Beban Utang Dunia Tambah Berat, Tembus US$337,7 Triliun!

- 30 September 2025 - 13:42

Utang global mencapai level tertinggi sepanjang sejarah, US$337,7 triliun pada kuartal II-2025, didorong oleh pelemahan dolar AS, stimulus fiskal, dan akomodasi bank sentral. Lonjakan utang menimbulkan kekhawatiran baru: meningkatnya risiko fiskal, potensi tekanan politik terhadap bank sentral, hingga ancaman “bond vigilante” di pasar obligasi.


Fokus Utama:

1. Utang Global Tembus Rekor – Kenaikan US$21 triliun dalam enam bulan pertama 2025 menandai akselerasi utang tercepat sejak pandemi 2020.
2. China & G7 Jadi Penyumbang Utama – China, AS, Jerman, Prancis, dan Jepang mencatat lonjakan terbesar, sementara emerging markets juga terpukul dengan utang baru US$3,4 triliun.
3. Risiko Pasar & Geopolitik – Tekanan fiskal, belanja militer, dan pelemahan dolar berpotensi memicu gejolak pasar obligasi, dengan imbal hasil G7 sudah mendekati rekor tertinggi sejak 2011.


Utang global kembali pecah rekor, menembus US$337,7 triliun pada kuartal II-2025. China, AS, dan G7 menjadi penyumbang utama, sementara emerging markets ikut terpukul. Risiko bond vigilante, tekanan fiskal, dan ancaman krisis baru kini menghantui pasar keuangan dunia.


Dunia kembali dihantui oleh gunung utang yang terus menjulang. Data terbaru Institute of International Finance (IIF) mengungkapkan, total utang global pada akhir kuartal II-2025 mencapai US$337,7 triliun, setara sekitar Rp5.639 kuadriliun (kurs Rp16.700/US$). Angka ini merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah modern.

Lonjakan utang sebesar US$21 triliun hanya dalam enam bulan pertama tahun ini menegaskan tren akumulasi utang global yang belum mereda sejak pandemi COVID-19. “Skala peningkatan ini sebanding dengan lonjakan pada paruh kedua 2020, ketika kebijakan darurat pandemi mendorong utang global naik tajam,” tulis IIF dalam laporan Global Debt Monitor.

China dan Negara G7 Jadi Pendorong Utama

Negara-negara besar seperti China, AS, Jerman, Prancis, Inggris, dan Jepang mencatat kenaikan utang paling signifikan. IIF mencatat, faktor pelemahan dolar AS sebesar hampir 9,8% sejak awal tahun turut memperbesar angka utang dalam denominasi dolar.

Di sisi lain, emerging markets juga menanggung beban besar. Total utang mereka naik US$3,4 triliun pada kuartal II, menembus US$109 triliun, rekor baru sepanjang sejarah. Rasio utang terhadap output di pasar negara berkembang kini di level 242,4%, juga tertinggi setelah revisi laporan Mei lalu.

Emre Tiftik, Direktur Riset Berkelanjutan IIF, memperingatkan tren ini akan menekan ruang fiskal banyak negara, terutama di tengah lonjakan belanja militer akibat eskalasi geopolitik. “Peningkatan utang terutama terjadi pada utang pemerintah, yang melonjak di negara-negara G7 dan China,” ujarnya.

Risiko Bond Vigilante

Fenomena yang kini menjadi sorotan adalah potensi munculnya kembali bond vigilante—sebutan bagi investor yang melepas obligasi negara dengan fiskal dianggap tidak berkelanjutan. IIF menyoroti tekanan fiskal di Jepang, Jerman, dan Prancis, yang berpotensi mengundang aksi investor semacam itu.

Pasar obligasi negara maju pun sudah menunjukkan gejolak. Imbal hasil obligasi tenor 10 tahun di negara G7 mendekati level tertingginya sejak 2011, menandakan biaya pinjaman kian mahal.

Laporan IIF juga menyoroti AS, di mana 20% dari total utang pemerintah kini berupa pinjaman jangka pendek. Lebih dari 80% obligasi baru yang diterbitkan juga jatuh tempo dalam jangka pendek, menciptakan ketergantungan tinggi pada refinancing. Kondisi ini bisa memunculkan tekanan politik agar bank sentral menahan suku bunga rendah, mengancam independensi kebijakan moneter.

Bayang-Bayang Krisis Baru

Jika tren utang ini berlanjut, risiko sistemik makin nyata. Bank Dunia sebelumnya sudah memperingatkan bahwa utang global yang terlalu tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi, menekan ruang fiskal, dan meningkatkan risiko krisis keuangan baru.

Dengan total utang kini setara lebih dari 324% PDB global, dunia menghadapi dilema: menekan utang lewat pengetatan fiskal berisiko memperlambat pemulihan, sementara membiarkannya menumpuk dapat memicu krisis keuangan besar-besaran.


Digionary:

● Bond Vigilante – Investor yang menjual obligasi negara karena menilai kebijakan fiskal tidak berkelanjutan.
● Emerging Markets – Pasar negara berkembang dengan potensi pertumbuhan tinggi namun berisiko lebih besar.
● Fiskal – Kebijakan pemerintah terkait pendapatan (pajak) dan belanja negara.
● Global Debt Monitor – Laporan pemantauan utang global yang diterbitkan oleh IIF.
● Imbal Hasil Obligasi (Yield) – Tingkat keuntungan yang diperoleh investor dari kepemilikan obligasi.
● Independensi Moneter – Kemampuan bank sentral menetapkan kebijakan suku bunga tanpa tekanan politik.
● Institute of International Finance (IIF) – Lembaga riset dan asosiasi global sektor keuangan yang rutin merilis data utang dunia.
● PDB (Produk Domestik Bruto) – Nilai total barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara atau global dalam periode tertentu.
● Rasio Utang – Perbandingan antara total utang dengan PDB.
● Refinancing – Proses pembiayaan ulang utang lama dengan menerbitkan utang baru.

#UtangGlobal #KrisisEkonomi #Fiskal #PasarObligasi #DebtCrisis #EkonomiDunia #China #AmerikaSerikat #Jepang #G7 #PasarEmerging #Geopolitik #BondVigilante #BankSentral #Moneter #SukuBunga #PDBGlobal #Ekonomi2025 #IIF #GlobalDebt

Comments are closed.