama riset ini sederhana: teknologi sebesar apa pun tidak akan berarti tanpa investasi pada manusia. AI dapat mengotomasi tugas administratif, membantu analisis data, dan mempercepat pengambilan keputusan, tetapi hanya karyawan yang memahami cara memanfaatkannya yang bisa mengubah teknologi itu menjadi keunggulan kompetitif.

Dalam konteks Indonesia, temuan ini relevan. Berdasarkan laporan WEF Future of Jobs 2025, 50% perusahaan di Indonesia berencana mengadopsi AI, namun baru sekitar 24% yang memiliki program pelatihan internal. Dengan kesenjangan kompetensi seperti ini, peluang produktivitas nasional bisa hilang jika dunia usaha tidak segera berinvestasi pada AI literacy.


Digionary

● AI (Artificial Intelligence) – Kecerdasan buatan yang memungkinkan mesin belajar dan bekerja layaknya manusia.
● Baby Boomers – Generasi kelahiran antara 1946–1964.
● Generasi Z (Gen Z) – Generasi yang lahir antara 1997–2012, dikenal cepat beradaptasi dengan teknologi.
● Katalis Organisasi – Faktor pendorong perubahan besar dalam budaya dan sistem kerja perusahaan.
● LSE (London School of Economics) – Universitas ternama di Inggris yang berfokus pada ekonomi dan ilmu sosial.
● Produktivitas – Rasio antara output kerja dan waktu atau sumber daya yang digunakan.
● Protiviti – Konsultan bisnis global yang fokus pada manajemen risiko, teknologi, dan transformasi organisasi.
● Transformasi Digital – Proses mengintegrasikan teknologi digital ke seluruh aspek bisnis.

#AITraining #ProduktivitasKerja #KecerdasanBuatan #DigitalTransformation #FutureOfWork #LSEStudy #ProtivitiResearch #WorkplaceInnovation #AIEducation #AIIndonesia #PelatihanAI #TechForBusiness #HumanCapital #Automation #DigitalLeadership #AIWorkplace #InovasiDigital #WorkplaceTrends #TechnologyAdoption #AIForProductivity

Comments are closed.