Durianpay, startup pembayaran digital asal Indonesia, tengah menancapkan ambisi besar, yakni menjadi infrastruktur pembayaran terpadu di Asia Tenggara. Sejak berdiri pada 2020, perusahaan ini sudah memproses puluhan juta transaksi setiap bulan, melayani ratusan klien lintas sektor, dan berhasil menghimpun pendanaan US$8,1 juta. Di bawah kepemimpinan Natasha Ardiani, salah satu founder fintech perempuan yang menonjol di kawasan, Durianpay bukan hanya menawarkan efisiensi, tetapi juga visi menjadikan pembayaran lebih inklusif dan tanpa batas di tengah fragmentasi sistem keuangan regional.
Fokus Utama:
1. Ambisi regional: Durianpay menargetkan menjadi tulang punggung pembayaran digital di Asia Tenggara.
2. Pertumbuhan pesat: Sejak 2020, Durianpay mencatat lonjakan transaksi, TPV, dan ekspansi pasar yang agresif.
3. Pengakuan global: Natasha Ardiani dinobatkan sebagai Endeavor Entrepreneur ke-110, menandai pengakuan internasional atas inovasi lokal.
Durianpay, fintech pembayaran digital asal Indonesia, mencatat pertumbuhan pesat dan menargetkan menjadi infrastruktur pembayaran terpadu di Asia Tenggara. Di bawah kepemimpinan Natasha Ardiani, Durianpay kian diperhitungkan di panggung global.
Peta persaingan pembayaran digital di Asia Tenggara kian padat. Namun, satu nama lokal asal Indonesia muncul dengan ambisi besar: Durianpay. Startup ini tak sekadar ingin menjadi penyedia layanan, melainkan tulang punggung infrastruktur pembayaran terpadu yang bisa menjembatani beragam metode transaksi di kawasan.
“Durianpay berambisi menjadi infrastruktur pembayaran terpadu di Asia Tenggara yang mampu menghubungkan berbagai metode transaksi, menjadikannya lebih mulus, efisien, dan inklusif,” ujar Natasha Ardiani, CEO sekaligus Co-Founder Durianpay, Rabu (24/9/2025).
Didirikan pada 2020, Durianpay berkembang cepat di tengah derasnya gelombang digitalisasi pasca-pandemi. Saat ini, perusahaan telah memproses lebih dari 60 juta transaksi per bulan dan melayani lebih dari 100 klien, mulai dari korporasi besar, layanan finansial, hingga platform aset kripto. Pada 2023, pertumbuhan bisnisnya melonjak 5 kali lipat dibanding 2022, dengan Total Processing Value (TPV) naik 3 kali lipat.
Dukungan investor pun mengalir. Hingga kini, Durianpay berhasil menggalang pendanaan sebesar US$8,1 juta, yang sebagian besar digunakan untuk memperluas jaringan pembayaran, mengembangkan produk bisnis, dan memperkuat posisi di pasar Indonesia serta Asia Tenggara.
Nama Natasha sendiri semakin melambung setelah ia dinobatkan sebagai Endeavor Entrepreneur ke-110 oleh Endeavor Indonesia pada ajang International Selection Panel (ISP) ke-104 di Cambridge, Inggris, tahun ini. Pengakuan tersebut menempatkan Natasha sejajar dengan para inovator global yang telah diuji oleh panel pemimpin bisnis dari perusahaan internasional seperti MyTheresa, Breadfast, hingga Doordash.
“Pencapaian ini menegaskan peran Natasha sebagai salah satu perempuan founder fintech yang sukses membawa solusi lokal ke panggung global,” kata Monika Rudijono, Managing Director Endeavor Indonesia.
Monika menambahkan, kiprah Natasha adalah bukti nyata bahwa inovasi dari Indonesia mampu bersaing di tingkat global. “Pengakuan ini bukan hanya sebuah penghargaan, tetapi juga pengukuhan bahwa visi dan misi Natasha dalam mengatasi fragmentasi pembayaran di kawasan ini memiliki potensi besar untuk menciptakan dampak yang lebih luas,” ujarnya.
Bagi Natasha, pengakuan internasional itu justru menjadi bahan bakar untuk melaju lebih jauh. “Prosesnya sangat menantang dengan pertanyaan-pertanyaan yang sulit, namun pengakuan yang kami terima memberikan semangat baru bagi saya sebagai pendiri dan pemimpin. Menjadi Endeavor Entrepreneur nyatanya membuat saya percaya bahwa solusi dari Indonesia bisa relevan bagi dunia. Saya ingin terus membuat pembayaran lebih mudah, tanpa batas, dan inklusif,” ungkapnya.
Riset McKinsey (2024) mencatat, nilai transaksi pembayaran digital di Asia Tenggara diperkirakan menembus US$1,5 triliun pada 2030, seiring meningkatnya penetrasi internet dan adopsi e-wallet. Potensi pasar inilah yang ingin ditangkap Durianpay, bersaing dengan pemain besar regional seperti Xendit, DOKU, dan bahkan raksasa global seperti Stripe.
Dengan pertumbuhan agresif, dukungan investor, dan pengakuan global, Durianpay kini berada di jalur untuk menjadi lebih dari sekadar fintech lokal. Perjalanan Natasha membawa Durianpay dari Jakarta ke panggung dunia menjadi gambaran baru bahwa Indonesia bukan hanya pasar, tapi juga pencetak inovator kelas dunia.
Digionary:
● ASEAN – Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara, organisasi regional beranggotakan 10 negara.
● Digitalisasi – Proses transformasi layanan, produk, atau sistem ke bentuk digital.
● Endeavor Entrepreneur – Gelar yang diberikan oleh Endeavor kepada pengusaha dengan potensi global.
● Fintech – Teknologi finansial yang menghadirkan inovasi layanan keuangan berbasis digital.
● Infrastruktur pembayaran – Sistem teknologi yang memungkinkan transaksi keuangan berjalan lancar dan aman.
● ISP (International Selection Panel) – Forum seleksi global bagi pengusaha untuk menjadi bagian dari jaringan Endeavor.
● Scale-up – Tahap pertumbuhan startup setelah melewati fase awal, fokus pada ekspansi bisnis.
● Startup – Perusahaan rintisan berbasis teknologi yang sedang berkembang.
● TPV (Total Processing Value) – Total nilai transaksi yang diproses oleh platform pembayaran digital.
● Venture Capital – Perusahaan modal ventura yang menyalurkan dana ke startup berpotensi tinggi.
#Durianpay #FintechIndonesia #PembayaranDigital #Startup #ASEAN #DigitalFinance #NatashaArdiani #InfrastrukturPembayaran #EndeavorEntrepreneur #FintechWomen #InvestasiDigital #TechInAsia #EkonomiDigital #ScaleUp #DigitalPayment #IndonesiaTech #SoutheastAsia #BisnisDigital #FinancialInclusion #TechInnovation
