Urun Dana Jadi Tren Baru: Publik Kini Bisa Investasi dari Lapangan Padel hingga Film Layar Lebar

- 30 September 2025 - 21:56

Demokratisasi investasi makin nyata di Indonesia lewat skema securities crowdfunding (SCF). Dari lapangan padel di Kemang, film horor di layar bioskop, hingga klub sepak bola, masyarakat kini bisa menanamkan modal mulai dari jutaan rupiah. Platform seperti Bizhare dan Danamart bukan hanya menghimpun dana, tapi juga membangun komunitas investor sekaligus konsumen.


Fokus Utama:

  1. SCF membuka akses investasi publik ke proyek-proyek kreatif, olahraga, pertanian, hingga UMKM.
  2. Bizhare dan Danamart menunjukkan SCF sebagai instrumen pendanaan sekaligus strategi marketing dan loyalitas komunitas.
  3. OJK memperkuat regulasi melalui POJK No. 17/2025, menegaskan SCF sebagai pilar pengembangan pasar modal inklusif.

Investor Biasa, Proyek Luar Biasa

Suasana Sabtu siang di Kemang, Jakarta Selatan, tak biasa. Belasan orang berkumpul di lahan kosong seluas 3.300 m², bukan untuk bermain bola atau konser musik, melainkan untuk menanamkan modal di proyek lapangan padel. Mereka karyawan swasta, pegawai negeri, hingga pensiunan. Semuanya datang sebagai calon investor lewat skema securities crowdfunding (SCF).

Proyek bernama Padel LOOP Wellness Club itu digagas Bizhare. Targetnya ambisius: Rp1,6 miliar untuk 10% saham. Hingga akhir September 2025, sudah terkumpul Rp1,45 miliar—melewati batas minimal Rp1,29 miliar.

Heinrich Vincent, Founder dan CEO Bizhare, menyebut ini pengalaman perdana membuka SCF sektor olahraga. “Kalau target besar, kami sengaja bikin investor gathering offline agar calon investor lebih yakin. Ada yang masuk Rp50 juta hingga Rp500 juta,” ujarnya.

Dari Film ke Sepak Bola

Bizhare tidak berhenti di olahraga. Platform ini sebelumnya membuka akses publik membiayai film, seperti Glenn Fredly The Movie, Malam Pencabut Nyawa, hingga Tumbal Darah yang rilis Oktober 2025. Model ini bukan hanya menghimpun dana, tapi juga menggerakkan promosi lewat investor yang sekaligus menjadi duta informal.

Senada, Patrick Gunadi, CEO Danamart sekaligus Sekjen Asosiasi Layanan Urun Dana Indonesia (ALUDI), menegaskan SCF membangun keterikatan emosional antara perusahaan dan investor. “Contoh, proyek Sriwijaya FC. Fan klub bisa ikut memiliki tim kesayangannya. Menariknya, investor tidak hanya dari Sumatra Selatan,” kata Patrick.

Inovasi SCF bahkan masuk ke pertanian. Danamart memfasilitasi proyek budidaya bawang merah organik di Bali dengan ekosistem tertutup, asuransi pertanian, dan jaminan pasar. Model ini memberi kepastian bagi petani sekaligus keuntungan bagi investor.

Dukungan Regulasi dan Lonjakan Pertumbuhan

Meski pamornya belum sebesar fintech pinjaman daring, SCF mendapat dorongan regulasi. OJK merilis POJK No. 17/2025 yang menekankan transparansi dan perlindungan investor. Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar bahkan menyebut SCF sebagai pilar pengembangan pasar modal, khususnya dalam mendorong pencatatan emiten baru dari UMKM dan startup.

Pertumbuhan SCF: Dari Puluhan ke Triliunan

Perjalanan SCF dalam empat tahun terakhir menunjukkan lonjakan signifikan. Dari hanya Rp60 miliar pada 2021, pendanaan naik menjadi Rp180 miliar di 2022, Rp480 miliar di 2023, dan Rp900 miliar di 2024. Hingga paruh pertama 2025, total sudah menembus Rp1,3 triliun.

Bagan 1: Perkembangan Penghimpunan Dana SCF di Indonesia, 2021–2025)

Diversifikasi Sektor: UMKM Masih Dominan, Kreatif dan Olahraga Tumbuh Pesat

Tidak hanya jumlahnya yang naik, sektor yang digarap SCF juga makin beragam. Data 2025 menunjukkan UMKM & F&B masih dominan dengan Rp550 miliar. Film dan industri kreatif menyusul Rp320 miliar, olahraga Rp250 miliar, dan pertanian Rp180 miliar.

(Bagan 2: Komposisi Penghimpunan Dana SCF per Sektor, 2025)

Diversifikasi ini menjadi bukti bahwa SCF tidak sekadar instrumen keuangan, melainkan mekanisme inklusif yang membuka akses modal ke sektor-sektor yang selama ini sulit disentuh perbankan.

Demokratisasi Investasi

Dengan model ini, publik tidak lagi hanya menjadi penonton. Mereka bisa ikut memiliki sebagian saham lapangan olahraga, film layar lebar, restoran, bahkan klub sepak bola. Investor pun tidak hanya berharap imbal hasil, tetapi juga kebanggaan menjadi bagian dari cerita.

“Penerbit membuka penggalangan dana bukan hanya untuk cari uang. Dengan SCF, mereka juga bisa meningkatkan promosi, membangun komunitas, bahkan menciptakan loyalitas konsumen,” tutup Vincent.


Digionary

ALUDI: Asosiasi Layanan Urun Dana Indonesia, wadah resmi penyelenggara SCF.
Bizhare: Platform fintech urun dana yang memfasilitasi investasi publik di berbagai proyek bisnis.
Danamart: Platform SCF di Indonesia yang menggarap sektor olahraga, pertanian, hingga bisnis kreatif.
Demokratisasi investasi: Membuka akses investasi yang sebelumnya hanya dijangkau kalangan kaya ke publik luas.
Investor gathering: Pertemuan antara pengelola proyek dan calon investor untuk presentasi dan diskusi.
OJK: Otoritas Jasa Keuangan, regulator industri jasa keuangan termasuk SCF.
Padel: Olahraga raket asal Spanyol, mirip tenis namun dimainkan di lapangan lebih kecil dengan dinding kaca.
POJK: Peraturan OJK, dasar hukum industri keuangan.
SCF (Securities Crowdfunding): Skema penggalangan dana berbasis teknologi di mana publik bisa membeli saham proyek.
Sriwijaya FC: Klub sepak bola Indonesia yang membuka peluang kepemilikan lewat SCF.

#SecuritiesCrowdfunding #InvestasiRakyat #Bizhare #Danamart #OJK #FintechIndonesia #PadelIndonesia #FilmIndonesia #SriwijayaFC #StartupIndonesia #UMKM #InvestasiKreatif #InvestasiOlahraga #InvestasiFilm #InvestasiPertanian #DemokratisasiInvestasi #CrowdfundingIndonesia #PasarModal #Tekfin #EkonomiDigital

Disclaimer

Tulisan ini bersifat informatif dan tidak dimaksudkan sebagai ajakan atau rekomendasi investasi. Setiap keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembaca. Pastikan melakukan analisis menyeluruh serta memahami risiko sebelum menempatkan dana pada instrumen apa pun, termasuk melalui skema securities crowdfunding.

Comments are closed.