Mastercard meluncurkan Global Financial Health Coalition, sebuah koalisi global yang menghimpun institusi keuangan, penyedia dompet digital, dan organisasi nirlaba untuk meningkatkan kesehatan finansial konsumen dan UMKM melalui tools digital. Inisiatif ini berfokus pada tiga prinsip utama: menghubungkan orang dengan produk keuangan yang tepat, memanfaatkan teknologi untuk perlindungan pengguna, dan memberdayakan perjalanan menuju kesejahteraan finansial.
Fokus Utama:
■ Strategi dan Komposisi Koalisi – Mastercard memimpin aliansi yang terdiri atas berbagai pemain kunci di ekosistem keuangan digital, termasuk DANA (Indonesia), GCash (Filipina), TrueMoney (Thailand), dan MTN Group Fintech (Afrika), menunjukkan pendekatan kolaboratif yang lintas batas dan sektor.
■ Tiga Pilar Prinsip Inti – Koalisi ini tidak hanya berfokus pada akses, tetapi juga pada perlindungan dan pemberdayaan, dengan berkomitmen untuk menghubungkan orang dengan tools yang tepat, memanfaatkan teknologi untuk keamanan, dan mendukung perjalanan menuju kesejahteraan finansial.
■ Konteks dan Inisiatif Pendukung – Peluncuran koalisi ini merupakan bagian dari strategi Mastercard yang lebih luas dalam mendorong inklusi digital, yang juga tercermin dari kemitraan sebelumnya dengan Smile ID untuk identitas digital di Afrika dan ekspansi layanan remitansi dengan BMO.
Mastercard luncurkan koalisi global dengan DANA, GCash, TrueMoney untuk tingkatkan kesehatan finansial 2,1 miliar orang. Simak strateginya wujudkan ketahanan finansial.
Di tengah capaian inklusi keuangan global yang terus merangkak naik, sebuah paradoks justru mengemuka: memiliki akses ternyata tidak lantas menjamin ketahanan finansial. Mastercard menjawab tantangan ini dengan meluncurkan Global Financial Health Coalition, sebuah koalisi ambisius yang menggandeng raksasa dompet digital seperti DANA, GCash, hingga TrueMoney. Inisiatif yang diumumkan dalam ASEAN Inclusive Growth Summit ini bukan sekadar wacana, melainkan aksi nyata untuk mentransformasi sistem keuangan global dari sekadar “memiliki akun bank” menuju “kesehatan finansial yang berkelanjutan”.
Data World Bank Global Findex 2025 mengungkap cerita yang belum selesai dari inklusi keuangan global. Meski 79% populasi dewasa dunia kini telah memiliki akun bank—melonjak dari 51% pada 2011—sebanyak 2,1 miliar orang masih tercatat sebagai underbanked atau unbanked. Yang lebih memprihatinkan, di negara berpendapatan rendah dan menengah, hanya sedikit lebih dari separuh orang dewasa yang mampu mengumpulkan dana darurat dalam 30 hari untuk menghadapi musibah seperti kehilangan pekerjaan, sakit, atau bencana alam.
“Kita harus memastikan bahwa individu tidak hanya terhubung dengan ekonomi digital, tetapi juga diberdayakan dan dilindungi—dengan alat, kepercayaan, dan kapabilitas untuk berpartisipasi aktif, bertransaksi, menabung, dan tumbuh,” tegas Bunita Sawhney, Chief Consumer Product Officer Mastercard, di Kuala Lumpur, awal pekan ini.
Transformasi digital, menurut Sawhney, telah memainkan peran kunci dalam memperluas akses ke alat keuangan. Lebih dari 85% orang dewasa di negara berpendapatan rendah dan menengah memiliki telepon genggam—75% di antaranya smartphone—yang memicu permintaan akan pengalaman perbankan dan pembayaran yang sederhana dan aman.
Namun, laporan Mastercard mengungkapkan kurangnya kesadaran dan kepercayaan masih menjadi penghalang utama penggunaan berkelanjutan alat-alat keuangan tersebut. Di sinilah koalisi baru ini hadir dengan tiga prinsip inti, yakni menghubungkan orang dengan alat keuangan yang tepat, memanfaatkan teknologi untuk melindungi mereka saat bertransaksi, dan memberdayakan perjalanan mereka menuju kesejahteraan finansial.
Yang membuat koalisi ini istimewa adalah komposisinya yang benar-benar global dan representatif. Dari Indonesia ada DANA, dari Filipina hadir GCash, sementara Thailand diwakili TrueMoney. Dari benua Afrika, MTN Group Fintech dan Axian bergabung, disusul Daviplata dari Kolombia mewakili Amerika Latin. Kelompok pemikir ternama Center for Financial Inclusion juga turut serta memberikan perspektif akademis.
“Tujuan kami adalah menciptakan lingkungan di mana inovasi berjalan secara bertanggung jawab, pengguna terlindungi, dan setiap orang memiliki alat serta pengetahuan untuk berkembang,” jelas Sawhney.
Dukungan dari para mitra pun mengalir deras. Vince Iswara, CEO dan Co-Founder DANA Indonesia, menyatakan komitmennya: “Inklusi keuangan di Indonesia memasuki babak baru—yang ditentukan tidak hanya oleh akses, tetapi oleh kepercayaan, pemberdayaan, dan ketahanan. Di DANA, kami melihat teknologi sebagai jembatan yang menghubungkan aspirasi dengan peluang.”
Dari Filipina, Tony Isidro, President dan CEO Fuse Financing Inc. (bagian dari GCash), menekankan pentingnya kolaborasi lintas batas: “Dengan bergabung dalam koalisi ini, kami bertujuan memperluas dampak melampaui batas negara kami, berbagi inovasi dan wawasan mobile-first kami untuk membantu memperkuat ketahanan finansial di seluruh pasar berkembang.”
Pendekatan regional yang diusung koalisi ini memang tepat sasaran. Di Asia Tenggara, penyedia dompet digital telah menjadi tulang punggung inovasi keuangan, sementara di Afrika dan Amerika Latin, kemitraan lintas sektor terbukti efektif memperluas akses dan kapabilitas keuangan.
“Ini bukan hanya tentang memasukkan orang ke dalam sistem keuangan,” pungkas Sawhney. “Ini tentang memastikan mereka memiliki alat dan kepercayaan diri untuk tidak hanya bertahan, tetapi benar-benar berkembang dalam ekonomi digital.”
Dengan menggabungkan kekuatan para pemain kunci di ekosistem keuangan digital global, koalisi ini berpotensi menjadi katalis untuk mengatasi kesenjangan kesehatan finansial yang selama ini menjadi tantangan tersembunyi di balik angka inklusi keuangan yang tampak gemilang.
Digionary:
● ASEAN Inclusive Growth Summit: Forum tingkat tinggi yang membahas strategi pertumbuhan inklusif di kawasan Asia Tenggara.
● Dompet Digital (Digital Wallet): Aplikasi yang memungkinkan pengguna menyimpan dana dan melakukan transaksi keuangan secara digital melalui perangkat seluler.
● Ekonomi Digital: Aktivitas ekonomi yang memanfaatkan teknologi digital dan internet sebagai tulang punggungnya.
● Financial Health (Kesehatan Finansial): Kondisi stabilitas dan ketahanan keuangan individu atau bisnis yang memungkinkan mereka memenuhi kebutuhan saat ini, pulih dari gejolak, dan merencanakan masa depan.
● Global Findex: Basis data global yang disusun World Bank yang melacak bagaimana orang menggunakan layanan keuangan.
● Inklusi Keuangan: Upaya untuk memberikan akses yang mudah dan merata bagi semua individu terhadap produk dan layanan keuangan formal.
● Underbanked: Individu yang memiliki akses terhadap beberapa layanan keuangan dasar, tetapi tidak terhadap layanan lengkap seperti kredit, asuransi, atau tabungan.
● Unbanked: Populasi dewasa yang sama sekali tidak memiliki akses ke layanan keuangan formal.
#Mastercard#KoalisiFinansialGlobal #KesehatanFinansial #Fintech #InklusiKeuangan #EkonomiDigital #DANA #GCash #TrueMoney #UMKM #FinancialHealth #DigitalPayment #FintechIndonesia #KetahananFinansial #GlobalCoalition #FinancialInclusion #ASEAN #WorldBank #Underbanked #EkonomiInklusif
