Dari OJK ke Danantara, Dedikasinya Tak Pernah Padam: Muliaman D. Hadad Raih Lifetime Achievement

- 7 Desember 2025 - 07:28

Muliaman D. Hadad, salah satu arsitek utama stabilitas sistem keuangan Indonesia, menerima Lifetime Achievement Award dalam Top CEO Indonesia Awards 2025. Penghargaan ini mengukuhkan kontribusi fundamentalnya selama lebih dari tiga dekade, dari membenahi perbankan pasca-krisis 1998, menjadi pionir pengawasan di OJK, hingga menjaga tata kelola investasi negara di Danantara Indonesia.


Fokus Utama:

■ Peran kunci dalam sejarah kritis: Muliaman adalah aktor penting dalam restrukturisasi perbankan pasca-1998 dan pionir pembangunan sistem pengawasan terintegrasi OJK, yang menghasilkan fondasi keuangan yang lebih stabil.
■ Transisi strategis dari pengawas ke penjaga aset: Dari regulator di OJK, ia kini menjaga tata kelola investasi negara di Danantara Indonesia, memastikan pengelolaan portofolio senilai puluhan miliar dolar berprinsip kehati-hatian dan berkelanjutan.
■ Pengakuan atas legacy dan tantangan penerus: Penghargaan ini mengukuhkan kontribusi transformatifnya, sekaligus menyoroti tantangan kompleks era disrupsi digital dan hijau yang membutuhkan estafet kepemimpinan berwawasan ke depan.


Dalam dunia yang sering kali mengagungkan pencapaian instan dan tren sesaat, ada nama yang justru menjadi penanda kesabaran, konsistensi, dan kedalaman visi. Muliaman D. Hadad, Wakil Ketua Dewan Pengawas Danantara Indonesia, baru saja menerima Lifetime Achievement Award dari IDN Financials dalam Top CEO Indonesia Awards 2025. Penghargaan ini bukan sekadar plakat; ia adalah pengakuan resmi atas lebih dari 30 tahun dedikasi seorang “tukang bangun” yang pondasinya kerap tak terlihat, namun menopang seluruh bangunan sistem keuangan nasional.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, yang menyerahkan penghargaan itu, menyebutnya sebagai bentuk penghormatan tertinggi. “Ini adalah pengakuan atas kerja keras, ketekunan, dan visi yang telah ditunjukkan dalam membangun fondasi keuangan kita,” ujarnya. Kata-kata itu menggambarkan betapa kontribusi Muliaman telah menyentuh hampir semua lini penting: dari meja kebijakan Bank Indonesia, ruang pengawasan OJK, hingga papan strategis di Danantara Indonesia.

Nama Muliaman D.Hadad tak bisa dipisahkan dari episode-episode krusial ekonomi Indonesia. Pasca krisis moneter 1998 yang mengguncang fondasi perbankan nasional, ia terlibat langsung dalam proses restrukturisasi dan penyelamatan yang rumit. Pengalaman itu menjadi bekal berharga ketika ia kemudian dipercaya menjadi Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK yang pertama pada 2013—sebuah tugas berat membangun lembaga pengawasan baru dari nol.

Di bawah kepemimpinannya, OJK mulai merajut sistem pengawasan yang terintegrasi, sebuah lompatan dari model sebelumnya yang tersekat-sekat. “Penghargaan ini merupakan pengingat bahwa pembangunan ekosistem keuangan adalah perjalanan panjang yang membutuhkan dedikasi, kolaborasi, dan tata kelola yang kuat,” kata Muliaman dalam pidato penerimaannya.

Hasil dari perjalanan panjang itu kini terlihat. Data OJK per Oktober 2025 menunjukkan rasio kredit bermasalah (NPL) perbankan gross bertengger di level 2,34%, angka yang sehat dan jauh lebih stabil dibandingkan masa lalu. Indeks Inklusi Keuangan juga melesat menjadi 88,6% pada 2024, dari 76,19% di 2019.

Setelah masa tugasnya di OJK berakhir,amanah baru menanti. Muliaman bergabung dengan Dewan Pengawas Danantara Indonesia (Indonesia Investment Authority), lembaga pengelola kekayaan negara yang bertugas mengoptimalkan portofolio investasi pemerintah untuk nilai jangka panjang. Di sini, perannya bergeser dari mengawasi menjadi memastikan tata kelola investasi negara berjalan dengan prinsip kehati-hatian, transparansi, dan berorientasi pada dampak berkelanjutan.

“Saya bersyukur dapat berkontribusi dan melihat bagaimana reformasi kelembagaan, digitalisasi, serta penguatan regulasi telah membawa Indonesia ke posisi yang lebih tangguh,” ungkapnya. Danantara, dengan portofolio yang dikabarkan bernilai lebih dari US$50 miliar, memegang peran strategis dalam mendanai proyek-proyek infrastruktur, transisi energi, dan teknologi masa depan. Kehadiran Muliaman di dewan pengawas memberi jaminan kedalaman pengalaman regulasi dan pemahaman risiko makro.

Penghargaan Lifetime Achievement dari IDN Financials memiliki bobot khusus,hanya diberikan kepada segelintir tokoh yang jejaknya benar-benar transformatif. Tahun ini, selain Muliaman, penghargaan serupa juga diberikan kepada Anwar Nasution (mantan Deputi Gubernur Senior BI) dan Raden Pardede (pakar pasar modal), membentuk trifecta tokoh yang membidani lahirnya sistem keuangan modern Indonesia.

Namun, di balik pesta pengakuan, tantangan masa depan justru semakin kompleks. Disrupsi teknologi finansial, naiknya aset kripto, tekanan transisi hijau, dan gejolak geopolitik menuntut kerangka regulasi dan tata kelola yang jauh lebih lincah dan adaptif. “Penghargaan ini saya dedikasikan untuk seluruh pemangku kepentingan yang terus mendorong Indonesia menuju ekonomi yang lebih inklusif, modern, dan berkelanjutan,” tutur Muliaman. Pesannya jelas: fondasi telah diletakkan dengan kokoh. Kini, estafet berada di tangan generasi baru untuk membangun di atasnya, memastikan sistem keuangan Indonesia tidak hanya tangguh, tetapi juga relevan dan memimpin di abad yang penuh perubahan.


Digionary:

● Danantera Indonesia (Indonesia Investment Authority/INA): Lembaga pengelola investasi pemerintah ( Sovereign Wealth Fund) yang bertugas mengelola sebagian aset negara untuk diinvestasikan guna menghasilkan keuntungan dan mendukung pembangunan jangka panjang.
● NPL (Non-Performing Loan): Kredit bermasalah; indikator kesehatan bank yang menunjukkan persentase pinjaman yang gagal dibayar sesuai perjanjian terhadap total kredit yang disalurkan.
● OJK (Otoritas Jasa Keuangan): Lembaga independen yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap seluruh kegiatan di sektor jasa keuangan, termasuk perbankan, pasar modal, dan fintech.
● Restrukturisasi Perbankan: Proses penyehatan dan pembenahan kembali fundamental perbankan yang bermasalah, sering kali melibatkan merger, akuisisi, atau penyertaan modal negara, seperti yang terjadi pasca krisis 1998.

#MuliamanDHadad #LifetimeAchievement #IDNFinancials #TopCEOAwards2025 #DananteraIndonesia #INA #OJK #BankIndonesia #SejarahEkonomiIndonesia #ReformasiPerbankan #StabilitasSistemKeuangan #TataKelolaKeuangan #InvestasiNegara #EkonomiIndonesia #TokohFinansial #ArsitekKeuangan #Dedikasi #KebijakanMoneter #PengawasanFinansial #Legacy

Comments are closed.