Laporan terbaru Bain & Company menegaskan bahwa Agentic AI bukan sekadar tren teknologi, melainkan perubahan struktural yang akan mendefinisikan ulang cara perusahaan beroperasi. Namun, sebagian besar organisasi masih belum siap. Investasi dalam modernisasi arsitektur IT, interoperabilitas, dan tata kelola menjadi syarat utama agar perusahaan tidak tertinggal dalam perlombaan teknologi baru ini.
Utama Artikel:
1. Agentic AI bukan sekadar otomatisasi, tapi pergeseran struktural dalam teknologi korporasi.
2. Investasi besar dibutuhkan, namun efisiensi jangka panjang akan menutup biaya awal.
3. Perusahaan yang terlambat beradaptasi akan kesulitan mengejar pesaing yang lebih cepat berinvestasi.
Laporan Bain & Company 2025 menegaskan Agentic AI sebagai revolusi baru teknologi korporasi. Perusahaan harus berinvestasi dalam modernisasi IT, interoperabilitas, dan tata kelola untuk menguasai peluang. Siapa yang terlambat, akan tersingkir.
Bukan lagi sekadar otomatisasi, Agentic AI hadir sebagai lompatan besar dalam teknologi korporasi. Dengan kemampuan bernalar, berkoordinasi, dan mengeksekusi proses kompleks, agen AI diprediksi akan mengubah fondasi bisnis global. Namun, laporan Bain & Company menyoroti satu kenyataan pahit: mayoritas perusahaan masih tertinggal jauh dalam menyiapkan diri.
Gelombang baru kecerdasan buatan tengah mengetuk pintu perusahaan global. Disebut Agentic AI, teknologi ini berbeda dari generative AI yang selama dua tahun terakhir mendominasi percakapan industri. Jika GenAI berfokus pada penciptaan konten, maka Agentic AI berperan sebagai “agen” yang mampu berpikir, mengambil keputusan, hingga menjalankan proses kerja kompleks secara mandiri.
Menurut Bain Technology Report 2025, adopsi agentic AI bukan sekadar soal teknologi, melainkan perubahan struktural dalam arsitektur perusahaan. Agen AI dapat menggantikan pekerjaan manusia di berbagai lini, mulai dari analisis data, layanan pelanggan, hingga eksekusi keputusan bisnis secara real time.
Namun, tantangan besar menanti. Sistem IT lama yang masih berbasis batch processing tidak mampu memenuhi kebutuhan data real time yang dibutuhkan AI. “Arsitektur teknologi saat ini belum dirancang untuk mengoperasikan ribuan agen AI sekaligus. Modernisasi sistem inti mutlak diperlukan,” tulis Bain.
Investasi Besar, Tapi Efisiensi Menanti
Bain memperkirakan dalam 3–5 tahun ke depan, 5%–10% dari belanja teknologi perusahaan akan dialokasikan untuk fondasi agentic AI. Angka itu akan melonjak hingga 50% dalam jangka panjang, seiring agen AI mengambil alih operasi di hampir semua domain bisnis.
Meski mahal, kalkulasi jangka panjang menunjukkan keuntungan lebih besar: efisiensi biaya, peningkatan produktivitas, hingga personalisasi layanan pelanggan. Contoh konkret datang dari sebuah bank besar di Eropa yang berhasil mengintegrasikan data terstruktur dan tidak terstruktur untuk membangun profil nasabah secara menyeluruh. Hasilnya, kampanye pemasaran jadi lebih personal, relevan, dan meningkatkan konversi secara signifikan.
Pilar-Pilar Penting Agentic AI
Bain menegaskan ada enam pilar utama yang harus disiapkan korporasi untuk masuk ke era agentic AI:
1. Modernisasi platform inti agar kompatibel dengan API dan event-based system.
2. Interoperabilitas lewat standar terbuka seperti Model Context Protocol (MCP).
3. Distribusi akuntabilitas: tidak semua tanggung jawab ada di tim pusat, tetapi juga di domain bisnis.
4. Akses data skala besar termasuk teks, suara, video, dan gambar.
5. Governance dan kontrol adaptif untuk menjaga transparansi dan keamanan.
6. Paradigma rekayasa baru, di mana tim DevOps bekerja bersama AI untuk mengelola siklus hidup agen.
Dari Call Center Hingga Sistem Pembayaran
Implementasi nyata sudah terlihat. Di Brasil, salah satu bank besar memanfaatkan agentic AI untuk melayani pembayaran real time lewat WhatsApp. Cukup dengan mengirim foto atau teks, agen AI bisa mengenali transaksi, meminta konfirmasi, lalu mengeksekusi pembayaran.
Sementara di sisi internal, agen AI berperan layaknya “manajer proyek digital”. Orchestrator agent dapat mengatur task agent untuk menjalankan sub-proses, lalu menyatukan hasilnya dalam laporan komprehensif.
Perlombaan Dimulai
Meski baru 2025, kompetisi global sudah berlangsung. Perusahaan-perusahaan yang cepat berinvestasi akan lebih dulu menikmati efisiensi, menurunkan biaya, dan menguasai pasar. Sebaliknya, perusahaan yang menunggu berisiko tertinggal.
Laporan McKinsey 2024 bahkan memperkirakan AI dapat menyumbang tambahan US$4,4 triliun per tahun terhadap ekonomi global. Dari jumlah itu, agentic AI diprediksi menjadi penyumbang terbesar karena sifatnya yang lebih otonom dan menyentuh hampir semua lini bisnis.
Digionary:
● Agentic AI: Generasi baru AI berbasis agen yang mampu bernalar, mengambil keputusan, dan mengeksekusi proses kompleks.
● API (Application Programming Interface): Antarmuka yang memungkinkan sistem berbeda saling berkomunikasi.
● Batch Processing: Pemrosesan data secara bertahap dalam jumlah besar, biasanya lambat dan tidak real time.
● Composable Architecture: Desain sistem modular yang memungkinkan integrasi cepat antar-layanan.
● DevOps: Pendekatan pengembangan software yang menggabungkan development (pengembangan) dan operations (operasional).
● Governance: Tata kelola, mencakup aturan dan mekanisme pengawasan teknologi.
● Interoperabilitas: Kemampuan sistem atau agen untuk bekerja sama tanpa hambatan teknis.
● MCP (Model Context Protocol): Standar interoperabilitas untuk agentic AI.
● Orchestrator Agent: Agen AI yang berperan sebagai koordinator, membagi tugas ke agen lain.
● Task Agent: Agen AI yang menjalankan tugas spesifik dan melapor ke orchestrator.
#AgenticAI #ArtificialIntelligence #BainReport2025 #DigitalTransformation #EnterpriseTechnology #AIinBanking #FutureofWork #TechTrends #Automation #BusinessStrategy #DataDriven #CloudComputing #AIArchitecture #GlobalBusiness #Innovation #McKinseyReport #AIFuture #FinancialServices #TechLeadership #DisruptiveTechnology
