CEO Nvidia Jensen Huang secara tegas mendorong seluruh karyawan untuk memaksimalkan penggunaan AI dalam setiap tugas yang memungkinkan, menegaskan bahwa AI adalah keterampilan dasar yang akan membuat karyawan tetap relevan di tengah transformasi digital, bukan sebagai ancaman pengganti pekerjaan manusia.
Fokus Utama:
■ Perintah Tegas CEO Nvidia: Jensen Huang meminta semua karyawan mengotomatisasi tugas dengan AI dan menyebut manajer yang mengurangi penggunaan AI “gila”.
■ AI sebagai Keterampilan Dasar: Huang menekankan AI bukan ancaman tapi alat pemberdaya yang membuat karyawan tetap relevan.
■ Ekspansi SDM vs Tren Industri: Nvidia justru menambah karyawan dari 29.600 menjadi 36.000, berseberangan dengan tren PHK di perusahaan teknologi lain.
Suasana rapat internal Nvidia tiba-tiba berubah tegang ketika seorang karyawan mengeluhkan adanya manajer yang meminta timnya mengurangi penggunaan artificial intelligence (AI). Respons CEO Jensen Huang, sang bos berharta US$154 miliar (Rp2.600 triliun), pun meledak.
“Apakah kalian gila?” sergah Huang seperti dikutip dari Quartz, Rabu (26/11). “Saya ingin setiap tugas yang memungkinkan untuk diotomatisasi dengan AI, harus diotomatisasi dengan AI.”
Hardikan itu bukan tanpa alasan. Bagi raja chip AI ini, kecerdasan buatan adalah jalan satu-satunya untuk tetap kompetitif. Huang bahkan memerintahkan karyawan untuk terus menggunakan AI meski hasilnya belum sempurna, dan terlibat langsung dalam penyempurnaannya.
Yang menarik, di tengah gelombang PHK besar-besaran di industri teknologi—Microsoft, Meta, Google, dan Amazon telah memangkas puluhan ribu karyawan—Nvidia justru berjalan di jalur berlawanan. Perusahaan ini malah menambah headcount dari 29.600 karyawan pada akhir tahun fiskal 2024 menjadi sekitar 36.000 setahun kemudian. Huang bahkan mengaku masih kekurangan sekitar 10.000 orang.
“Saya berjanji, kalian akan tetap memiliki pekerjaan untuk dilakukan,” katanya meyakinkan, sambil menyinggung gelombang perekrutan agresif perusahaan.
Visi Huang tentang masa depan kerja terlihat jelas. “Saya harap Nvidia suatu hari akan menjadi perusahaan dengan 50.000 karyawan dan 100 juta asisten AI di setiap grup,” ujarnya dalam sebuah wawancara.
Sang CEO sendiri merupakan pengguna berat AI. Huang mengaku menggunakan ChatGPT setiap hari sebagai tutor, Gemini untuk tugas teknis, Grok untuk hal kreatif, dan Perplexity untuk riset cepat. Nvidia memiliki kemitraan dengan hampir semua platform AI tersebut.
Pernyataannya yang paling tegas: “Anda tidak akan kehilangan pekerjaan karena AI. Anda akan kehilangan pekerjaan karena seseorang yang menggunakan AI.”
Filosofi ini tercermin dalam operasional Nvidia. Para insinyur telah menggunakan asisten pengkodean AI bernama Cursor, yang menurut Huang menjadi bukti bagaimana AI dapat mentransformasi pekerjaan sehari-hari dengan cepat jika diadopsi secara maksimal.
Di era di mana banyak eksekutif khawatir AI akan menggusur manusia, Huang justru melihatnya sebagai mitra kolaborasi. Baginya, AI justru mengangkat derajat manusia dengan mengambil alih tugas-tugas rutin, membebaskan karyawan untuk fokus pada pekerjaan yang membutuhkan penilaian dan koordinasi tingkat tinggi.
Digionary:
● AI (Artificial Intelligence): Kecerdasan buatan yang memungkinkan mesin belajar dari pengalaman dan melakukan tugas layaknya manusia.
● Asisten Pengkodean AI: Tool berbasis AI yang membantu programmer menulis, debug, dan mengoptimalkan kode.
● Headcount: Jumlah total karyawan yang dipekerjakan oleh suatu perusahaan.
● Otomatisasi: Penggunaan teknologi untuk melakukan tugas dengan intervensi manusia minimal.
#Nvidia#JensenHuang #AI #KecerdasanBuatan #Teknologi #Inovasi #FutureOfWork #TransformasiDigital #ArtificialIntelligence #CEO #BosTeknologi #IndustriTeknologi #ChatGPT #GeminiAI #Perplexity #Grok #CursorAI #Workforce #DigitalTransformation #TechLeadership
