OJK menegaskan bahwa kecerdasan buatan (AI) bukan ancaman bagi agen asuransi, melainkan alat strategis yang mampu meningkatkan produktivitas, mempercepat layanan, dan menciptakan model agen baru berbasis data dan edukasi nasabah. Dengan lebih dari 600.000 agen aktif, industri asuransi Indonesia berada di ambang transformasi digital besar-besaran yang akan mengubah cara agen bekerja dan mendapatkan komisi.
Fokus Utama:
1. AI Ubah Paradigma Agen Asuransi – Dari sales tradisional menjadi penasihat proteksi berbasis data.
2. Produktivitas dan Efisiensi Naik Drastis – AI memangkas waktu administrasi dan memperkuat edukasi nasabah.
3. Komisi Agen Bergeser ke Layanan Bernilai Tambah – Agen dihargai bukan hanya karena menjual, tetapi karena kualitas konsultasi.
OJK menegaskan AI bukan ancaman bagi agen asuransi, tetapi peluang besar untuk meningkatkan komisi, mempercepat layanan, dan mengubah peran agen menjadi penasihat proteksi berbasis data. Bagaimana AI membentuk wajah baru industri asuransi Indonesia?
Di tengah pesatnya penetrasi teknologi digital, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyerukan agar agen asuransi tidak melihat kecerdasan buatan (AI) sebagai pesaing, melainkan alat bantu strategis yang bisa mempercepat kerja, menajamkan analisis risiko, hingga meningkatkan nilai layanan yang berujung pada komisi lebih berkelanjutan.
Indonesia mencatat lebih dari 600.000 agen asuransi yang aktif di berbagai perusahaan. Namun, di era digitalisasi dan meningkatnya ekspektasi nasabah terhadap layanan yang personal dan transparan, peran agen asuransi dituntut untuk berkembang lebih jauh dari sekadar penjualan polis.
Dalam acara HUT Perkumpulan Agen Asuransi Indonesia (PAAI) ke-9 di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Kepala Departemen Pengawasan Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan OJK, Bernard Wijaya, menegaskan bahwa AI justru membuka peluang transformasi besar bagi agen.
“Dengan AI kita bisa memanfaatkan insight berlaku seseorang, baik untuk menawarkan produk yang relevan, bukan asal promosi, tetapi tepat orang, tepat waktu, tepat kebutuhan,” ujarnya.
Menurut Bernard, AI mampu membaca pola kesehatan, mobilitas, hingga potensi risiko klaim nasabah. Teknologi ini tidak hanya mempercepat analisis, tetapi juga membantu agen menyajikan edukasi berbasis data sehingga nasabah memahami transparansi harga dan manfaat polis.
“Dampak untuk agennya adalah mungkin materi edukasinya yang berbasis bukti, fakta, data, membantu nasabah memahami mengapa harga dan manfaat disusun sebegitu rupa, sehingga diskusi menjadi transparan dan dewasa,” jelasnya.
AI juga memungkinkan agen bekerja lebih efisien karena sistem dapat merangkum polis secara otomatis, menyusun poin komunikasi, hingga menyiapkan tindak lanjut melalui platform digital seperti WhatsApp dan email. Efeknya, waktu yang biasanya tersita untuk administrasi bisa dialihkan untuk konseling, empati, dan edukasi nasabah.
“Tentu saja dampaknya bagi agen adalah waktu administrasi-nya akan turun, waktu untuk consoling, edukasi, dan empati makin nambah, naik,” tambah Bernard.
Jika selama ini komisi agen sangat bergantung pada volume penjualan polis, OJK melihat masa depan agen asuransi akan berubah: tidak hanya dihargai karena transaksi, tetapi karena kualitas layanan dan pemahaman risiko yang diberikan.
“Sehingga, kata dia; pada akhirnya komisi bukan hanya dari penjualan, tapi dari nilai layanan yang konsisten. Dengan demikian terdapat peran baru bagi agen asuransi, yang semula sedia hanya sebagai penjual polis, tetapi menjadi penasihat proteksi berbasis data,” tutupnya.
Ketua Umum PAAI, M. Idaham, sejalan dengan pandangan OJK. Menurutnya, AI adalah peluang emas bagi agen untuk masuk ke era layanan proteksi yang lebih personal dan humanis.
“Kehadiran AI justru dapat memperkuat peran agen dalam memberikan layanan yang lebih cepat, tepat, personal, dan humanis, sekaligus meningkatkan literasi keuangan masyarakat Indonesia,” tegasnya.
Seiring meningkatnya penetrasi asuransi digital dan tren embedded insurance di sektor e-commerce dan perbankan, para pelaku industri sepakat: agen yang memanfaatkan AI lebih cepat akan memenangkan pasar.
Digionary:
● AI (Artificial Intelligence) – Sistem kecerdasan buatan yang mampu menganalisis data dan memberikan rekomendasi.
● Asisten Digital – Teknologi otomatis yang membantu tugas administratif agen.
● Embedded Insurance – Model penjualan asuransi yang disisipkan dalam ekosistem digital seperti e-commerce atau perbankan.
● Komisi Berbasis Layanan – Sistem penghargaan yang tidak hanya berdasarkan penjualan polis, tetapi nilai konsultasi.
● Literasi Keuangan – Pemahaman masyarakat terhadap produk dan risiko keuangan.
● PAAI – Organisasi Perkumpulan Agen Asuransi Indonesia.
● Proteksi Berbasis Data – Rekomendasi asuransi yang didasarkan pada analisis perilaku dan risiko nasabah.
● Transparansi Polis – Penyajian informasi harga dan manfaat asuransi secara terbuka.
#AsuransiDigital #AgenAsuransi #OJK #ArtificialIntelligence #FintechInsurance #TransformasiDigital #AIIndonesia #ProteksiBerbasisData #Insurtech #LiterasiKeuangan #AsuransiMasaDepan #PAAI #RevolusiAsuransi #DigitalInsurance #KomisiAgen #IndustriAsuransi #FinancialLiteracy #AIForInsurance #EkonomiDigital #LayananKeuangan
