Profit Bank Mega Meroket 15% Jadi Rp2,52 Triliun, Tapi Dana Murah Tergerus

- 24 November 2025 - 09:31

Profit Bank Mega Meroket 15%, Tapi Dana Murah TergerusBank Mega (MEGA) mencatat lonjakan laba bersih sebesar 15,26% secara tahunan (YoY) hingga Oktober 2025, mencapai Rp 2,52 triliun, meskipun pendapatan bunga bersih tertekan dan dana murah (CASA) menurun. Kenaikan laba ini terutama didorong efisiensi biaya operasional dan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dari deposito, meski margin bunga (NIM) menyempit akibat beban bunga yang naik.


Fokus Utama:

■ Laba tumbuh signifikan – Walau NII menurun, efisiensi operasional mengerek profitabilitas.
■ Shift dana nasabah – Deposito melonjak, sementara giro dan tabungan menyusut → rasio CASA bank tergerus.
■ Tekanan margin & biaya dana – Beban bunga meningkat seiring bank mengandalkan penghimpunan dana mahal.


Bank Mega catat laba bersih Rp 2,52 triliun per Oktober 2025, naik 15,3%, meski margin bunga menipis akibat lonjakan deposito dan tekanan biaya dana — efisiensi operasional jadi kunci pengerek profit.


PT Bank Mega Tbk (MEGA) berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 2,52 triliun untuk periode Januari–Oktober 2025, meningkat 15,26% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menurut laporan keuangan perseroan. Lonjakan ini menarik karena dicapai meski pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) justru menurun.

Penurunan NII disebabkan kenaikan biaya bunga: beban bunga naik 4,04% YoY menjadi Rp 4,33 triliun, sedangkan pendapatan bunga sedikit menyusut. Hasilnya, NII tercatat Rp 4,22 triliun, turun 5,14% YoY.

Namun, Bank Mega mampu menekan sejumlah pos pengeluaran operasional untuk menjaga profitabilitas. Efisiensi inilah yang menjadi penopang kunci laba, meredam dampak tekanan dari intermediasi perbankan.

Dari sisi intermediasi, kredit Bank Mega tumbuh moderat 5,86% YoY menjadi Rp 64,24 triliun per Oktober 2025. Meski ekspansi kredit berjalan, pendapatan bunga dari kredit justru turun tipis, menunjukkan margin dari penyaluran kredit semakin menantang.

Sementara itu, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) menjadi faktor penting dalam laporan Mega. Penempatan deposito melejit 59,43% YoY hingga Rp 85,20 triliun, menandakan nasabah semakin memilih instrumen simpanan berbunga lebih tinggi. Sebaliknya, dana murah (giro dan tabungan) menyusut: giro turun 4,83% YoY ke Rp 6,88 triliun, dan tabungan turun 5,60% YoY menjadi Rp 17,83 triliun. Imbasnya, rasio CASA (current account + saving) Bank Mega melemah drastis dari 32,83% menjadi 22,48% per Oktober 2025.

Penurunan porsi dana murah ini menandakan tekanan dalam struktur pendanaan Bank Mega. Dengan lebih mengandalkan deposito, bank menanggung beban bunga yang lebih tinggi — sebuah dinamika yang mencerminkan tantangan likuiditas dan persaingan simpanan di perbankan nasional.

Secara historis, komposisi DPK Bank Mega juga sudah menunjukkan tren serupa: dari laporan tahunan 2024, CASA sempat di kisaran 30,08%, naik dari 28,83% tahun sebelumnya, tetapi masih rendah dibanding bank dengan dana murah tinggi.

Di sisi makro, kebijakan moneter juga memberikan tekanan tersendiri. Bank Indonesia (BI) pada Mei 2025 mencatat suku bunga interbank (INDONIA) turun ke 5,77% dalam rangka pelonggaran moneter.  Namun, suku bunga deposito perbankan masih relatif tinggi.  Dalam konteks ini, nasabah lebih termotivasi menyimpan di deposito, meski bank harus membayar bunga lebih mahal.

Sebelumnya, hingga kuartal III/2025, Bank Mega juga melaporkan laba bersih sebesar Rp 2,2 triliun, tumbuh 10,1% YoY, didukung lonjakan DPK dan efisiensi operasional, meskipun NIM menciut.

Kinerja ini mencerminkan strategi Bank Mega: fokus pada efisiensi dan penghimpunan dana berbunga lebih tinggi, sambil menghadapi dinamika persaingan simpanan dan suku bunga yang tetap menekan margin intermediasi. Jika tren ini berlanjut, Mega harus menjaga keseimbangan antara akuisisi dana dan beban bunga, sekaligus mempertahankan ekspansi kredit agar pertumbuhan laba tetap sehat.


Digionary:

● CASA – Current Account Saving Account, yaitu porsi dana murah bank yang berasal dari giro dan tabungan.
● DPK – Dana Pihak Ketiga; simpanan nasabah di bank (tabungan, giro, deposito).
● NII (Net Interest Income) – Pendapatan bunga bersih: selisih bunga yang diterima bank dari kredit dan yang dibayar atas simpanan.
● NIM (Net Interest Margin) – Rasio profitabilitas bank yang menunjukkan selisih antara pendapatan bunga dan biaya bunga terkait aset produktif.
● YoY (Year on Year) – Perbandingan kinerja keuangan dari periode yang sama di tahun sebelumnya.
● Intermediasi – Aktivitas bank menyalurkan dana nasabah (simpanan) menjadi kredit kepada peminjam.

#BankMega #PerbankanIndonesia #LabaBankMega #DepositBankMega #CASA #DanaPihakKetiga #KreditBank #MarginBunga #EfisiensiBank #SukuBunga #NII #NIM #LikuiditasBank #InvestasiPerbankan #ChairulTanjung #BankMega2025 #ReksaDana #IndustriPerbankan #Keuangan #BisnisBank

Comments are closed.