Bantah Stereotip Boros, Gen Z Malaysia Ternyata Melek Finansial dan Sudah Siapkan Dana Pensiun

- 3 Desember 2025 - 08:19

Survei RinggitPlus 2025 ungkap fakta mengejutkan dimana 40% Gen Z Malaysia menabung >RM500/bulan dan 57% di antaranya sudah menyiapkan dana pensiun. Mereka memimpin revolusi literasi keuangan lewat AI dan media sosial. Baca selengkapnya.


Fokus Utama:

■ 40% Gen Z Malaysia menabung >RM500/bulan & 57% siapkan dana pensiun lebih awal, membantah stereotip boros mereka.
■ Gen Z pimpin adopsi teknologi: 62% gunakan aplikasi AI/robo-advisor & 68% belajar finansial lewat TikTok/Instagram.
■ Sadar tekanan ekonomi, Gen Z beradaptasi jadi produsen digital & gunakan media sosial secara bijak untuk kelola keuangan.


Survei terbaru membantah stereotip bahwa Gen Z Malaysia boros dan tidak bertanggung jawab secara finansial. Data menunjukkan mereka justru lebih disiplin menabung, lebih awal merencanakan masa depan, dan lebih cerdas memanfaatkan teknologi digital untuk mengelola keuangan dibandingkan generasi sebelumnya. Generasi yang kerap dicap “foya-foya”, “hedonis”, dan “gila belanja online” itu sedang membungkam kritik. Ternyata, di balik layar ponsel dan riuhnya media sosial, Generasi Z Malaysia justru sedang melakukan sebuah revolusi senyap: mereka menabung lebih rajin, merencanakan pensiun lebih dini, dan menguasai teknologi finansial dengan cara yang tak terbayangkan oleh generasi orang tua mereka.

Lupakan dulu anggapan bahwa anak muda zaman sekarang hanya tahu menghamburkan uang untuk tren dan gaya hidup instan. Sebuah survei nasional justru membeberkan fakta sebaliknya: Generasi Z Malaysia ternyata memiliki disiplin dan kecerdasan finansial yang mengungguli stereotip yang selama ini disematkan kepada mereka.

Malaysian Financial Literacy Survey (RMFLS) 2025 yang dirilis oleh platform perbandingan finansial RinggitPlus memberikan gambaran mengejutkan. Survei terhadap lebih dari 3.000 responden ini menunjukkan bahwa 40% dari Gen Z (kelahiran 1997-2012) kini menabung lebih dari RM500 per bulan. Angka ini meningkat dari 36% pada tahun sebelumnya. Yang lebih mencengangkan, hanya 11% yang mengaku tidak menabung sama sekali—persentase terendah di antara semua kelompok generasi.

“Ini tren yang mengejutkan namun menggembirakan,” ujar CEO RinggitPlus, Yuen Tuck Siew seperti ditulis The Star. “Kami melihat anak muda Malaysia mengembangkan fondasi keuangan yang kuat. Ini adalah generasi yang memahami nilai menabung sejak dini—dan mereka mengubah kesadaran menjadi kebiasaan yang lebih baik, didukung oleh alat dan konten yang tersedia untuk mereka secara online.”

Lonjakan persentase penabung di kalangan Gen Z bukan satu-satunya indikator. Mereka juga berpikir jauh ke depan. Sebanyak 57% responden Gen Z mengaku telah mulai mempersiapkan dana pensiun, naik dari 53% pada 2024. Bandingkan dengan data global dari OECD 2024 yang menunjukkan bahwa rata-rata usia mulai memikirkan pensiun di banyak negara justru di atas 30 tahun.

Gen Z Malaysia, dengan usia termuda 13 tahun dan tertua 28 tahun, jelas memulai lebih awal. Joshua Rohan (24), seorang software developer, membenarkan hal ini. “Saya mulai menabung sejak SMA dengan menyisihkan uang saku. Itu jadi kebiasaan disiplin yang terbawa hingga sekarang,” katanya. Nilai hidup sederhana dari keluarganya menjadi fondasi utamanya.

Jika generasi sebelumnya mengenal celengan dan buku tabungan, Gen Z mengenal aplikasi dan algoritma. Survei RMFLS 2025 menunjukkan 62% Gen Z menggunakan aplikasi anggaran berbasis AI, robo-advisor, atau chatbot untuk mengelola keuangan. Media sosial pun telah bertransformasi dari sekadar hiburan menjadi ruang kelas finansial. Sebanyak 68% masyarakat Malaysia (dengan Gen Z sebagai kontributor utama) menggunakan platform seperti TikTok dan Instagram untuk mempelajari seluk-beluk uang.

Muhammad Syawal Razan (17), pelajar dari Negeri Sembilan, adalah bukti nyata. “Sekarang lebih mudah belajar cara menghasilkan uang online, lewat affiliate marketing atau bisnis kecil. Anda bisa menghasilkan uang tanpa modal—hanya dengan kreativitas,” ujarnya. Ia bahkan mempraktikkan konsep ekonomi sirkular dengan menjual kembali pakaian bekasnya untuk mendanai pembelian berikutnya.

Gen Z tumbuh di era ketidakpastian ekonomi dan pesatnya digitalisasi. Kesadaran ini justru melahirkan ketahanan dan adaptasi. Mereka tidak hanya menjadi konsumen pasif, tetapi juga produsen yang memanfaatkan teknologi untuk menciptakan pemasukan.

Joshua Rohan melihat media sosial sebagai “pedang bermata dua” yang harus disikapi dengan bijak. “Ini alat belajar yang bagus, tapi juga bisa menciptakan tekanan untuk berbelanja. Saya coba gunakan sebagai alat pembelajaran, bukan sumber perbandingan,” tuturnya. Yuen Tuck Siew menggarisbawahi bahwa kecerdasan digital ini perlu diimbangi dengan informasi yang kredibel. Namun, ia optimistis. “Mereka tidak hanya lebih terinformasi; mereka mengambil langkah nyata. Lebih sedikit yang tidak menabung, dan lebih banyak yang bisa menghidupi diri lebih lama dengan tabungannya. Itu kemajuan nyata,” pungkasnya.

Survei ini merupakan koreksi terhadap narasi yang seringkali simplistis tentang generasi muda. Gen Z Malaysia tidak menolak gaya hidup modern, tetapi mereka mendekatinya dengan perhitungan dan alat-alat baru. Mereka adalah generasi pertama yang benar-benar native di dunia digital sekaligus berusaha membawa nilai-nilai lama seperti menabung dan perencanaan ke dalam ekosistem yang baru. Seperti kata Joshua, “Menabung bukan cuma soal uang. Ini tentang kemandirian dan punya pilihan di masa depan.” Dan pilihan itu, kini mereka buat dengan lebih banyak data, lebih banyak akses, dan mungkin, lebih banyak kebijaksanaan daripada yang disadari banyak orang.

Foto: Business Today


Digionary:

· ● Affiliate Marketing: Strategi pemasaran di mana seseorang (affiliate) mendapat komisi dengan mempromosikan produk/jasa milik pihak lain.
· ● Generasi Z (Gen Z): Kelompok demografi yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an (biasanya 1997-2012), dikenal sebagai ‘digital native’.
· ● Literasi Keuangan: Kemampuan memahami dan mengelola keuangan pribadi secara efektif, termasuk menabung, investasi, dan penganggaran.
· ● Robo-Advisor: Platform investasi digital yang memberikan nasihat keuangan atau mengelola portofolio secara otomatis menggunakan algoritma, dengan campur tangan manusia minimal.
· ● Tren Fintech (Financial Technology): Inovasi teknologi dalam layanan keuangan yang mencakup aplikasi, proses, produk, atau model bisnis baru.


#GenZ#GenZMalaysia #Keuangan #LiterasiKeuangan #Menabung #Investasi #Fintech #FintechAsia #AI #RoboAdvisor #MediaSosial #TikTok #Instagram #Survei #RinggitPlus #RMFLS2025 #KebiasaanBaik #PensiunDini #DigitalNative #Ekonomi

Comments are closed.