Survei Global Deloitte: “Workslop” Jadi Dampak Tak Terduga Revolusi AI

- 14 Oktober 2025 - 07:22

Survei global Deloitte mengungkap kenyataan pahit di balik euphoria AI:64% profesional melaporkan peningkatan “workslop” – pekerjaan berkualitas rendah hasil generasi AI yang justru membebani tim dengan tugas verifikasi dan revisi, menggerogoti klaim peningkatan produktivitas.


Fokus Utama:

1. Kesenjangan antara janji produktivitas AI dengan realitas “workslop” yang justru membebani.
2. Tantangan kualitas output AI yang membutuhkan lebih banyak waktu untuk verifikasi daripada mengerjakan manual.
3. Perlunya pendekatan baru dalam mengintegrasikan AI ke alur kerja untuk menghindari ilusi produktivitas.


Survei global Deloitte ungkap 64%profesional hadapi “workslop”—pekerjaan AI berkualitas rendah yang justru membebani tim. Baca analisis dampak riil AI di tempat kerja.


Dalam sebuah temuan yang menghentak dunia korporat, survei global Deloitte mengungkap sisi gelap revolusi Artificial Intelligence (AI) yang selama ini tersembunyi di balik janji-janjinya yang menggiurkan. Alih-alih menjadi solusi ajaib untuk produktivitas, AI justru membanjiri tempat kerja dengan apa yang disebut “workslop”—pekerjaan yang dihasilkan mesin yang tampak meyakinkan di permukaan, tetapi sebenarnya kosong secara substansi.

Data dari lebih 1.600 profesional di 16 negara menunjukkan bahwa 64% responden mengalami peningkatan materi kerja berkualitas rendah sejak adopsi AI. Lebih memprihatinkan lagi, 41% melaporkan bahwa mereka justru menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengoreksi dan memverifikasi output AI dibandingkan jika mengerjakan tugas tersebut secara manual dari awal.

“Ini adalah paradoks produktivitas di era AI,” ujar seorang analis yang mempelajari temuan tersebut kepada Bloomberg. “Perusahaan menginvestasikan miliaran dolar untuk teknologi yang dijanjikan akan menghemat waktu, tetapi pada kenyataannya, mereka menciptakan siklus kerja baru yang justru tidak efisien.”

Konsep “workslop” pertama kali diperkenalkan dalam penelitian Harvard dan Stanford awal tahun ini, merujuk pada konten yang dihasilkan AI yang terlihat profesional namun sebenarnya dangkal, berisi klise, dan seringkali mengandung ketidakakuratan halus yang berbahaya. Dalam praktiknya, ini berarti laporan bisnis yang panjang tetapi tidak ada intisarinya, presentasi yang secara visual menarik namun miskin insight, atau kode program yang berjalan tetapi rentan error.

Seorang manajer produk di perusahaan tech Fortune 500 menggambarkan pengalamannya: “Tim saya menghabiskan tiga hari untuk merevisi strategi pemasaran yang dihasilkan AI. Hasilnya terdengar sophisticated, tetapi setelah dikulik, tidak ada actionable insight sama sekali. Akhirnya kami buang seluruh draft dan mulai dari nol.”

Fenomena ini semakin memperlebar skeptisisme yang sudah muncul dari penelitian MIT Agustus lalu, yang menemukan bahwa 95% organisasi tidak melihat return on investment dari inisiatif AI mereka. Kini, dengan data Deloitte, menjadi jelas bahwa masalahnya bukan hanya pada ROI finansial, tetapi pada beban operasional yang tidak terduga.

Namun, bukan berarti AI tidak berguna. Para pakar menekankan bahwa solusinya terletak pada pendekatan yang lebih cerdas dalam integrasi—bukan sekadar mengganti pekerja manusia dengan mesin, tetapi mendesain ulang alur kerja dimana AI dan manusia berkolaborasi dengan memanfaatkan keunggulan masing-masing.

“Kita perlu berpindah dari mentalitas ‘AI sebagai pengganti’ menuju ‘AI sebagai mitra’,” tandas seorang konsultan transformasi digital. “Yang terjadi sekarang seperti memberi pisau bedah kepada orang yang tidak terlatih—alatnya canggih, tetapi hasilnya bisa berantakan.”

Foto: Mininyx Doodle/iStock/Getty Images Plus


Digionary:

● Generative AI: Kecerdasan buatan yang mampu menghasilkan konten teks, gambar, atau kode berdasarkan pola data.
●Workslop: Istilah untuk hasil kerja AI yang tampak meyakinkan namun sebenarnya berkualitas rendah, tidak substansial, dan sering mengandung ketidakakuratan.
●Paradoks Produktivitas: Situasi dimana teknologi yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi justru menciptakan inefisiensi baru.
●Verifikasi Output: Proses memeriksa dan mengonfirmasi keakuratan hasil kerja yang dihasilkan oleh sistem AI.

#AI#Deloitte #Workslop #Produktivitas #RevolusiIndustri #TempatKerja #DigitalTransformation #GenerativeAI #SurveiGlobal #Efisiensi #ProduktivitasAI #KualitasKerja #Korporat #Inovasi #Teknologi #FutureOfWork #AIProductivity #WorkplaceTrends #BusinessTransformation #AIChallenges

Comments are closed.