PT Bank Raya Indonesia Tbk(AGRO) membukukan laba bersih Rp41,97 miliar hingga kuartal III-2025, tumbuh 23,8% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Kinerja positif ini ditopang oleh strategi dual-track: ekspansi agresif kredit digital yang melesat 52,1% dan disiplin efisiensi melalui penurunan drastis beban pencadangan kerugian aset (impairment) sebesar 59,3%.
Fokus Utama:
● Laju Ekspansi Kredit Digital yang Spektakuler: Outstanding kredit digital Bank Raya membubung ke level Rp2,73 triliun, tumbuh 52,1% (yoy), didorong oleh penyaluran kredit digital sebesar Rp20,61 triliun yang naik 48,76%. Pertumbuhan ini mengalahkan rata-rata industri perbankan yang hanya tumbuh sekitar 7%-8% pada periode sama, sekaligus mencerminkan kesuksesan transformasi digital bank.
● Disiplin Fiskal dan Perbaikan Kualitas Aset: Bank Raya berhasil menekan beban impairment secara signifikan dari Rp319,64 miliar menjadi Rp130,19 miliar—turun 59,3%. Efisiensi ini, ditambah pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 23,1% menjadi Rp512,21 miliar, menjadi mesin utama pendorong profitabilitas di tengah tekanan suku bunga tinggi.
● Akuisisi Nasabah Digital dan Perkuat Dana Murah: Basis nasabah aplikasi Raya melampaui 1,6 juta pengguna dengan transaksi meningkat 45,4% (yoy). Bank juga berhasil memperkuat struktur pendanaan melalui porsi CASA (dana murah) yang tumbuh 38,8% menjadi Rp2,72 triliun, mendorong rasio CASA ke level 29,78% yang membantu menekan biaya dana.
Di tengah persaingan pasar perbankan Indonesia yang semakin sengit, Bank Raya menemukan formula pertumbuhan yang efektif melalui fokus pada segmen digital. Lonjakan outstanding kredit digital sebesar 52,1% bukanlah angka biasa—ini mencerminkan keberhasilan bank dalam mengeksekusi strategi digital-first di segmen yang selama ini kurang terjangkau perbankan konvensional.
Direktur Utama Bank Raya Ida Bagus Ketut Subagia dalam keterangannya menegaskan, “Penyaluran kredit digital sampai dengan kuartal III/2025 yang mencapai Rp20,61 triliun atau tumbuh 48,76% (year on year/YoY), telah mendorong pertumbuhan signifikan outstanding kredit digital Bank Raya mencapai Rp2,73 triliun tumbuh sebesar 52,1% (YoY).”
Pertumbuhan ini bahkan mengalahkan kinerja beberapa bank digital pesaing. Keberhasilan ini tidak lepas dari integrasi teknologi dalam proses bisnis, termasuk penerapan AI untuk analisis kredit yang disebut-sebut menjadi bagian dari strategi IT mereka.
Sementara banyak bank mengeluh tentang tekanan margin akibat kenaikan suku bunga, Bank Raya justru menunjukkan kemampuan manajemen risiko yang superior. Penurunan beban impairment sebesar 59,3% menunjukkan dua hal, yakni pertama, kualitas underwriting yang semakin baik, dan kedua, strategi pencadangan yang lebih prudent.
Hasilnya tercermin dalam rasio profitabilitas yang membaik. Net Interest Margin (NIM) membengkak dari 4,35% menjadi 5%—angka yang cukup tinggi di industri perbankan. Return on Asset (ROA) naik 6 bps menjadi 0,42%, sementara Return on Equity (ROE) melonjak 31 bps ke level 1,72%.
“Perbaikan rasio profitabilitas Bank Raya tercermin dari peningkatan rasio NIM pada kuartal III/2025 menjadi 5% dari sebelumnya 4,35%, serta rasio imbal hasil aset serta ekuitas yang masing-masing meningkat dari tahun sebelumnya,” jelas manajemen.
Tantangan dan Prospek di Sisa 2025
Meski kinerja kuartal III-2025 menggembirakan, tantangan ke depan tidak bisa dianggap remeh. Persaingan di segmen digital lending semakin ketat dengan masuknya pemain fintech dan bank besar yang juga agresif berburu nasabah digital.
Namun, Bank Raya memiliki beberapa keunggulan kompetitif. Pertumbuhan CASA yang mencapai 38,8% menunjukkan kemampuan menghimpun dana murah—senjata vital di tengat tingginya biaya dana. Dengan rasio CASA 29,78%, bank memiliki ruang untuk terus meningkatkan profitabilitas melalui pengurangan ketergantungan pada dana mahal.
Basis nasabah digital yang telah melewati 1,6 juta pengguna juga menjadi aset berharga untuk cross-selling produk lain. Digital saving yang tumbuh 61,4% menjadi Rp1,75 triliun membuktikan bahwa kepercayaan nasabah terhadap platform digital bank ini terus menguat.
Posisi di Peta Persaingan Perbankan Nasional
Dalam peta perbankan Indonesia, kinerja Bank Raya patut diapresiasi. Pertumbuhan laba 23,8% jauh di atas rata-rata industri yang diperkirakan hanya tumbuh single digit di kuartal yang sama. Strategi fokus pada segmen digital ternyata membuahkan hasil, meski dari sisi skala, bank ini masih termasuk dalam kategori bank kecil dengan total aset di bawah Rp20 triliun.
Ke depan, sustainability pertumbuhan akan bergantung pada kemampuan bank mempertahankan kualitas kredit di tengat ekspansi yang agresif, sekaligus terus berinovasi dalam layanan digital untuk mempertahankan loyalitas nasabah yang sudah dibangun.
Digionary:
● CASA (Current Account Saving Account): Dana murah yang berasal dari giro dan tabungan, menjadi indikator efisiensi biaya dana bank.
● Impairment (Kerugian Penurunan Nilai): Beban yang dicadangkan bank untuk menutupi potensi kerugian akibat kredit bermasalah.
● NIM (Net Interest Margin): Margin bunga bersih, selisih antara pendapatan dan beban bunga, indikator profitabilitas utama.
● Outstanding Kredit: Total kredit yang belum dibayar oleh debitur pada suatu periode.
● ROA (Return on Asset): Tingkat pengembalian aset, mengukur efisiensi bank menghasilkan laba dari aset.
● ROE (Return on Equity): Tingkat pengembalian ekuitas, mengukur efektivitas bank menghasilkan laba bagi pemegang saham.
#BankRaya#AGRO #LaporanKeuangan #KinerjaPerbankan #KuartalIII2025 #BankDigital #FintechIndonesia #LabaBank #TransformasiDigital #KreditDigital #FinancialTechnology #EfisiensiBisnis #PerbankanIndonesia #AnalisisSaham #Investasi #DigitalBanking #FinansialTeknologi #InovasiPerbankan #EconomyGrowth #BisnisPro
