Bank Indonesia resmi memasuki babak baru sistem pembayaran digital dengan mengumumkan eksperimen Rupiah Digital dalam Pertemuan Tahunan BI 2025. Langkah strategis ini merupakan bagian dari Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2030 yang diperkuat dengan perkembangan pesat QRIS yang telah mencapai 60 juta pengguna dan target transaksi pasar uang Rp81 triliun per hari pada 2030.
Fokus Utama:
■ Pengumuman resmi eksperimen Rupiah Digital sebagai alat pembayaran sah di Indonesia.
■ Integrasi dengan ekosistem digital BI yang mencakup BI Fast, QRIS, dan modernisasi RTGS.
■ Target ambisius transaksi pasar uang dan valas yang menjadi landasan ekonomi digital.
BI umumkan eksperimen Rupiah Digital sebagai alat pembayaran sah.Simak analisis lengkap target transaksi Rp81 triliun/hari dan integrasi dengan QRIS 60 juta pengguna.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo secara resmi mengumumkan dimulainya eksperimen Rupiah Digital. Langkah revolusioner ini bukan hanya sekadar mengikuti tren global, melainkan sebuah lompatan besar menuju transformasi sistem pembayaran Indonesia yang sepenuhnya digital.
“Eksperimen penerbitan rupiah digital sebagai satu-satunya alat pembayaran digital yang sah di Indonesia,” ujar Perry di hadapan para elite keuangan dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2025, Jumat (28/11) malam.
Dengan penuh keyakinan, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan babak baru dalam sejarah sistem pembayaran Indonesia. Di gedung megah Grha Bhasvara Icchana, kompleks kantor pusat BI Jakarta, Perry menjelaskan bahwa Rupiah Digital akan menjadi mata uang digital bank sentral (Central Bank Digital Currency/CBDC) pertama Indonesia yang memiliki kedudukan sama dengan uang fisik.
“Ini bukan sekadar proyek teknologi, tapi transformasi fundamental dalam cara kita memandang uang dan transaksi keuangan,” tegas Perry di hadapan ratusan peserta pertemuan yang terdiri dari para duta besar, direktur bank, dan pelaku usaha.
Langkah BI ini menempatkan Indonesia dalam peta global negara-negara yang sedang mengembangkan CBDC. Menurut laporan Bank for International Settlements (BIS) 2024, lebih dari 130 negara—mewakili 98% PDB global—sedang mengeksplorasi CBDC. China sudah memimpin dengan digital yuan yang telah digunakan lebih dari 300 juta warga, sementara Nigeria dan Bahama bahkan sudah meluncurkan mata uang digital mereka.
Yang membedakan Rupiah Digital BI dengan cryptocurrency adalah statusnya sebagai alat pembayaran yang sah yang dijamin negara. Rupiah Digital akan terintegrasi penuh dengan infrastruktur payment system BI yang sudah ada, termasuk BI Fast yang disebut Perry sebagai yang termurah di dunia dengan biaya hanya 25 sen dolar AS per transaksi.
“Kami membangun ekosistem yang komprehensif. Rupiah Digital akan bersinergi dengan QRIS yang sudah mencapai 60 juta pengguna, sebagian besar adalah UMKM,” papar Perry.
Data BI menunjukkan perkembangan QRIS yang eksplosif—tumbuh 350% dalam dua tahun terakhir. Pencapaian ini menjadi fondasi kuat untuk adopksi Rupiah Digital di masa depan.
Dalam paparannya, Perry juga mengungkap target ambisius BI untuk pasar keuangan Indonesia. BI menargetkan transaksi pasar uang meningkat hingga Rp81 triliun per hari pada 2030, sementara transaksi pasar valuta asing ditargetkan mencapai US$18 miliar per hari dalam periode yang sama.
Target ini sejalan dengan proyeksi ekonomi digital Indonesia yang menurut Google, Temasek, dan Bain & Company diprediksi mencapai US$360 miliar pada 2030.
Eksperimen Rupiah Digital merupakan bagian dari implementasi Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025-2030 yang diluncurkan awal tahun ini. Blueprint tersebut menekankan pada lima pilar utama: keandalan, keamanan, efisiensi, inklusivitas, dan interoperabilitas.
Sejumlah ahli keuangan digital menyambut positif langkah BI ini. Dengan Rupiah Digital, Indonesia mengurangi ketergantungan pada uang tunai dan meningkatkan efisiensi transaksi. Ini juga akan memperkuat kebijakan moneter BI di masa mendatang.
Namun, tantangan tetap ada. Edukasi masif kepada masyarakat dan penyiapan infrastruktur teknologi menjadi pekerjaan rumah yang tidak kecil. BI harus memastikan bahwa Rupiah Digital benar-benar mudah digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat, dari perkotaan hingga pedesaan.
Keberhasilan eksperimen Rupiah Digital ini akan menentukan posisi Indonesia dalam percaturan ekonomi digital global. Dengan populasi digital native yang besar dan adopsi teknologi finansial yang cepat, Indonesia memiliki potensi menjadi salah satu pelopor CBDC di kawasan Asia Tenggara.
Sebagai penanda dimulainya era baru, pengumuman Rupiah Digital ini diharapkan menjadi katalis untuk percepatan transformasi digital sektor keuangan Indonesia menuju visi 2030.
Digionary:
● BI Fast: Sistem transfer bank real-time yang diselenggarakan Bank Indonesia
● Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI): Peta jalan pengembangan sistem pembayaran Indonesia hingga 2030
● CBDC (Central Bank Digital Currency): Mata uang digital yang diterbitkan bank sentral
● Cryptocurrency: Aset digital yang menggunakan kriptografi untuk keamanan
● Pasar Valas: Pasar yang mempertemukan permintaan dan penjualan mata uang berbeda negara
● QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard): Standar QR code untuk pembayaran di Indonesia
● RTGS (Real Time Gross Settlement): Sistem transfer dana elektronik antar bank yang diselesaikan per transaksi
● Rupiah Digital: Mata uang digital resmi Indonesia yang dijamin Bank Indonesia
● UMKM: Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
#RupiahDigital#BankIndonesia #PerryWarjiyo #DigitalCurrency #SistemPembayaran #FintechIndonesia #QRIS #BIFast #EkonomiDigital #Blueprint2030 #CBDC #TransaksiDigital #UMKM #FinancialTechnology #InovasiKeuangan #DigitalBanking #PasarUang #Valas #TeknologiFinansial #IndonesiaDigital
