Bank Permata mencatat laba bersih Rp2,88 triliun pada kuartal III/2025, tumbuh 3,49% secara tahunan meski tekanan terhadap margin bunga masih terasa. Efisiensi operasional dan pertumbuhan kredit menjadi kunci, sementara rasio permodalan dan kualitas aset tetap kuat di tengah dinamika ekonomi dan ketatnya persaingan bunga deposito.
Fokus Utama:
● Laba naik di tengah margin menyempit. Bank Permata mencatat kenaikan laba 3,49% YoY meski pendapatan bunga bersih menurun tipis 0,45%.
● Efisiensi dan digitalisasi menopang performa. Beban promosi turun 55,15% YoY, mendorong BOPO membaik ke 75,20%.
● Kredit dan DPK tumbuh stabil. Kredit naik 7,17% YoY ke Rp134,71 triliun, sementara DPK meningkat 6,87% YoY menjadi Rp195,87 triliun.
Bank Permata mencetak laba Rp2,88 triliun di kuartal III/2025, naik 3,49% YoY meski margin bunga tertekan. Efisiensi biaya dan pertumbuhan kredit menjaga profitabilitas di tengah ketatnya likuiditas.
Di tengah tekanan bunga tinggi dan persaingan antarbank yang semakin ketat, PT Bank Permata Tbk (BNLI) berhasil menjaga kinerja positif dengan membukukan laba bersih Rp2,88 triliun pada kuartal III/2025, naik 3,49% year on year (YoY) dari Rp2,78 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Meski pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) turun tipis 0,45% YoY menjadi Rp7,57 triliun, bank yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Bangkok Bank ini tetap mampu mempertahankan momentum pertumbuhan berkat efisiensi biaya dan peningkatan kualitas kredit.
Pendapatan bunga bruto tercatat naik 0,74% YoY menjadi Rp12,84 triliun, sementara beban bunga naik 2,50% YoY ke Rp5,27 triliun, mencerminkan dampak suku bunga tinggi di pasar simpanan.
Namun sisi positif muncul dari penurunan beban operasional lainnya sebesar 3,93% YoY menjadi Rp3,86 triliun. Komponen beban promosi anjlok drastis 55,15% YoY, dari Rp119,07 miliar menjadi hanya Rp53,40 miliar, menandakan strategi pemasaran yang lebih selektif dan digital.
Sebaliknya, beban tenaga kerja naik 7,06% YoY ke Rp2,47 triliun, seiring investasi pada talenta dan teknologi digital. Kerugian penurunan nilai aset keuangan juga meningkat 9,05% YoY menjadi Rp1,30 triliun, mencerminkan kehati-hatian dalam pencadangan risiko kredit.
Dari sisi intermediasi, dalam laporan keuangannya, Bank Permata menyalurkan kredit Rp134,71 triliun, tumbuh 7,17% YoY dibanding Rp125,69 triliun pada kuartal III/2024. Pertumbuhan ini utamanya disumbang oleh sektor konsumer dan komersial, dua fokus bisnis utama yang terus digarap agresif melalui digitalisasi proses kredit.
Di sisi penghimpunan dana, dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp195,87 triliun, naik 6,87% YoY. Meski deposito turun 5,96% YoY menjadi Rp77,37 triliun, tren positif terlihat dari kenaikan giro 22,35% YoY menjadi Rp71,08 triliun dan tabungan naik 10,53% YoY menjadi Rp47,41 triliun. Perubahan komposisi ini menunjukkan keberhasilan bank dalam mendorong dana murah (CASA).
Rasio kecukupan modal (KPMM) naik ke 34,96% dari 33,15% tahun lalu, menunjukkan bantalan modal yang kuat. Sementara rasio kredit bermasalah (NPL) relatif stabil, dengan NPL gross 2,14% dan NPL net 0,35%.
Meski net interest margin (NIM) turun menjadi 4,10% dari 4,35%, efisiensi operasional tetap terjaga. BOPO membaik menjadi 75,20%, menegaskan fokus bank terhadap optimalisasi produktivitas di tengah kondisi suku bunga yang belum sepenuhnya turun.
Kinerja solid Bank Permata sejalan dengan tren industri perbankan nasional. Berdasarkan data OJK per Agustus 2025, pertumbuhan kredit perbankan mencapai 10,06% YoY, dengan laba industri naik 8,3% YoY, didorong oleh efisiensi dan digitalisasi proses pembiayaan.
Digionary:
● BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional): Rasio efisiensi bank, makin kecil berarti makin efisien.
● CASA (Current Account Saving Account): Dana murah dari giro dan tabungan.
● DPK (Dana Pihak Ketiga): Dana yang dihimpun bank dari masyarakat melalui tabungan, giro, dan deposito.
● KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum): Rasio kecukupan modal untuk menjaga stabilitas keuangan bank.
● NIM (Net Interest Margin): Selisih antara pendapatan bunga dengan beban bunga terhadap aset produktif.
● NPL (Non Performing Loan): Rasio kredit bermasalah; indikator kualitas aset bank.
● NII (Net Interest Income): Pendapatan bunga bersih, selisih antara pendapatan dan beban bunga.
● YoY (Year on Year): Perbandingan kinerja tahun ke tahun.
#BankPermata #BNLI #LabaBersih #PerbankanIndonesia #BangkokBank #KinerjaBank #Kredit #DPK #CASA #NPL #KPMM #BOPO #NIM #EkonomiIndonesia #Keuangan #EfisiensiBank #DigitalBanking #IndustriKeuangan #Bisnis2025 #OJK
