Aftech Bekali Anak Muda Babel Hadapi Dua Wajah Digitalisasi Keuangan

- 4 Desember 2025 - 13:05

Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) melancarkan ofensif edukasi keuangan digital ke wilayah di luar Jawa, dimulai dari Bangka Belitung, melalui program Infinity. Inisiatif ini bertujuan membentengi generasi muda dari maraknya pinjol ilegal dan penipuan digital, sekaligus mendorong pemanfaatan fintech legal untuk mengakselerasi potensi ekonomi lokal yang tengah bertransformasi digital.


Fokus Utama:

■ Aftech secara proaktif membawa program literasi keuangan digital ke daerah di luar Jawa, dimulai dari Bangka Belitung, sebagai respons langsung atas data bahwa 73,77% pengguna fintech masih terpusat di Jabodetabek, sementara daerah lain rentan menjadi sasaran fintech ilegal.
■ Program Infinity menyasar generasi muda di daerah dengan adopsi digital tinggi (Babel peringkat 2 IMDI) untuk membangun pemahaman dan kewaspadaan terhadap pinjol ilegal dan scam, mengubah mereka dari end-user pasif menjadi agen perubahan yang melindungi komunitasnya.
■ Inisiatif ini berjalan beriringan dengan target inklusi keuangan OJK (91% di 2025) dan realitas lonjakan transaksi digital di daerah (QRIS Babel naik 164,24%), menekankan bahwa literasi adalah fondasi wajib agar akses yang luas tidak berubah menjadi kerentanan yang masif.


Di tengah gegap gempita transaksi QRIS yang melonjak 164% di Bangka Belitung, terselip sebuah paradoks yang mengkhawatirkan. Semakin derasnya arus digitalisasi keuangan di daerah potensial itu justru membuka ruang yang sama besarnya bagi praktik pinjaman online (pinjol) ilegal dan penipuan digital untuk merajalela.

Menyadari ancaman ini, Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) memilih tak lagi berfokus pada pusat pertumbuhan di Jawa. Melalui program Indonesia Fintech Youth Community (Infinity), mereka turun langsung ke Provinsi Kepulauan Bangka Belitung—daerah dengan indeks masyarakat digital tertinggi kedua nasional—untuk melakukan vaksinasi dini. Sasaran utamanya adalah enerasi muda dan misinya adalah mengubah mereka dari sekadar pengguna menjadi garda terdepan yang cerdas dan kritis dalam ekosistem keuangan digital.

Peta adopsi fintech di Indonesia masih mirip sebuah pulau yang tak merata. Data Annual Members Survey Aftech 2024-2025 menunjukkan, 73,77% pengguna fintech terkonsentrasi di Jabodetabek. Sementara di luar Jawa, meski potensi ekonomi digitalnya besar, pemahaman masyarakat tentang seluk-beluk dan bahaya layanan keuangan digital justru kerap tertinggal. Celah inilah yang dimanfaatkan oleh para pelaku pinjol ilegal dan scam keuangan.

Merespons ketimpangan informasi ini, Aftech meluncurkan gerakan strategis. Program Infinity, yang merupakan bagian dari rangkaian Bulan Fintech Nasional (BFN) 2025 dan kampanye nasional #FintechAmanTepercaya, secara resmi dimulai dari Bangka Belitung. Pemilihan lokasi ini jauh dari sembarang.

“Generasi muda adalah penggerak utama ekonomi digital. Mereka perlu diberi pemahaman yang kuat tentang cara mengelola keuangan, mengenali risiko penipuan digital, serta memanfaatkan teknologi finansial secara aman dan bertanggung jawab. Program Infinity dirancang untuk menjawab kebutuhan itu,” tegas Firlie Ganinduto, Sekretaris Jenderal Aftech.

Bangka Belitung, menurut Firlie, adalah wilayah strategis. Provinsi ini bukan hanya menempati peringkat kedua nasional dalam Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) 2025, tetapi juga memiliki geliat transaksi digital yang mencengangkan. Data dari Bank Indonesia Perwakilan Babel menunjukkan, transaksi QRIS pada kuartal III-2025 melonjak 164,24%. Hingga Oktober 2025, volume transaksi telah mencapai 13,6 juta kali, didukung oleh 225.041 pengguna dan 181.089 merchant yang mayoritas adalah pelaku usaha mikro.

“Dengan potensi ekonomi digital yang luar biasa, Babel adalah wilayah strategis untuk memperluas pemahaman ekonomi digital. Kami ingin mendorong generasi mudanya agar mampu memanfaatkan potensi daerah melalui teknologi keuangan yang aman dan tepercaya,” tambah Firlie.

Literasi: Fondasi yang Terlupa dalam Pacuan Inklusi

Manajer Madya OJK Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Andrias Masil, memberikan konteks yang lebih luas. Dia mengingatkan bahwa inklusi keuangan, yang menjadi indikator pembangunan nasional, tidak boleh sekadar soal akses. Pemerintah menargetkan indeks inklusi keuangan mencapai 91% pada 2025.

“OJK ingin memastikan hanya sekitar 7% masyarakat yang belum memiliki akses ke layanan keuangan pada tahun ini. Namun akses saja tidak cukup jika tidak diiringi peningkatan literasi,” ujar Andrias.

Peringatan ini relevan. Lonjakan transaksi digital, seperti yang diungkapkan Kepala Perwakilan BI Babel Rommy S. Tamawiwy bahwa pembayaran digital telah menjadi lifestyle, bisa menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi, ia memudahkan transaksi dan mendorong usaha mikro. Di sisi lain, tanpa literasi yang memadai, masyarakat—khususnya anak muda yang paling melek gadget—akan rentan terjebak dalam produk keuangan yang tak jelas izinnya, skema investasi bodong, atau utang berbunga tinggi dari pinjol ilegal.

Membangun Kekebalan Komunitas Melalui Pemuda

Program Infinity Aftech tidak berformat ceramah satu arah. Ia dirancang untuk menciptakan komunitas pemuda yang memahami prinsip keuangan digital sehat. Mereka dibekali kemampuan untuk membedakan fintech legal berlogo OJK dengan yang ilegal, memahami risiko berbagi data pribadi, serta memanfaatkan platform digital untuk mengembangkan potensi lokal seperti kerajinan tangan dan kuliner khas Babel.

Pendekatan ini dianggap lebih berkelanjutan dan efektif ketimbang sekadar memblokir aplikasi atau website ilegal. Dengan membangun antibodi di level komunitas, diharapkan generasi muda menjadi penyaring alami yang akan melindungi keluarga dan lingkungan sekitarnya dari praktik keuangan yang merugikan.

Langkah Aftech di Bangka Belitung ini adalah sinyal bahwa industri fintech sadar akan tanggung jawab sosialnya. Di tengah target pertumbuhan yang ambisius, membangun ekosistem yang sehat dan aman adalah prasyarat mutlak. Keberhasilan program percontohan di Babel ini nantinya akan menjadi blueprint untuk replikasi di provinsi-provinsi lain, mengakselerasi terwujudnya ekonomi digital Indonesia yang tidak hanya inklusif, tetapi juga berdaya tahan.


Digionary:

● Annual Members Survey (AMS): Survei tahunan yang dilakukan Aftech kepada anggotanya untuk memetakan tren, tantangan, dan pola adopsi fintech di Indonesia.
● Bulan Fintech Nasional (BFN): Bulan kampanye nasional yang digagas oleh industri fintech Indonesia untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan digital.
● Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI): Indikator komposit yang mengukur tingkat kesiapan dan penerapan teknologi digital oleh masyarakat suatu wilayah di Indonesia.
● Inklusi Keuangan: Keadaan ketika individu dan bisnis memiliki akses terhadap produk dan layanan keuangan yang berguna dan terjangkau yang memenuhi kebutuhan mereka.
● Pinjol Ilegal: Layanan pinjaman online yang beroperasi tanpa izin resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sering dikaitkan dengan suku bunga tinggi, praktik penagihan kasar, dan perlindungan data yang buruk.
● QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard): Standar QR code nasional Indonesia untuk pembayaran yang memungkinkan interoperabilitas antar penyedia jasa pembayaran.

#Aftech#FintechIndonesia #LiterasiKeuangan #InklusiKeuangan #BangkaBelitung #GenerasiMuda #FintechAmanTepercaya #PinjolIlegal #OJK #BankIndonesia #QRIS #Digitalisasi #EkonomiDigital #IMDI #ScamDigital #EdukasiFinansial #InfinityAFTECH #BFN2025 #KeuanganSehat #StartupIndonesia

Comments are closed.