Perkuat pemahaman publik soal fintech, Amartha dan CELIOS luncurkan Fintech Media Toolkit

- 6 Maret 2024 - 22:06

Merujuk data Bank Dunia, sekitar 97,74 juta orang dewasa di Indonesia masuk kategori unbanked. Ini artinya setara dengan 48 persen populasi dewasa di dalam negeri.

Masyarakat akar rumput yang belum terlayani oleh layanan keuangan formal ini sebenarnya memiliki potensi pertumbuhan untuk lebih produktif jika mendapatkan akses yang setara terhadap layanan keuangan. Dengan akses permodalan, segmen akar rumput berpeluang untuk mengembangkan usaha ultra mikro dan meningkatkan kesejahteraan keluarganya. .

Sulitnya mengakses pembiayaan menjadi tantangan bagi segmen akar rumput dalam memulai usaha. Survei Bank Indonesia (BI) 2020 menunjukkan sekitar 69,5 persen UMKM masih belum memiliki akses kredit perbankan.

Padahal, UMKM segmen akar rumput adalah kelompok yang memiliki resiliensi tinggi untuk menopang pertumbuhan perekonomian riil Indonesia. Hal ini dibuktikan Amartha melalui Sustainability Report 2022, di mana mitra UMKM Amartha masih mampu meningkatkan pendapatan keluarga sebesar 70% meskipun mengalami tantangan semasa pandemi.

Kredit menjadi salah satu instrumen yang banyak dipilih sebagai alat memperlancar konsumsi. Sumber keuangan informal, seperti teman, keluarga, bahkan termasuk rentenir masih menjadi sumber penambahan pembiayaan khususnya bagi kelompok masyarakat menengah ke bawah.

Di sinilah, Fintech menawarkan solusi inovatif dengan menawarkan kemudahan akses layanan keuangan, dorong inklusivitas keuangan lebih merata. Salah satunya adalah penyediaan layanan keuangan bagi masyarakat akar rumput yang memiliki usaha kecil dan ultra mikro tetapi selama ini tidak dapat mengakses layanan keuangan secara mudah dan aman.

Melihat peran besar Fintech ini, Amartha, prosperity platform yang berfokus pada penyediaan layanan keuangan inklusif untuk segmen ultra mikro di pedesaan, menjalin kolaborasi dengan Center of Economic and Law Studies (CELIOS) lembaga riset yang bergerak dalam lingkup analisis makro-ekonomi, kebijakan publik, ekonomi berkelanjutan, dan ekonomi digital meluncurkan Financial Technology (Fintech) Media Toolkit.

Ditemui di kegiatan Fintech Journalists: Menjelajahi Dampak Fintech Melalui Lensa Jurnalistik (05/03), Aria Widyanto Chief Risk and Sustainability Officer Amartha menjelaskan tujuan dari peluncuran.

“Amartha dan CELIOS meluncurkan Fintech Media Toolkit sebagai wujud advokasi perkuat pemahaman publik terhadap fintech sebagai penyedia layanan keuangan mikro berbasis teknologi yang mampu mensejahterakan masyarakat secara merata dan inklusif. Penyaluran kredit mikro Amartha sendiri tujuan utamanya adalah mendukung segmen akar rumput agar produktif sekaligus dorong pemerataan kesejahteraan di wilayah rural,” ungkap Aria.

Sustainability Report Amartha 2022 menunjukkan layanan keuangan bagi segmen akar rumput yang produktif akan mendukung pemerataan kesejahteraan dan mempercepat inklusivitas keuangan Indonesia. Lanskap fintech Indonesia sendiri memang menunjukkan perkembangan pesat dengan hadirnya beragam layanan. Tren peningkatan volume penyaluran pinjaman secara digital dari Januari 2020 – September 2023 tercatat Rp21 triliun.

Fintech Media Toolkit merekomendasikan empat aspek sebagai pedoman penguatan pembiayaan UMKM, meliputi: (1) peningkatan peran dan pemanfaatan Fintech, (2) peningkatan resiliensi UMKM khususnya dalam masa krisis, (3) perlunya membantu UMKM dalam transisi hijau, dan (4) perlunya ketersediaan data granular UMKM untuk membantu UMKM mengakses pembiayaan.

Bhima Yudhistira, Direktur Eksekutif CELIOS menyatakan, “Fintech Media Toolkit ini merangkum berbagai konsep, inisiatif, strategi, dan kisah lapangan fintech di segmen akar rumput produktif, sebagai alat bantu tingkatkan public awareness.

Penguatan industri fintech dapat diawali dengan penguatan fase credit scoring, sebagai upaya mitigasi risiko untuk menjaga kualitas penyaluran kredit mikro yang sehat. Sebagai contoh, Amartha mengoptimalkan penggunaan risk-profiling berbasis AI (kecerdasan buatan) agar lebih akurat untuk memitigasi risiko, serta menjaga kualitas pinjaman ke UMKM. Hal tersebut merupakan standar yang sangat baik di industri,” ungkap Bhima Yudhistira.

Misi akhirnya adalah mendorong peningkatan pemahaman publik yang lebih positif dan mengajak turut berpartisipasi dalam gerakan kolektif “impact investing”. Masyarakat umum, generasi muda, dapat berpartisipasi aktif mendukung fintech segmen akar rumput sektor produktif dengan berpartisipasi melalui “impact investing”.

Impact investing atau investasi berdampak merupakan salah satu strategi investasi yang tidak hanya memberikan keuntungan finansial terhadap para investor tetapi juga turut berkontribusi dalam memberikan dampak sosial maupun lingkungan yang lebih luas dan positif. Kemitraan strategis antara sektor swasta, pemerintah, dan lembaga keuangan menjadi landasan penting dalam membentuk ekosistem yang mendukung pertumbuhan impact investing.

Salah satu case study yang mengemuka adalah perjalanan Amartha mendukung impact investing secara berkelanjutan. Sejak didirikan pada 2010, Amartha berkontribusi pada kelompok-kelompok yang rentan di Indonesia seperti anak-anak dan para perempuan.

Amartha menjembatani para pemilik modal baik dari individu hingga institusi berskala global, untuk menyalurkan permodalan berkelanjutan kepada UMKM akar rumput di wilayah rural. Tujuannya adalah pemerataan kesejahteraan.

“Melalui bisnis modelnya, Amartha memberikan akses pendidikan di sektor formal maupun informal, mendorong pemerataan digitalisasi untuk sektor pendidikan di wilayah pedesaan, hingga mendorong para perempuan di wilayah pinggiran pedesaan untuk lebih berdaya secara ekonomi dan keberlanjutan,” pungkas Aria Widyanto. ■

Comments are closed.