Laba SMBC Indonesia Anjlok 23,85%: Kredit Melambat, Beban Terus Meningkat!

- 31 Oktober 2025 - 20:45

Bank SMBC Indonesia mencatat penurunan laba bersih 23,85% menjadi Rp1,7 triliun pada kuartal III 2025, seiring meningkatnya beban operasional dan perlambatan penyaluran kredit korporasi. Meskipun rasio kecukupan modal (CAR) dan likuiditas tetap kuat, sinyal tekanan pada efisiensi dan pertumbuhan kredit menjadi perhatian utama di tengah kondisi ekonomi yang masih tertahan.


Fokus Utama

● Penurunan laba signifikan akibat beban operasional dan provisi yang meningkat.
● Pertumbuhan kredit melambat seiring kehati-hatian korporasi menghadapi ketidakpastian ekonomi global.
● Rasio keuangan masih solid, tetapi efisiensi dan kualitas aset menjadi tantangan ke depan.


Bank SMBC Indonesia melaporkan laba bersih turun 23,85% menjadi Rp1,7 triliun pada kuartal III 2025. Perlambatan kredit, kenaikan beban, dan peningkatan provisi menjadi faktor utama. Meski rasio keuangan masih kuat, efisiensi dan kualitas aset menjadi tantangan berikutnya.


Bank Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) Indonesia melaporkan penurunan laba bersih sebesar 23,85% menjadi Rp1,7 triliun pada kuartal III 2025 dibandingkan Rp2,2 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Menurut laporan keuangan perseroan, pelemahan kinerja ini disebabkan oleh kombinasi perlambatan pertumbuhan kredit, kenaikan biaya dana, serta peningkatan beban provisi atau cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang mencerminkan sikap hati-hati bank terhadap risiko kredit.

Sementara pendapatan bunga bersih (net interest income) masih tumbuh tipis sekitar 3%, pertumbuhan tersebut tidak mampu menutup lonjakan beban operasional, termasuk biaya tenaga kerja dan teknologi digital. Pendapatan nonbunga juga relatif stagnan, menunjukkan terbatasnya diversifikasi pendapatan di luar sektor pembiayaan. Laba yang menurun menggambarkan adanya tekanan efisiensi di tengah kondisi ekonomi yang masih belum pulih sepenuhnya. Bank perlu menyeimbangkan antara ekspansi dan pengelolaan risiko

Per September 2025, total aset SMBC Indonesia mencapai sekitar Rp205 triliun, dengan loan to deposit ratio (LDR) turun menjadi 83% dari 87% pada periode yang sama tahun lalu, menandakan penyaluran kredit melambat dibandingkan laju pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK).

Sementara itu, rasio kecukupan modal (CAR) tetap kuat di atas 23%, jauh di atas ketentuan minimum OJK sebesar 8%. Namun, rasio efisiensi (BOPO) tercatat meningkat ke kisaran 70%, naik dari 65% pada kuartal sebelumnya — sinyal adanya tekanan biaya yang harus segera dikendalikan.

Beberapa ekonom menilai penurunan laba SMBC Indonesia mencerminkan gejala yang lebih luas di industri perbankan korporasi, di mana permintaan kredit baru melemah seiring korporasi menunda ekspansi akibat ketidakpastian global dan tingginya suku bunga acuan BI yang bertahan di 6,25%.

Di sisi lain, OJK dalam laporan September Banking Outlook 2025 juga mencatat perlambatan kredit industri perbankan nasional yang hanya tumbuh 7,9% (yoy), turun dari 10,3% pada 2024. Bank-bank korporasi seperti SMBC menghadapi tekanan ganda — margin bunga menipis, sedangkan permintaan kredit baru belum pulih.

Meski demikian, manajemen SMBC Indonesia menyatakan tetap optimistis terhadap prospek jangka menengah. Bank akan memperkuat pembiayaan sektor hijau, digitalisasi layanan, serta kerja sama pembiayaan proyek infrastruktur besar yang sesuai dengan strategi grup SMBC di Asia Tenggara.

SMBC Indonesia membukukan laba operasional sebesar Rp3,14 triliun pada kuartal III/2025. Angka itu meningkat 24,48% YoY dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp2,52 triliun. Sementara itu, perseroan mencatatkan rugi non operasional sebesar Rp210,47 miliar, menyusut 21,12% YoY dari kuartal III/2024 yang mencapai Rp266,81 miliar. Laba tahun berjalan sebelum pajak juga tercatat menyusut 23,00% YoY, dari Rp2,93 triliun menjadi Rp2,25 triliun hingga September 2025.

Dari sisi intermediasi, bank devisa hasil merger antara PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) dan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia itu menyalurkan kredit sebesar Rp176,41 triliun hingga September 2025. Nilai itu tumbuh 7,07% YoY dari periode yang sama tahun lalu Rp164,76 triliun. Pada saat yang sama, SMBC Indonesia menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp121,31 triliun pada kuartal III/2025, naik 6,99% YoY dari sebelumnya Rp113,39 triliun pada kuartal III/2024.

Baik simpanan giro, tabungan, dan deposito tercatat meningkat. Pada kuartal III/2025, simpanan giro SMBC Indonesia tumbuh 28,06% YoY dari sebelumnya Rp19,97 triliun menjadi Rp25,58 triliun. Simpanan tabungan tumbuh 10,72% YoY menjadi Rp20,00 triliun dan deposito naik tipis 0,50% YoY menjadi Rp75,72 triliun hingga September 2025.

Melihat indikator keuangan, rasio kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) SMBC Indonesia tercatat turun, dari periode yang sama tahun lalu 28,61% menjadi 27,28%. NPL gross tercatat naik dari 1,45% menjadi 1,60% dan NPL net meningkat dari 0,50% menjadi 0,76% pada kuartal III/2025. Adapun, pendapatan bunga bersih (net interest margin/NIM) tercatat turun menjadi 3,94% dari periode yang sama tahun lalu 4,12%, sedangkan biaya operasional terhadap pendapatan operasional meningkat menjadi 90,75% dari sebelumnya 83,00%.

Direktur Utama SMBC Indonesia Henoch Munandar memastikan perseroan menjaga kinerja yang solid sepanjang periode tersebut dengan merespon dinamika pasar serta pergeseran kebijakan moneter secara cepat dan efektif.

“Kami berupaya menciptakan dampak berkelanjutan dengan mendukung kemajuan ekonomi Indonesia, mendorong kesejahteraan nasabah, dan memberdayakan komunitas menuju pertumbuhan berkelanjutan. Seluruh upaya ini kami lakukan berlandaskan pola pikir adaptif serta komitmen terhadap pertumbuhan yang bermakna,” katanya.


Digionary:

● BOPO – Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional, indikator efisiensi bank.
● CAR (Capital Adequacy Ratio) – Rasio kecukupan modal bank terhadap aset tertimbang menurut risiko.
● CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai) – Dana yang disisihkan untuk mengantisipasi potensi kredit macet.
● DPK (Dana Pihak Ketiga) – Dana yang dihimpun bank dari masyarakat, seperti tabungan dan deposito.
● LDR (Loan to Deposit Ratio) – Rasio antara total kredit yang disalurkan terhadap total dana pihak ketiga.
● Net Interest Income (Pendapatan Bunga Bersih) – Selisih antara pendapatan bunga dari pinjaman dan biaya bunga atas dana.
● Nonbunga – Pendapatan di luar bunga, misalnya dari fee-based income.
● OJK (Otoritas Jasa Keuangan) – Lembaga pengawas sektor keuangan di Indonesia.
● Provisi – Biaya yang disisihkan untuk mengantisipasi potensi kerugian pinjaman.

#SMBCIndonesia #LabaBersih #PerbankanKorporasi #OJK #CKPN #BOPO #CAR #LDR #EfisiensiBank #KreditMelemah #EkonomiIndonesia #PerbankanDigital #BankAsing #SumitomoMitsui #IndustriPerbankan #Likuiditas #BungaTinggi #AnalisisEkonomi #RisikoKredit #PerlambatanEkonomi

Comments are closed.