CIMB Niaga Catat Laba Rp5,33 Triliun: Kualitas Aset Membaik, Likuiditas Longgar

- 31 Oktober 2025 - 14:02

Kinerja keuangan CIMB Niaga tetap solid hingga kuartal III/2025. Bank mencatat laba bersih Rp5,33 triliun, tumbuh 2,9% secara tahunan, didorong kenaikan kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) di tengah tekanan margin bunga. Kualitas aset membaik, menandakan kemampuan manajemen risiko yang tetap terjaga di tengah perlambatan ekonomi domestik dan fluktuasi global.


Fokus Utama:

● Pertumbuhan moderat namun sehat: Laba bersih naik 2,9% YoY didukung kenaikan kredit dan efisiensi biaya.
● Kualitas aset membaik: NPL gross turun ke 1,98% dengan penurunan cadangan kerugian hingga 20%.
●,Likuiditas longgar: DPK tumbuh 8,9% sementara LDR menurun ke 81,06%, menandakan ruang ekspansi masih luas.


Bank CIMB Niaga mencatat laba bersih Rp5,33 triliun pada kuartal III/2025, naik 2,9% YoY. Pertumbuhan kredit, efisiensi biaya, dan kualitas aset yang membaik menunjukkan fundamental bank yang tetap kokoh di tengah tekanan margin bunga.


Di tengah tekanan margin bunga dan perlambatan ekonomi global, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) tetap berhasil menjaga laju pertumbuhan positif. Hingga September 2025, bank ini mencatat laba bersih Rp5,33 triliun, naik 2,9% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp5,18 triliun.

Kinerja ini menunjukkan kemampuan CIMB Niaga untuk beradaptasi di tengah kenaikan biaya dana dan kompetisi ketat di sektor perbankan. Pendapatan bunga tumbuh 3,18% menjadi Rp18,59 triliun, sementara beban bunga meningkat 6,27% menjadi Rp8,51 triliun, sehingga pendapatan bunga bersih hanya naik tipis 0,7% menjadi Rp10,07 triliun.

Namun di sisi lain, manajemen bank mampu menekan risiko kredit. Beban kerugian penurunan nilai aset keuangan turun 5,09% menjadi Rp1,25 triliun, menandakan peningkatan kualitas portofolio pinjaman.

“Kami terus menjaga keseimbangan antara pertumbuhan kredit dan manajemen risiko untuk memastikan kualitas aset tetap sehat,” ujar manajemen CIMB Niaga dalam keterangan resmi, Kamis (30/10).

Kredit Tumbuh, Likuiditas Longgar

Dari sisi penyaluran dana, kredit yang diberikan naik 3,69% menjadi Rp226,65 triliun. Pertumbuhan ini disokong sektor korporasi dan kredit konsumer, termasuk pembiayaan kendaraan dan properti.

Di sisi pendanaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh kuat 8,92% menjadi Rp278,01 triliun, dengan dana murah (CASA) meningkat 10,57% ke Rp188,78 triliun. Rasio Loan to Deposit (LDR) menurun menjadi 81,06%, memberikan ruang likuiditas yang lebih longgar bagi ekspansi pembiayaan di kuartal berikutnya.

“Pertumbuhan dana murah memperlihatkan kepercayaan nasabah terhadap layanan digital CIMB Niaga, terutama pada segmen ritel dan milenial,” ujar analis perbankan dari Infovesta Utama, Wulan Darma, kepada Bisnis Indonesia.

Kualitas Aset Membaik

Kualitas aset menjadi sorotan positif dalam laporan keuangan kali ini. Rasio kredit bermasalah (NPL gross) membaik menjadi 1,98% dari 2% tahun sebelumnya, sedangkan NPL net stabil di 0,8%.

Cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) terhadap aset produktif juga menurun dari 3,6% menjadi 2,7%, mencerminkan efisiensi pencadangan yang lebih optimal.

Efisiensi dan Permodalan Kuat

Dari sisi efisiensi, rasio BOPO menurun menjadi 73,23%, dan Cost to Income Ratio (CIR) membaik ke 44,34%. Sementara Net Interest Margin (NIM) stabil di 4%, meski industri perbankan tengah menghadapi tren penurunan margin akibat kebijakan moneter ketat.

Modal bank juga solid. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) naik menjadi 24,73% dari 23,44% pada periode sebelumnya, menunjukkan daya tahan modal yang kuat untuk menopang pertumbuhan.

Secara total, aset CIMB Niaga tumbuh 4,27% menjadi Rp369,45 triliun, memperkokoh posisinya sebagai salah satu bank swasta terbesar di Indonesia.

Industri Perbankan Hadapi Fase Konsolidasi

Sepanjang 2025, sektor perbankan nasional masih dibayangi tekanan margin dan perlambatan permintaan kredit. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan pertumbuhan kredit industri hingga September hanya 8,4%, turun dari 9,2% tahun lalu.

Namun, bank-bank dengan efisiensi tinggi dan kualitas aset baik, seperti CIMB Niaga, diprediksi tetap mampu menjaga profitabilitas.

Sejumlah analis memperkirakan, jika Bank Indonesia melonggarkan suku bunga acuan pada paruh pertama 2026, margin bunga bank bisa kembali pulih. Hal ini akan membuka peluang bagi CIMB Niaga untuk mempercepat ekspansi kredit, khususnya pada segmen UMKM dan pembiayaan hijau.


Digionary:

● BOPO – Rasio antara beban operasional dan pendapatan operasional yang mencerminkan efisiensi bank.
● CASA (Current Account Saving Account) – Dana murah dari giro dan tabungan nasabah.
● CKPN – Cadangan Kerugian Penurunan Nilai, dana yang disisihkan untuk mengantisipasi risiko gagal bayar.
● CIR (Cost to Income Ratio) – Rasio efisiensi biaya terhadap pendapatan bank.
● DPK – Dana Pihak Ketiga, dana masyarakat yang dihimpun oleh bank.
● KPMM – Kewajiban Penyediaan Modal Minimum, ukuran kecukupan modal bank.
● LDR (Loan to Deposit Ratio) – Rasio antara total kredit dan total dana pihak ketiga.
● NIM (Net Interest Margin) – Selisih antara pendapatan bunga dan biaya bunga terhadap aset produktif.
● NPL (Non Performing Loan) – Rasio kredit bermasalah terhadap total kredit.
● ROA/ROE – Indikator profitabilitas bank berdasarkan aset dan modal.

#CIMBNiaga #BNGA #LabaBersih #PerbankanIndonesia #KeuanganNasional #BankSwasta #KreditKonsumsi #DPK #NPL #Likuiditas #KPMM #EfisiensiBank #DigitalBanking #BankIndonesia #OJK #Ekonomi2025 #KinerjaBank #NetInterestMargin #Profitabilitas #EkonomiIndonesia

Comments are closed.