Aneka kiat menaikkan porsi dana murah perbankan digital, siapa unggul?

- 8 Agustus 2023 - 21:11
BNC selalu berusaha untuk jadi trend setter. Pihaknya berusaha untuk terus memberikan inovasi- inovasi terbaru, guna menjawab permasalahan yang ada di masyarakat terkait kebutuhan layanan keuangan.

digitalbank.id – PROPORSI CASA (current account savings account) yang dimiliki perbankan dapat menurunkan biaya dana sehingga terjadi kenaikan profitabilitas. Berbagai studi juga membuktikan bahwa kemampuan perbankan dalam menghasilkan laba dari bunga dapat mendorong kenaikan profitabilitas perbankan.

Maka tak heran bila sejumlah perbankan digital terus berupaya memperbesar porsi dana murah CASA di tahun ini. PT Bank Neo Commerce Tbk (BYBB) umpamnya, tahun ini mencatat kenaikan dana murah sebesar 20,7% menjadi Rp3,79 triliun pada semester I-2023, dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp3,15 triliun. Dari total DPK sebesar Rp 15,22 triliun pada semester I/2023, porsi dana murah sebesar 24,94%.

Pjs Direktur Utama Bank Neo Commerce Aditya Windarwo menyampaikan, faktor pendorong peningkatan dana murah seiring dengan pertumbuhan produk tabungan Neo Now yang mencapai 45,84% menjadi Rp3,06 triliun pada Juni 2023.

Aditya menjelaskan, dalam upaya memacu pertumbuhan dana murah, BNC terus melakukan edukasi dan promosi terkait produk-produk unggulan. Salah satunya, melalui produk tabungan Neo NOW, yang memberikan imbal balik optimal dan menawarkan fleksibilitas bagi masyarakat karena dapat ditarik kapan saja dan tanpa ada biaya admin. Selain itu, BNC juga turut menawarkan cash management dan payroll untuk nasabah korporasi.

“Kami juga melakukan kerjasama melalui partnership dan channeling serta penyaluran secara digital melalui aplikasi neobank. Oleh karena itu kami optimis dana murah perseroan akan terus tumbuh yang dimotori oleh pertumbuhan produk tabungan Neo NOW yang stabil dari tahun ke tahun,” ucapnya.

blu by BCA Digital mencatatkan kenaikan dana murah 113,38% yoy pada semester I/2023 menjadi Rp2,71 triliun. Dari total dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun perseroan sebesar Rp 8,38 triliun, sebanyak 32,3% merupakan porsi dari dana murah.

PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) sementara itu, juga mencatatkan kenaikan dana murah mencapai Rp34,90 miliar atau meningkat 52,74% dari periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp22,85 miliar. Dari total dana murah yang berhasil di himpun perseroan sebesar Rp 4,84 triliun pada semester I-2023, porsi dana murah tercatat 8,77% terhadap total DPK.

Memang dari sejumlah bank digital, PT Bank Jago Tbk (ARTO) masih menduduki urutan tertinggi dalam mengumpulkan dana murah ini. Pada semester I-2023 mencatatkan kenaikan dana murah seiring dengan lonjakan dana pihak ketiga. Dari total Rp10,1 triliun DPK yang berhasil dihimpun Bank Jago, porsi CASA mendominasi 71,4% atau Rp 7,2 triliun. Sementara itu 28,6% atau Rp28,9 triliun merupakan deposito. 

Direktur Kepatuhan & Corporate Secretary Bank Jago Tjit Siat Fun menyampaikan, faktor pendorong kenaikan CASA salah satunya karena unique value proposition (UVP) Bank Jago melalui Jago App dan kolaborasi dengan ekosistem digital dan mitra yang juga merupakan faktor pendorong peningkatan DPK.

“Kami percaya kolaborasi adalah cara yang efektif untuk bisa bertumbuh cepat dan efisien. Untuk itu Bank Jago menjalin kerja sama dengan mitra untuk pembayaran gaji karyawan sehingga dana yang mengendap membuat CASA meningkat,” ungkap Tjit Siat Fun, Selasa (8/8).

Ke depan pihaknya akan terus memperluas dan memperdalam kolaborasi dengan ekosistem yang sudah ada maupun yang baru untuk terus memberikan produk dan layanan keuangan kepada nasabah.

“Intinya kami berharap Bank Jago dapat terus menumbuhkan DPK dengan rasio yang kurang lebih sama dengan saat ini,” imbuhnya.

Selain yang mengalami kenaikan CASA, ada juga yang mengalami penurunan. Ini dialami oleh PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) atau Bank Raya, tercatat menurun menjadi hanya sebesar Rp 497,05 miliar pada semester I-2023 dari periode sama tahun sebelumnya yang mencapai  Rp 1,60 triliun. 

Hal ini sejalan dengan total simpanan nasabah yang turun 28,76% menjadi Rp 8,2 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp 11,51 triliun. ■

Comments are closed.