Sistem pembayaran nirsentuh Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) mencatat lonjakan pengguna yang masif, kini menembus angka 50 juta pengguna dan secara resmi telah melampaui total pemegang kartu kredit di Indonesia. Perkembangan ini tidak hanya mempercepat inklusi keuangan dan mengamankan transaksi domestik, tetapi juga menjadi ujung tombak diplomasi ekonomi Indonesia melalui Local Currency Transaction (LCT) dengan sejumlah negara ASEAN dan non-ASEAN seperti Malaysia, Thailand, Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan, serta sedang diupayakan di Uni Emirat Arab, sebagai upaya strategis menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah.
Fokus Utama:
1. Dominasi Digital: Jumlah pengguna QRIS telah mencapai lebih dari 50 juta, melampaui total pengguna kartu kredit, menandai pergeseran fundamental dalam pola transaksi masyarakat Indonesia menuju pembayaran nirsentuh.
2. Stabilisasi Rupiah: Ekspansi penggunaan QRIS, khususnya melalui skema Local Currency Transaction (LCT) di tingkat regional, menjadi instrumen strategis pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada mata uang pihak ketiga dan menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah.
3. Akselerasi Inklusi Keuangan: QRIS berperan krusial dalam memperluas akses layanan keuangan digital kepada masyarakat unbanked dan mengurangi risiko kejahatan uang tunai, sekaligus memodernisasi infrastruktur pembayaran nasional.
Suara denting notifikasi transaksi digital kini kian nyaring, menandai babak baru dalam peta persaingan sistem pembayaran di Tanah Air. Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) bukan lagi sekadar pelengkap, melainkan raksasa baru yang telah menumbangkan dominasi lama.
Tercatat sampai awal Oktober 2025, jumlah pengguna QRIS di Indonesia telah melesat, menembus angka ambisius 50 juta. Sebuah pencapaian yang fenomenal, sebab angka ini secara meyakinkan sudah lebih tinggi dari total pengguna kartu kredit (credit card) nasional. Kecepatan adopsi ini tak pelak membuat penyedia sistem pembayaran digital global lainnya mulai melirik Indonesia dengan penuh kekhawatiran dan kekaguman.
Fakta ini disampaikan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, saat berbicara dalam acara Investor Daily Summit 2025 di Jakarta, Kamis (9/10). ”Satu lagi juga terus kita dorong local currency transaction, LCT, melalui payment QRIS itu terus meningkat dan jumlah penggunanya di Indonesia sudah lebih dari 50 juta. Jadi ini sudah lebih tinggi dari penggunaan credit card,” ujar Airlangga.
Melonjaknya pengguna QRIS tidak hanya menjadi indikator kemajuan ekonomi digital domestik, tetapi juga instrumen strategis yang dimanfaatkan pemerintah untuk memperkuat ketahanan ekonomi di tingkat regional. QRIS kini telah melintasi batas negara. Sistem pembayaran berbasis kode matriks dua dimensi ini sudah diterapkan di sejumlah negara ASEAN maupun non-ASEAN, menjadi fondasi bagi inisiatif LCT. Keberhasilan implementasi QRIS antarnegara ini memungkinkan wisatawan dan pelaku bisnis bertransaksi menggunakan mata uang lokal, tanpa harus mengkonversi ke mata uang pihak ketiga seperti Dolar AS (US$).
”Di ASEAN antara lain Malaysia, Thailand, Jepang, Tiongkok, Korea Selatan, dan kita sedang mendorong untuk di Uni Emirat Arab,” tutur Airlangga, memaparkan jangkauan ekspansi QRIS.
Strategi ini memiliki manfaat signifikan dalam jangka panjang. “Kalau ini kita bisa lakukan, maka kita tidak menggunakan currency lain untuk transaksi di luar negeri. Nah ini sangat membantu untuk menjaga stabilitas Rupiah kita,” tegasnya.
Data dari Bank Indonesia (BI) memperkuat optimisme ini, yang mencatat bahwa volume transaksi LCT terus menunjukkan peningkatan dua digit, sejalan dengan perluasan konektivitas QRIS.
Keunggulan QRIS terletak pada kesederhanaan dan aksesibilitasnya. Sesuai dengan namanya, Quick Response Code Indonesian Standard, transaksi dilakukan hanya dalam hitungan detik melalui pemindaian kode. Untuk masyarakat, QRIS menjadi jembatan masif menuju inklusi keuangan. Dana transaksi dapat ditarik dari akun dompet digital atau aplikasi mobile banking yang terhubung, secara efektif memperluas akses layanan keuangan digital ke jutaan masyarakat yang sebelumnya tidak memiliki akses perbankan (unbanked).
Selain itu, sistem digital dan terenkripsi ini secara signifikan mengurangi risiko penipuan dan pencurian uang tunai. Di tengah pertumbuhan pengguna yang pesat, Bank Indonesia (BI) memastikan bahwa sistem QRIS terus diperkuat untuk menjamin keamanan dan kenyamanan bertransaksi.
Digionary:
● Dompet Digital (Digital Wallet): Aplikasi atau layanan elektronik yang memungkinkan pengguna menyimpan uang, melakukan pembayaran, dan bertransaksi secara digital melalui perangkat mobile.
● Inklusi Keuangan (Financial Inclusion): Upaya untuk memastikan semua individu dan bisnis memiliki akses yang mudah, terjangkau, dan berkelanjutan terhadap berbagai layanan keuangan yang bermanfaat, termasuk perbankan, kredit, asuransi, dan sistem pembayaran.
● Local Currency Transaction (LCT): Kerangka kerja yang memungkinkan transaksi bilateral (misalnya perdagangan dan investasi) antarnegara diselesaikan dalam mata uang lokal masing-masing negara, tanpa perlu menggunakan mata uang pihak ketiga seperti Dolar AS.
● Mobile Banking: Layanan perbankan yang memungkinkan nasabah untuk mengakses akun, melakukan transfer, dan transaksi perbankan lainnya melalui aplikasi di ponsel pintar.
● Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS): Standar kode QR nasional yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk memfasilitasi pembayaran kode QR di Indonesia, memastikan interoperabilitas antarpenyedia layanan.
● Unbanked: Istilah yang merujuk pada populasi yang tidak memiliki akses atau tidak menggunakan layanan perbankan atau lembaga keuangan formal.
#QRIS #PembayaranDigital #InklusiKeuangan #EkonomiDigital #KartuKredit #FintechIndonesia #BankIndonesia #LCT #TransaksiAntarnegara #StabilitasRupiah #AirlanggaHartarto #Ekonomi2025 #ASEAN #DompetDigital #MobileBanking #DigitalisasiEkonomi #QRISTembus50Juta #IndonesiaMaju #SistemPembayaran #KompasMoney
