Amar Bank menjadi satu-satunya institusi perbankan yang membuka JAFF Market 2025 di Yogyakarta, menandai strategi baru integrasi teknologi finansial dengan ekosistem kreatif Indonesia yang mencakup 114 exhibitor, 1.500 akreditasi, dan melibatkan 10 proyek film Asia Pasifik serta 22 talenta baru.
Fokus Utama:
■ Kepemimpinan Amar Bank sebagai pioneer perbankan digital di gelaran film internasional
■ Skala JAFF Market 2025 dengan 114 exhibitor dan 1.500 akreditasi dari Asia Pasifik
■ Dampak kolaborasi terhadap penguatan struktur ekosistem kreatif Indonesia
PT Bank Amar Indonesia Tbk (Amar Bank) secara resmi membuka gelaran JAFF Market 2025, menjadi satu-satunya institusi perbankan nasional yang berada di barisan terdepan event film internasional ini. Bukan sekadar sponsor, kehadiran Amar Bank di jantung industri perfilman Indonesia ini menandai babak baru dimana teknologi finansial tidak lagi menjadi penonton, melainkan pemain aktif dalam memperkuat struktur ekosistem kreatif Tanah Air.
“Komitmen ini bukan hanya tentang memperluas layanan, melainkan tentang memahami secara mendalam bagaimana sektor ini bekerja,” tegas pernyataan resmi Amar Bank.
Pembukaan JAFF Market 2025 oleh Amar Bank bukanlah simbol semata. Ini adalah manifestasi dari strategi jangka panjang untuk menyelami ekosistem kreatif Indonesia yang sedang mengalami pertumbuhan eksponensial. Data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukkan kontribusi sektor ekonomi kreatif terhadap PDB Indonesia mencapai Rp1.236 triliun pada 2024, dengan subsektor film dan animasi tumbuh 15,2% year-on-year.
“Kami melihat potensi besar dalam industri kreatif Indonesia, khususnya perfilman. Namun, akses terhadap pembiayaan dan teknologi finansial yang tepat masih menjadi tantangan,” ujar Vishal Tulsian, Presiden Direktur Amar Bank, dalam pernyataan terpisah.
Dengan menjadi power sponsor JAFF Market 2025, Amar Bank positioning diri bukan sebagai pihak luar, melainkan sebagai mitra strategis yang memahami denyut nadi industri kreatif dari dalam.
JAFF Market 2025 membuktikan daya tarik industri film Indonesia di kancah global. Gelaran ini berhasil menghimpun 114 exhibitor, 1.500 akreditasi profesional, serta tamu internasional dari berbagai negara Asia Pasifik. Yang lebih mengesankan, 10 proyek film Asia Pasifik terpilih di JAFF Future Project, termasuk dua proyek dari Australia melalui kemitraan strategis dengan Adelaide Film Festival (AFF).
“Keberhasilan menarik mitra internasional seperti AFF menunjukkan bahwa industri film Indonesia sudah diakui secara global. Peran Amar Bank dalam memfasilitasi hal ini sangat krusial,” kata Christine Hakim, legenda perfilman Indonesia yang hadir dalam acara pembukaan.
Tidak hanya film, gelaran ini juga menampilkan 10 IP Indonesia terpilih dari berbagai platform—gim, komik, konten digital, animasi, dan literatur—di JAFF Content Market, menunjukkan diversifikasi konten kreatif yang semakin matang.
Salah satu fokus utama JAFF Market 2025 adalah pengembangan talenta. Program Talent Day berhasil merekrut 22 talenta baru, sementara Indonesia–France Film Lab x MTN Lab melibatkan 6 proyek film dengan 33 peserta. Program ini tidak hanya sekadar pelatihan, tetapi juga menyediakan jalur pendanaan melalui mekanisme fintech yang dikembangkan Amar Bank.
“Kami menyediakan platform pembiayaan yang fleksibel dan sesuai dengan karakteristik proyek kreatif. Tidak lagi terpaku pada collateral, tetapi pada potensi cerita dan kemampuan tim,” jelas Director of Digital Business Amar Bank, Michael William.
Pendekatan ini sejalan dengan tren global dimana platform fintech menjadi enabler bagi industri kreatif. Menurut laporan UNESCO, 67% produser film di Asia Tenggara mengaku kesulitan mengakses pembiayaan tradisional.
Selama gelaran berlangsung, 15 sesi konferensi menghadirkan 59 pembicara dari berbagai sektor—film, kebijakan, keuangan, dan industri kreatif. Market Screening menayangkan 176 film, menciptakan ruang dialog antara kreator, investor, dan distributor.
Kolaborasi dengan festival film Prancis melalui Indonesia–France Film Lab menjadi bukti bahwa JAFF Market 2025 tidak hanya fokus pada pasar domestik, tetapi juga membuka pintu untuk koproduksi internasional.
“Sinergi antara perbankan digital dan industri kreatif ini adalah model yang akan kami replikasi di sektor-sektor lainnya. Ekosistem kreatif Indonesia punya potensi menjadi engine pertumbuhan ekonomi baru,” tambah Michael.
Dengan pendekatan yang diambil Amar Bank, masa depan industri kreatif Indonesia semakin cerah. Integrasi teknologi finansial tidak hanya memecahkan masalah pembiayaan, tetapi juga menciptakan ekosistem yang lebih transparan dan accountable.
Data Asosiasi Produksi Film Indonesia (APROFI) menunjukkan bahwa pada 2024, produksi film nasional mencapai 187 judul, dengan total penonton 47,3 juta. Angka ini diperkirakan akan terus tumbuh dengan dukungan sistem pembiayaan yang inovatif.
Keberhasilan JAFF Market 2025 menjadi bukti bahwa kolaborasi strategis antara perbankan digital dan industri kreatif bukan hanya mungkin, tetapi justru menjadi kunci menuju peningkatan daya saing global Indonesia di era ekonomi digital. (09)
Digionary:
● Ekosistem Kreatif: Jaringan yang menghubungkan pelaku, proses, dan produk dalam industri kreatif
● Exhibitor: Peserta pameran yang menampilkan produk atau layanan
● Fintech: Teknologi finansial yang mengubah cara layanan keuangan disediakan
● IP (Intellectual Property): Kekayaan intelektual berupa ide, konsep, atau kreasi yang dilindungi hukum
● JAFF Market: Pasar film dalam Jakarta Film Festival yang mempertemukan pelaku industri
● Koproduksi: Produksi film yang melibatkan lebih dari satu negara
#AmarBank #JAFFMarket2025 #IndustriFilmIndonesia #Fintech #EkonomiKreatif #BankDigital #FilmIndonesia #Yogyakarta #AsiaPasifik #InovasiFinansial #TalentDevelopment #Koproduksi #FestivalFilm #CreativeEconomy #DigitalBanking #FilmMarket #CulturalExport #ContentCreation #IndonesianCinema #BusinessStrategy
