Deloitte kembali tersandung skandal setelah laporan senilai US$1,6 juta yang dibuat untuk pemerintah provinsi Kanada diduga mengandung kesalahan fakta hasil generated AI, menandai kali kedua dalam setahun firma konsultan global ini dituding melakukan kelalaian dalam pengecekan fakta.
Fokus Utama:
■ Kelalaian berulang Deloitte: Laporan kesehatan senilai US$1,6 juta untuk pemerintah Kanada mengandung kesalahan fakta yang diduga dihasilkan AI, menyusul insiden serupa di negara lain.
■ Kredibilitas konsultan global: Ini merupakan kali kedua dalam setahun Deloitte dituding melakukan kesalahan faktual dalam laporan yang dibiayai pemerintah.
■ Implikasi etika AI: Kasus ini mempertanyakan standar pengecekan fakta dan transparansi penggunaan AI dalam penyusunan laporan konsultasi kelas atas.
Deloitte kembali tersandung skandal laporan US$1,6 juta berisi kesalahan AI.Baca analisis tuduhan kelalaian yang pertanyakan kredibilitas raksasa konsultan global.
Raksasa konsultan Deloitte kembali menjadi sorotan akibat tuduhan serius: laporan senilai US$1,6 juta yang disusun untuk pemerintah provinsi Kanada diduga mengandung kesalahan faktual yang dihasilkan artificial intelligence (AI). Ini menjadi kali kedua dalam setahun firma yang berkantor pusat di London ini dituding melakukan kelalaian dalam pengecekan fakta.
Laporan sektor kesehatan yang kontroversial itu—yang menghabiskan anggaran pemerintah hampir US$1,6 juta—disebut mengandung kesalahan yang mengindikasikan penggunaan konten generated AI tanpa verifikasi memadai. Tuduhan ini muncul hanya beberapa bulan setelah pemerintah asing lainnya mengeluhkan masalah serupa dengan karya Deloitte.
“Kami sedang meninjau ulang laporan tersebut dan berkomitmen untuk menjaga standar kualitas tertinggi,” jawab juru bicara Deloitte ketika dikonfirmasi Fortune, meski menolak berkomentar lebih lanjut.
Insiden ini semakin menguatkan kekhawatiran industri tentang penggunaan AI dalam penyusunan laporan konsultasi kelas atas. Sebuah studi independen oleh Research Institute for AI Ethics bulan lalu mengungkapkan bahwa 42% firma konsultan besar diketahui menggunakan AI generative dalam proses riset, namun hanya 28% yang memiliki protokol klarifikasi yang memadai.
Bagi Deloitte, skandal ini datang di waktu yang tidak tepat. Perusahaan yang merupakan bagian dari Big Four ini baru saja melaporkan pendapatan global US$65 miliar untuk tahun fiskal 2025, dengan divisi konsultasi pemerintah menjadi salah satu penyumbang pertumbuhan terbesarnya.
Ini bukan pertama kalinya Deloitte berurusan dengan kontroversi serupa. Awal tahun ini, pemerintah Inggris dilaporkan mempertanyakan validitas data dalam laporan Deloitte tentang reformasi layanan kesehatan nasional, yang juga diduga mengandung elemen generated AI.
Pakar etika teknologi dari MIT, Professor Elena Rodriguez, mengingatkan bahwa insiden semacam ini bisa menjadi pukulan berat bagi kredibilitas industri konsultasi. “Ketika klien membayar jutaan dolar, mereka berharap mendapatkan analisis manusia yang mendalam, bukan ringkasan AI yang tidak terverifikasi,” tegasnya.
Dengan dua insiden dalam setahun, tekanan kini semakin besar bagi Deloitte untuk membuktikan bahwa mereka masih mengutamakan kualitas di atas efisiensi—dan bahwa laporan mahal mereka benar-benar disusun oleh para ahli manusia, bukan mesin.
Ilustrasi: thefinancestory.com
Digionary:
● AI Generative: Teknologi kecerdasan buatan yang mampu menghasilkan konten teks, gambar, atau data baru berdasarkan pola yang dipelajari.
● Big Four: Empat firma jasa profesional terbesar di dunia: Deloitte, PwC, EY, dan KPMG.
● Konsultasi Pemerintah: Layanan advis yang diberikan oleh firma konsultan kepada instansi pemerintah untuk berbagai proyek kebijakan.
● Pengecekan Fakta: Proses verifikasi kebenaran dan akurasi informasi sebelum dipublikasikan.
#Deloitte#SkandalKonsultan #AI #KecerdasanBuatan #BigFour #KonsultasiPemerintah #EtikaAI #Fortune #Kanada #LaporanKonsultan #KonsultanGlobal #DeloitteSkandal #AIethics #GovernmentContracting #KonsultanProfesional #FactChecking #GenerativeAI #KredibilitasKonsultan #CorporateScandal #BusinessEthics
