Pendapatan Turun, Laba Naik: Strategi BTPN Syariah Pertahankan Performa di Segmen Ultra Mikro

- 2 November 2025 - 08:45

Di tengah tekanan penurunan pendapatan penyaluran dana, PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) berhasil membukukan kenaikan laba bersih 26,6% menjadi Rp967,98 miliar hingga kuartal III-2025. Lonjakan ini terjadi berkat efisiensi biaya operasional dan peningkatan kualitas pembiayaan di segmen ultra mikro, meski fungsi intermediasi masih tumbuh moderat.


Fokus Utama:

■,Efisiensi operasional jadi penggerak laba — penurunan beban promosi, tenaga kerja, dan pemulihan impairment menopang profitabilitas.
■ Pendapatan menurun, tapi kualitas aset terjaga — pendapatan penyaluran dana turun 3,5%, namun rasio keuangan tetap kuat dengan CAR 57,4% dan RoA 7,5%.
■ Kedisiplinan nasabah ultra mikro jadi fondasi pertumbuhan — strategi menjaga kualitas pembiayaan menjaga kinerja solid di tengah dinamika sektor mikro syariah.


BTPN Syariah mencatat lonjakan laba 26,6% menjadi Rp967,98 miliar pada kuartal III-2025 meski pendapatan menurun. Strategi efisiensi dan pembiayaan ultra mikro yang disiplin jadi kunci keberhasilan.


Di tengah tekanan margin dan penurunan pendapatan penyaluran dana, PT Bank BT0PN Syariah Tbk (BTPS) membuktikan ketahanan model bisnisnya. Hingga kuartal III-2025, bank yang fokus melayani segmen ultra mikro ini mencatat laba bersih Rp967,98 miliar, naik 26,6% year on year (yoy) dibanding Rp764,47 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Namun, di balik lonjakan laba itu, laporan keuangan BTPS juga menunjukkan sinyal tantangan. Pendapatan penyaluran dana turun 3,5% yoy menjadi Rp3,94 triliun, sementara pendapatan setelah distribusi bagi hasil juga melemah 3,47% menjadi Rp3,56 triliun.

Penurunan ini terjadi seiring perlambatan aktivitas pembiayaan mikro, yang sejak awal 2025 menghadapi tekanan daya beli dan kenaikan biaya operasional di lapangan.

Meski demikian, strategi efisiensi agresif BTPS berhasil menjaga margin keuntungan. Bank memangkas sejumlah beban, termasuk biaya promosi, tenaga kerja, dan cadangan kerugian penurunan nilai (impairment). Akibatnya, laba operasional melonjak menjadi Rp1,22 triliun, menunjukkan efektivitas manajemen dalam mengendalikan biaya.

Dari sisi intermediasi, BTPS mencatat penyaluran pembiayaan Rp9,8 triliun. Direktur BTPN Syariah, Fachmy Achmad, menegaskan keberhasilan bank menjaga kualitas pembiayaan di tengah tantangan sektor ultra mikro.

“Kedisiplinan dan kekompakan nasabah menjadi kekuatan utama dalam menjaga kualitas pembiayaan dan pertumbuhan kinerja bank. Kami bersyukur dapat melewati periode ini dengan baik, memastikan pembiayaan yang terjaga kualitasnya menjadi upaya kami untuk memastikan kinerja keuangan yang tetap solid,” ujarnya.

Secara fundamental, BTPS masih berada di jalur kuat dengan Return on Asset (RoA) sebesar 7,5% dan Capital Adequacy Ratio (CAR) mencapai 57,4%, jauh di atas rata-rata industri perbankan syariah nasional yang berkisar di level 25%.

Analis menilai, strategi efisiensi ini merupakan respons adaptif terhadap penurunan margin pembiayaan mikro syariah, yang sejak pandemi hingga 2025 masih menghadapi volatilitas ekonomi masyarakat kelas bawah. Laporan riset OJK dan IFSB (Islamic Financial Services Board) mencatat bahwa pembiayaan ultra mikro syariah di Indonesia hanya tumbuh sekitar 6–8% pada 2025, lebih rendah dari segmen komersial.

Kondisi ini membuat bank-bank seperti BTPS harus lebih selektif menyalurkan pembiayaan dan memperkuat pendekatan berbasis komunitas yang selama ini menjadi keunggulan mereka.

Dengan posisi modal kuat dan disiplin risiko yang ketat, BTPS diperkirakan masih dapat mempertahankan profitabilitasnya hingga akhir tahun, meski tantangan pendapatan dan ketatnya kompetisi di sektor mikro syariah belum akan berakhir.


Digionary:

● CAR (Capital Adequacy Ratio) — Rasio kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank menanggung risiko kerugian.
● Impairment — Cadangan yang disiapkan bank untuk menutup potensi kerugian dari pembiayaan macet.
● Intermediasi — Fungsi bank menyalurkan dana masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan.
● RoA (Return on Asset) — Indikator profitabilitas yang mengukur efisiensi bank dalam menghasilkan laba dari total aset.
● Ultra Mikro — Segmen usaha skala sangat kecil dengan modal minim, biasanya individu atau kelompok usaha informal.

#BTPNSyariah #BTPS #banksyariah #ultramikro #keuanganinklusi #pembiayaansyariah #laporankeuangan #profitbank #efisiensibank #OJK #keuangansyariah #perbankanindonesia #ekonomisyariah #financialinclusion #microfinance #BTPS2025 #lababank #pembiayaanmikro #investasibank #bisnissyariah

Comments are closed.