CIMB Niaga Syariah meluncurkan cabang digital hybrid perdananya, sebuah langkah strategis yang bukan hanya merespons tren digitalisasi, melainkan juga fondasi kokoh menuju pemisahan entitas (spin-off) pada 2026. Dengan target aset Rp100 triliun dalam lima tahun, ekspansi ini didukung oleh perekrutan besar-besaran 500 karyawan baru dan pelatihan intensif untuk membangun daya saing di lanskap perbankan syariah Indonesia yang semakin dinamis.
Fokus Utama:
1. Peluncuran cabang digital syariah hybrid pertama di Jawa sebagai bentuk transformasi layanan dan persiapan strategis menuju spin-off.
2. Ambisi agresif CIMB Niaga Syariah mengejar aset Rp100 triliun dalam lima tahun pasca-pemisahan dari bank induk.
3. Strategi penguatan fondasi bisnis melalui peningkatan kapasitas SDM, dengan penambahan 1.000 karyawan syariah dan pelatihan intensif.
Jelang spin-off 2026, CIMB Niaga Syariah pacu transformasi digital dengan cabang hybrid. Simak strategi mereka mengejar aset Rp100 triliun dan tantangan memisahkan diri dari bank induk, sebuah proses yang disebut direksinya “lebih repot dari cerai.”
Di sebuah cabang bank yang terlihat lebih mirip kafe premium di kawasan Serpong, CIMB Niaga Syariah tidak sekadar membuka gerai baru. Mereka sedang meletakkan batu pertama bagi masa depannya yang independen. Keberadaan Syariah Digital Branch pertama di Pulau Jawa ini adalah sinyal paling nyata dari persiapan panjang menuju sebuah peristiwa besar: pemisahan diri dari bank induk pada 2026.
Lompatan digital ini terjadi di tengah persaingan sengit industri perbankan syariah Indonesia. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), aset industri perbankan syariah nasional terus menunjukkan tren positif, namun pangsa pasarnya masih berkisar di 7% dari total industri perbankan. Di sinilah CIMB Niaga Syariah, sebagai salah satu Unit Usaha Syariah (UUS) besar, berupaya menancapkan taring.
“Kantor cabang ini menghadirkan pengalaman perbankan yang komprehensif dan serba digital, namun tetap mempertahankan sentuhan layanan personal khas CIMB Niaga,” ujar Pandji P. Djajanegara, Direktur Syariah Banking CIMB Niaga, dalam peresmiannya, Rabu (22/10).
Konsep hybrid yang diusung memadukan efisiensi layanan digital—seperti mesin Self Service Banking (SSB) dan Digital Lounge—dengan kenyamanan interaksi manusiawi di ruang fisik yang didesain modern. Ini adalah jawaban atas pola perilaku nasabah modern yang menginginkan semuanya: cepat, mudah, namun tetap personal.
Di balik kemegahan cabang digital ini, tersimpan agenda yang jauh lebih besar. Peluncurannya adalah bagian dari strategi menyeluruh mempersiapkan spin-off UUS CIMB Niaga menjadi bank syariah penuh. Sebuah mandat yang diamanatkan oleh UU No. 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK), yang mewajibkan UUS untuk berpisah menjadi entitas mandiri.
Pandji, dengan gaya bicaranya yang blak-blakan, menggambarkan proses ini bukanlah perkara mudah. Ia mengibaratkannya dengan sebuah perceraian.
“Misal spin-off UUS CIMB itu, kita sudah suami istri lalu pisah dan disuruh cerai. Nah, kawin sama cerai prosesnya lebih lama mana? Lebih repot mana? kan cerai ya. Apalagi kalau sudah urusan bagi hasil. Kurang lebih urusannya kaya gitu,” ujarnya, disambut tawa hadirin yang memahami kompleksitas yang ia maksud.
“Repotnya” itu terletak pada pemisahan sistem, pembagian aset, dan yang paling rumit: pembagian hasil usaha dengan bank induk. Proses hukum dan operasionalnya membutuhkan ketelitian ekstra dan fondasi yang kokoh.
Ambisi Tiga Digit dan Perang Talenta
Pasca “pisah rumah” nanti, ambisi yang dicanangkan tidak main-main. Pandji menyatakan target yang jelas dan terukur: aset harus menembus Rp100 triliun dalam kurun lima tahun ke depan.
“Ekspektasi pada tahun 2030, kita minimum aset harus tembus tiga digit. Harus tembus Rp100 triliun dalam 5 tahun ke depan,” tegasnya.
Itu adalah lompatan yang signifikan. Untuk mewujudkannya, strategi tidak bisa mengandalkan digitalisasi saja. Fondasi manusia menjadi pilar krusial. Saat ini, CIMB Niaga Syariah didukung oleh 500 karyawan dedicated. Namun, untuk menjadi bank mandiri yang besar, jumlah itu harus berlipat ganda.
“Kita targetkan akan menjadi 1.000 karyawan. Karena kita akan fokus pada pembukaan cabang-cabang baru. Persiapan pertama ini harus kita lakukan,” jelas Pandji.
Rencana penambahan 500 karyawan ini adalah sinyal kuat bahwa ekspansi fisik masih relevan, bahkan bagi bank yang gencar mendigitalisasi. Namun, menemukan dan, yang lebih penting, melatih bakat yang tepat dengan kompetensi syariah dan digital menjadi tantangan tersendiri di industri yang juga sedang berebut talenta serupa.
“Jadi, yang dilakukan sehari-hari sekarang kita adalah training, training, training karyawan,” pungkas Pandji.
Dalam bisnis yang semakin kompleks, di mana teknologi dan syariah harus berjalan beriringan, CIMB Niaga Syariah tampaknya sadar: di balik layar canggih mesin SSB dan digital lounge, sumber daya manusialah yang akan menjadi pembeda utama dalam perlombaan menuju Rp100 triliun.
Digionary:
● Digital Lounge: Area dalam cabang bank yang dirancang untuk transaksi dan konsultasi mandiri menggunakan perangkat digital, menggantikan antrean teller konvensional.
●Self-Service Banking (SSB): Mesin atau terminal yang memungkinkan nasabah melakukan transaksi perbankan secara mandiri (seperti transfer, pembayaran, atau cetak rekening) tanpa bantuan karyawan.
●Spin-Off: Proses pemisahan suatu unit usaha dari perusahaan induknya untuk menjadi perusahaan yang independen dan berdiri sendiri.
●Unit Usaha Syariah (UUS): Divisi atau unit layanan syariah yang beroperasi di dalam bank konvensional, juga dikenal sebagai window syariah, yang wajib berspin-off menjadi bank syariah penuh berdasarkan UU P2SK.
#CIMBNiagaSyariah #BankSyariah #SpinOff #TransformasiDigital #EkonomiSyariah #PerbankanDigital #FintechSyariah #UUS #DigitalBranch #KeuanganSyariah #PerbankanIndonesia #OJK #CIMB #Serpong #EkspansiBank #SDM #Talenta #Rp100Triliun #P2SK #LayananHybrid
