Bank Jatim menutup kuartal III/2025 dengan kinerja cemerlang: penyaluran kredit naik 29% menjadi Rp80,2 triliun dan aset tumbuh 17,3% menjadi Rp125,1 triliun. Di tengah tekanan ekonomi global, bank daerah ini agresif memperkuat struktur pendanaan lewat obligasi, memperluas jaringan digital lewat JConnect, dan melangkah ke arah konsolidasi strategis bersama Bank NTT dalam skema Kelompok Usaha Bank (KUB).
Fokus Utama:
■ Pertumbuhan Solid di Tengah Ketidakpastian Ekonomi — Kredit naik 29% YoY, aset tembus Rp125,1 triliun, dan laba bersih tumbuh 23,5%.
■,Transformasi Digital Lewat JConnect — Penguatan ekosistem digital menjadi motor baru pertumbuhan dan inklusi keuangan daerah.
■ Langkah Korporasi dan Konsolidasi KUB — Penerbitan obligasi Rp2 triliun dan penyertaan modal Rp100 miliar ke Bank NTT menandai ekspansi agresif dan strategis Bank Jatim.
Bank Jatim catat lonjakan kredit 29% ke Rp80,2 triliun per kuartal III/2025. Aset tembus Rp125,1 triliun, laba naik 23,5%. Bank Jatim memperkuat digitalisasi lewat JConnect dan ekspansi strategis melalui KUB dengan Bank NTT serta penerbitan obligasi Rp2 triliun.
Di tengah tekanan ekonomi dan gejolak global yang menekan sektor perbankan, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) justru mencatatkan lonjakan kinerja. Hingga kuartal III/2025, penyaluran kredit bank daerah ini menembus Rp80,2 triliun, melonjak 29% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Direktur Utama Bank Jatim, Winardi Legowo, menyebut peningkatan ini didorong oleh pertumbuhan aset produktif dan ekspansi yang lebih selektif. “Secara konsolidasi, kinerja Bank Jatim pada September 2025 cukup baik. Aset mencapai Rp125,1 triliun, tumbuh 17,3% dari tahun sebelumnya,” ujarnya, Jumat (31/10).
Pertumbuhan aset tersebut sebagian besar ditopang oleh penyaluran kredit produktif dan pengelolaan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai Rp99,3 triliun, naik 13,5% secara tahunan. Pendapatan bunga bersih juga menanjak ke Rp5,10 triliun, tumbuh 29,2% YoY.
“Di tengah dinamika ekonomi, kami tetap fokus menjaga kualitas kredit dan keberlanjutan bisnis. Permintaan kredit masih tumbuh, namun selektivitas menjadi kunci,” tegas Winardi.
Agresif di Pasar Modal, Perkuat Likuiditas
Untuk menopang ekspansi dan menjaga struktur pendanaan, Bank Jatim menerbitkan Obligasi Berkelanjutan Tahap I senilai Rp2 triliun pada awal September 2025. Obligasi tersebut terbagi dalam dua tenor — tiga tahun dengan kupon 6,4% dan lima tahun dengan kupon 6,7% — dan mencatat kelebihan permintaan (oversubscribe) hingga 1,15 kali.
Langkah ini dinilai sebagai strategi antisipatif menghadapi tren suku bunga yang fluktuatif sekaligus memperkuat basis investor domestik di pasar obligasi.
“Respons pasar sangat positif. Ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap kinerja dan prospek Bank Jatim,” ujar Winardi.
Dorong Konsolidasi BPD Lewat Skema KUB
Sebagai bagian dari agenda transformasi BPD nasional, Bank Jatim juga aktif memperkuat aliansi strategis melalui skema Kelompok Usaha Bank (KUB).
Pada 30 September 2025, Bank Jatim menyuntikkan modal Rp100 miliar ke Bank NTT sebagai bagian dari pembentukan KUB. Bank ini sebelumnya telah mendapatkan persetujuan OJK untuk ber-KUB dengan Bank NTB Syariah, dan kini bersiap melanjutkan proses serupa dengan empat BPD lain yang telah menandatangani Shareholder Agreement (SHA).
“KUB membutuhkan perhitungan bisnis yang akurat dan dukungan dari masing-masing pemegang saham serta OJK. Kami optimistis, kolaborasi ini akan memperkuat daya saing antar-BPD di era digital,” kata Winardi.
Transformasi Digital: JConnect Jadi Penggerak Baru
Tak hanya mengandalkan jaringan fisik yang tersebar luas di Jawa Timur, Bank Jatim juga memperkuat lini digital melalui JConnect, ekosistem layanan digital yang mengintegrasikan berbagai transaksi perbankan — mulai dari layanan pemerintah daerah, UMKM, hingga masyarakat umum.
Winardi menjelaskan, “Peningkatan kapasitas bisnis dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh lini ke dalam ekosistem digital yang mudah, cepat, dan aman.”
Transformasi digital ini juga diharapkan menjadi motor inklusi keuangan di daerah, sejalan dengan target nasional 90% inklusi pada 2026.
Menjaga Kualitas, Mengincar Skala Nasional
Sepanjang 2025, Bank Jatim menegaskan fokus pada tiga pilar strategis:
1. Peningkatan kualitas aset dan liabilitas dengan prinsip kehati-hatian.
2. Pendalaman ekosistem digital sebagai mesin pertumbuhan baru.
3. Ekspansi skala bisnis melalui sinergi dan aksi korporasi terukur.
“Bank Jatim berkomitmen menjadi BPD yang berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah sekaligus memiliki keunggulan kompetitif secara nasional,” ujar Winardi menegaskan.
Digionary:
● BPD (Bank Pembangunan Daerah) — Bank milik pemerintah daerah yang berfungsi mendukung pembangunan ekonomi regional.
● DPK (Dana Pihak Ketiga) — Dana yang dihimpun bank dari masyarakat, seperti tabungan, giro, dan deposito.
● JConnect — Platform digital milik Bank Jatim yang mengintegrasikan layanan perbankan untuk nasabah individu, korporasi, dan pemerintah daerah.
● KUB (Kelompok Usaha Bank) — Skema konsolidasi antarbank daerah untuk memperkuat modal dan efisiensi operasional.
● Laba bersih (Net Income) — Selisih pendapatan dan seluruh beban operasional setelah pajak.
● Obligasi Berkelanjutan — Instrumen utang yang diterbitkan secara bertahap dengan total nilai emisi tertentu.
● Oversubscribe — Kondisi ketika permintaan investor atas obligasi atau saham melebihi jumlah yang ditawarkan.
● SHA (Shareholder Agreement) — Perjanjian antar pemegang saham yang mengatur hak, kewajiban, dan struktur pengendalian perusahaan.
● YoY (Year on Year) — Perbandingan kinerja atau data pada periode yang sama antara dua tahun berbeda.
#BankJatim #BJTM #PerbankanDaerah #KreditUMKM #DigitalBanking #TransformasiDigital #JConnect #KUB #BankNTT #BankNTBSyariah #OJK #ObligasiBerkelanjutan #KeuanganDaerah #InklusiKeuangan #EkonomiJawaTimur #BPDIndonesia #WinardiLegowo #PerbankanDigital #AsetBankJatim #PertumbuhanEkonomi
