Sembilan Bank Eropa Satukan Kekuatan, Luncurkan Stablecoin Euro Hadapi Dominasi Dolar

- 29 September 2025 - 12:30

Sembilan bank besar Eropa bergabung membentuk konsorsium untuk meluncurkan stablecoin berbasis euro sesuai regulasi MiCA Uni Eropa. Langkah ini dipandang strategis untuk memperkuat kedaulatan finansial Eropa di tengah dominasi stablecoin berbasis dolar AS, dengan target penerbitan pada paruh kedua 2026.


Fokus Utama:

1. Kemandirian Finansial Eropa – Inisiatif ini jadi penyeimbang dominasi stablecoin dolar dan mempertegas strategi Eropa membangun ekosistem pembayaran digital mandiri.
2. Konsorsium Bank Raksasa – ING, UniCredit, CaixaBank hingga Danske Bank sepakat membangun perusahaan baru di Belanda, mengantongi izin sebagai lembaga uang elektronik.
3. Transformasi Infrastruktur Keuangan – Stablecoin euro diharapkan mendorong efisiensi transaksi lintas negara, transparansi, dan layanan tambahan seperti wallet digital hingga kustodian aset.


Sembilan bank besar Eropa bergabung meluncurkan stablecoin euro sesuai regulasi MiCA. Diluncurkan 2026, stablecoin ini digadang jadi tandingan dominasi dolar AS di pasar kripto global.


Eropa tampaknya tak mau lagi sekadar jadi penonton dalam revolusi keuangan digital. Sembilan bank besar Benua Biru resmi berkoalisi untuk menerbitkan stablecoin berbasis euro yang sepenuhnya mengikuti aturan Markets in Crypto Assets (MiCA) Uni Eropa.

Bank-bank yang tergabung dalam konsorsium ini bukan nama sembarangan. Mulai dari ING, UniCredit, CaixaBank, Danske Bank, KBC, SEB, Raiffeisen Bank International, Banca Sella, hingga DekaBank. Mereka mendirikan perusahaan baru di Belanda yang akan mengajukan izin sebagai lembaga uang elektronik di bawah pengawasan De Nederlandsche Bank.

Stablecoin euro tersebut dijadwalkan meluncur pada paruh kedua 2026, dengan peluang bank lain ikut bergabung masih terbuka.

Menantang Dominasi Dolar

Selama ini, stablecoin yang berbasis dolar AS seperti Tether (USDT) dan USD Coin (USDC) mendominasi lebih dari 90% pasar global. Dominasi ini menimbulkan ketergantungan yang semakin besar pada mata uang Amerika Serikat, termasuk dalam ekosistem kripto dan transaksi digital lintas batas.

Inisiatif bank-bank Eropa ini menjadi jawaban strategis atas kebutuhan kawasan untuk memiliki instrumen pembayaran digital yang berakar pada euro. Dengan dukungan blockchain, stablecoin euro diharapkan bisa memperkuat kedaulatan finansial Eropa, sekaligus memberi alternatif nyata bagi bisnis dan konsumen.

“Pembayaran digital menjadi kunci bagi ekosistem euro di era baru infrastruktur keuangan. Teknologi blockchain memungkinkan efisiensi, transparansi, dan penyelesaian lintas mata uang secara instan. Kami percaya inisiatif ini membutuhkan pendekatan industri secara luas, dengan standar yang seragam antarbank,” ujar Floris Lugt, Head of Digital Assets ING sekaligus juru bicara konsorsium.

Kecepatan, Transparansi, dan Efisiensi

Stablecoin euro ini didesain untuk beroperasi 24 jam penuh, memungkinkan transaksi lintas negara hampir seketika dengan biaya rendah. Selain itu, fitur pembayaran terprogram (programmable payments) dan integrasi rantai pasok bakal menjadi daya tarik utama.

Setiap bank anggota juga diberi ruang untuk mengembangkan layanan tambahan, seperti dompet digital (wallet) untuk stablecoin, hingga layanan kustodian aset yang bisa mempermudah nasabah korporasi maupun individu.

Regulasi Jadi Landasan

Keberadaan regulasi MiCA Uni Eropa yang mulai berlaku pada 2024 menjadi fondasi penting. MiCA menetapkan standar jelas terkait izin, tata kelola, dan perlindungan konsumen dalam penerbitan aset kripto. Langkah ini menempatkan Uni Eropa selangkah lebih maju dibanding Amerika Serikat, yang hingga kini masih memperdebatkan regulasi serupa.

Menurut data European Central Bank (ECB), nilai transaksi pembayaran digital di zona euro sudah melampaui US$240 triliun pada 2024, dengan pertumbuhan tahunan lebih dari 10%. Jika stablecoin euro bisa mengambil sebagian kecil saja dari pasar tersebut, potensinya bakal sangat signifikan.

Tren Global

Eropa bukan satu-satunya yang bergerak. China lebih dulu meluncurkan yuan digital dan stablecoin berbasis yuan untuk perdagangan internasional. Di sisi lain, Amerika Serikat mulai menata regulasi melalui Stablecoin TRUST Act dan pengawasan ketat terhadap Tether maupun Circle.

Dengan inisiatif terbaru ini, Eropa menegaskan posisinya sebagai kekuatan regulasi sekaligus inovasi di pasar aset digital global.


Digionary:

● Blockchain – Teknologi buku besar terdistribusi yang menjadi dasar transaksi kripto.
● CaixaBank – Bank besar asal Spanyol yang ikut dalam konsorsium stablecoin euro.
● DekaBank – Lembaga keuangan Jerman, salah satu anggota konsorsium.
● ING – Bank multinasional Belanda, pemimpin inisiatif stablecoin euro.
● Kustodian Aset – Penyedia layanan penyimpanan aset digital yang aman.
● MiCA (Markets in Crypto Assets) – Regulasi Uni Eropa yang mengatur aset kripto, berlaku sejak 2024.
● Programmable Payments – Mekanisme pembayaran otomatis berbasis kode yang bisa diatur sesuai kebutuhan bisnis.
● Raiffeisen Bank International – Bank besar Austria yang ikut serta dalam konsorsium.
● Stablecoin – Aset kripto dengan nilai dipatok pada mata uang fiat atau aset stabil lainnya.
● UniCredit – Bank multinasional Italia, anggota utama konsorsium stablecoin euro.
● Wallet – Aplikasi atau perangkat untuk menyimpan dan bertransaksi aset digital.

#StablecoinEuro #MiCA #BankEropa #ING #UniCredit #CaixaBank #DanskeBank #SEB #Raiffeisen #DigitalEuro #BlockchainEurope #ECB #RegulasiKripto #CryptoEurope #Fintech #DigitalFinance #Cryptocurrency #EuroZone #DigitalPayment #FinancialInnovation


Comments are closed.