5.000 Pegawai Ikut Uji AI Agentic, Citigroup Tarik Garis Baru Dunia Kerja

- 24 September 2025 - 13:31

Citigroup mulai menguji teknologi kecerdasan buatan (AI) generasi terbaru yang disebut agentic AI, mampu menyelesaikan serangkaian tugas kompleks layaknya manusia. Uji coba melibatkan 5.000 pegawai dalam enam minggu ke depan. Teknologi ini berpotensi merevolusi cara kerja perbankan global, termasuk strategi efisiensi, pelayanan nasabah, hingga struktur tenaga kerja.


Fokus Utama:

1. Transformasi Citigroup – Bank global ini memulai uji coba agentic AI untuk mempercepat otomatisasi pekerjaan kompleks.
2. Potensi dan Risiko – AI agentic menjanjikan produktivitas tinggi, tetapi menimbulkan pertanyaan soal biaya dan dampaknya terhadap tenaga kerja.
3. Relevansi Industri Keuangan – Teknologi serupa dapat mengubah lanskap perbankan di Indonesia yang tengah menggenjot digitalisasi.


Citigroup mulai menguji AI agentic dengan 5.000 pegawai, teknologi baru yang mampu menyelesaikan tugas kompleks secara otomatis. Uji coba ini bisa mengubah wajah industri keuangan global, termasuk relevansinya bagi perbankan digital di Indonesia.

Citigroup mengambil langkah berani yang berpotensi mengubah wajah industri keuangan global. Bank raksasa asal Amerika Serikat ini mulai menguji coba teknologi kecerdasan buatan (AI) baru yang disebut agentic AI, yakni sistem yang mampu menyelesaikan serangkaian tugas kompleks secara otonom, mirip dengan cara kerja manusia.

Uji coba ini melibatkan 5.000 pegawai selama empat hingga enam minggu. Tujuannya sederhana tapi ambisius: mengukur sejauh mana teknologi baru ini bisa membantu pekerjaan staf, mulai dari riset hingga pemetaan profil klien.

David Griffiths, Chief Technology Officer Citi, mengatakan perkembangan AI dua tahun terakhir membuat teknologi ini jauh lebih stabil dan bisa digunakan dalam skala besar.

“Beberapa tahun lalu, Anda bisa mencoba hal-hal agentic dengan model awal, tapi hasilnya tidak selalu bisa diandalkan. Kini, mereka sudah jauh lebih baik dalam menggunakan berbagai alat,” ujarnya.

Citi mengembangkan sistem internal bernama Citi Stylus Workspaces, yang memadukan model AI dari Google Gemini hingga Anthropic Claude. Dengan platform ini, seorang pegawai bisa meminta AI meneliti klien, menyusun profil berdasarkan data publik dan internal, lalu menerjemahkannya ke bahasa asing—semua hanya dengan satu instruksi.

“Ini hanya satu contoh. Bayangkan ribuan pekerjaan serupa yang bisa diotomatisasi di seluruh perusahaan,” tambah Griffiths.

Biaya dan Efisiensi

Meski menjanjikan, penggunaan AI agentic tidak murah. Semakin panjang dan kompleks tugas yang dijalankan, semakin besar biaya komputasi yang diperlukan. Citi mengantisipasi hal ini dengan batasan ketat pada sistem, sementara biaya layanan AI sendiri terus menurun seiring persaingan antarpenyedia.

“Apakah ini berarti kita butuh lebih sedikit orang? Saya belum tahu. Yang jelas, kapasitas kerja kita akan meningkat jauh. Kita lihat bagaimana tenaga kerja berevolusi dengan tambahan kapasitas besar ini,” kata Griffiths.

Citi bukan satu-satunya yang menjajal teknologi ini. Perusahaan ritel global sudah menggunakan AI agentic untuk belanja kebutuhan, sementara perusahaan teknologi memanfaatkannya untuk menulis kode aplikasi dari nol. Deloitte dalam risetnya 2025 menyebut, bank-bank besar yang berhasil mengintegrasikan AI agentic berpotensi memangkas biaya operasional hingga 25% dalam lima tahun.

Relevansi untuk Indonesia

Bagi industri jasa keuangan di Indonesia, langkah Citi menjadi sinyal penting. Bank-bank besar di Indonesia memang sudah banyaj yang menggunakan AI untuk credit scoring hingga fraud detection. Namun, AI agentic bisa melangkah lebih jauh—menggabungkan berbagai fungsi, memotong waktu kerja yang biasanya butuh jam hingga hari, hanya dalam hitungan menit.

OJK (Otoritas Jasa Keuangan) sendiri dalam laporan 2024 menekankan pentingnya literasi AI untuk mendorong efisiensi perbankan digital. Namun, 67% perusahaan fintech di Indonesia masih mengaku kesulitan mendapatkan talenta dengan keahlian AI tingkat lanjut. Tanpa percepatan, industri keuangan domestik bisa tertinggal dalam persaingan regional. ■

Digionary:

● Agentic AI: Teknologi AI yang mampu menyelesaikan rangkaian tugas kompleks secara otomatis, layaknya manusia.
● Anthropic Claude: Model AI canggih buatan perusahaan teknologi Anthropic.
● Credit Scoring: Sistem penilaian kelayakan kredit nasabah berbasis data dan algoritma.
● Fraud Detection: Sistem untuk mendeteksi penipuan finansial menggunakan teknologi AI.
● Google Gemini: Model kecerdasan buatan generasi terbaru dari Google.
● OJK (Otoritas Jasa Keuangan): Lembaga pengawas industri jasa keuangan di Indonesia.
● Token (AI): Satuan biaya komputasi dalam penggunaan model AI.

#AI #AgenticAI #Citigroup #PerbankanDigital #Fintech #TransformasiDigital #OJK #ArtificialIntelligence #BigData #GoogleGemini #AnthropicClaude #FraudDetection #CreditScoring #BankingTechnology #FinancialInnovation #DigitalBanking #FinanceTransformation #GlobalBanking #FutureOfWork #AIIndonesia

Comments are closed.