Bukan Sebatas Jargon, AI Mulai Membentuk Cara Kerja Perusahaan Asuransi

- 23 September 2025 - 09:19

Industri asuransi global sedang memasuki babak baru: kecerdasan buatan (AI) tidak lagi sebatas jargon, melainkan mulai membentuk cara kerja perusahaan. Laporan Economist Impact yang didukung SAS mengungkapkan, adopsi AI memang masih bertahap, tetapi sudah memberi dampak nyata pada produktivitas, pengelolaan risiko, hingga layanan pelanggan. Tantangannya, manfaat AI belum sepenuhnya berbuah efisiensi biaya, sementara regulasi dan kesiapan organisasi menjadi penentu keberhasilan transformasi.


Fokus Utama:

1. AI sudah nyata meningkatkan produktivitas, terutama lewat generative AI, meski manfaat finansial belum terasa penuh.
2. Kolaborasi manusia dan AI membentuk model tenaga kerja hybrid, dengan agen AI mengambil alih tugas berulang sementara manusia tetap memegang kendali strategis.
3. Adaptasi organisasi dan regulasi menjadi kunci, karena perubahan teknologi berjalan cepat dan berbeda antar negara.


AI mulai mengubah industri asuransi global dari hype menjadi realitas. Laporan Economist Impact dan SAS mengungkap potensi besar AI pada produktivitas, klaim, hingga underwriting, meski tantangan biaya, regulasi, dan budaya organisasi masih membayangi.


Setelah bertahun-tahun dianggap sekadar jargon teknologi, kecerdasan buatan (AI) kini benar-benar mengubah wajah industri asuransi. Laporan terbaru Economist Impact yang disponsori SAS menegaskan, AI mulai menembus lini bisnis inti, dari underwriting, deteksi fraud, hingga analisis risiko iklim dan siber. Namun, adopsi teknologi ini belum sepenuhnya revolusioner. Perusahaan asuransi masih menghadapi tantangan besar: biaya, regulasi, dan kebutuhan akan perubahan budaya organisasi.

AI generatif memang belum mengguncang industri asuransi seperti yang banyak dibayangkan, tetapi tren sudah bergerak jelas. Eksekutif global dari Zurich North America, Tokio Marine, HDI Global, hingga Manulife menyebut AI memberi dorongan produktivitas yang signifikan, meski hasil akhirnya lebih bersifat inkremental daripada transformatif.

Menurut laporan bertajuk Underwriting the Future: The Role of Artificial Intelligence in Insurance, investasi AI semakin meningkat. Generative AI mampu mempercepat proses coding hingga 30–50%, memperbaiki layanan pelanggan, serta memungkinkan analisis risiko siber dan iklim secara real time. Meski begitu, adopsi masih timpang: insurtech lebih maju dengan sistem AI terintegrasi, sementara perusahaan besar dengan sistem lama bergerak lebih lambat.

“Tenaga kerja asuransi ke depan akan menjadi hybrid, di mana manusia dan agen AI bekerja berdampingan, sebagian bahkan hampir mandiri dengan pengawasan manusia,” ujar Jodie Wallis, Global Chief Analytics Officer Manulife.

Namun, kenaikan produktivitas belum otomatis mengurangi biaya. Sebagian besar perusahaan justru mengalihkan efisiensi ke pembangunan alat baru atau menangani volume klaim lebih tinggi. Perusahaan juga harus melatih tenaga penjual yang tetap menjadi keunggulan manusia dibanding AI.

Thorsten Hein, Principal Global Insurance Advisor di SAS, menegaskan: “Nilai terbesar agen AI ada pada tugas berulang dan berbasis data. Tetapi model risiko kompleks tetap memerlukan solusi industri khusus dan keahlian manusia. Satu hal yang tidak berubah: data akan tetap menjadi bahan bakar utama AI.”

Eksekutif SAS lainnya, Franklin Manchester, menambahkan, “AI – terutama agentic AI – berpotensi mempercepat layanan, menekan biaya, dan memberi ruang bagi karyawan untuk fokus pada pekerjaan bernilai tinggi.”

Tren ini sejalan dengan laporan Global Insurance Survey Report awal 2025 yang melibatkan lebih dari 500 eksekutif di 17 negara. Hasilnya menunjukkan mayoritas perusahaan asuransi sadar bahwa AI kini bukan lagi pembeda, melainkan kebutuhan mendasar (table stakes) agar tetap kompetitif.

McKinsey dalam studi terbarunya (2025) juga memperkirakan, AI berpotensi menciptakan nilai ekonomi global hingga US$4,4 triliun per tahun, dengan sektor keuangan—termasuk asuransi—sebagai salah satu penerima manfaat terbesar.

Digionary:

● Agentic AI – Sistem AI otonom yang mampu menjalankan tugas kompleks hampir mandiri dengan pengawasan manusia.
● Generative AI (GenAI) – AI yang mampu menghasilkan konten baru seperti teks, kode, atau gambar dari data yang ada.
● Insurtech – Startup atau perusahaan yang menggunakan teknologi digital untuk mendisrupsi bisnis asuransi tradisional.
● Protection Gap – Kesenjangan antara risiko yang diasuransikan dengan total risiko yang ada di masyarakat.
● Table Stakes – Istilah bisnis untuk menggambarkan sesuatu yang bukan lagi keunggulan kompetitif, melainkan syarat minimum agar bisa bersaing.
● Underwriting – Proses penilaian risiko calon nasabah untuk menentukan premi dan syarat polis asuransi.

#Asuransi #AI #ArtificialIntelligence #GenerativeAI #AgenticAI #Insurtech #SAS #EconomistImpact #Underwriting #KlaimAsuransi #FraudDetection #CyberRisk #ClimateRisk #HybridWorkforce #DataDriven #McKinsey #InovasiFinansial #TeknologiAsuransi #TransformasiDigital #KeuanganGlobal

Comments are closed.