China Luncurkan Visa K: Strategi Baru Gaet Talenta Global di Bidang STEM

- 24 September 2025 - 16:39

China meluncurkan Visa K, skema visa baru yang dirancang untuk menarik talenta global, khususnya di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM). Kebijakan ini memberi kemudahan akses tanpa sponsor perusahaan, masa tinggal lebih panjang, dan peluang riset hingga bisnis, menandai langkah strategis Beijing dalam persaingan global merebut SDM unggul setelah Amerika Serikat menaikkan biaya visa H-1B hingga US$100.000 per tahun.


Fokus Utama:

1. China perkenalkan Visa K sebagai alternatif visa kerja global dengan regulasi lebih longgar dibanding H-1B Amerika.

2. Target utama: talenta muda STEM dari universitas dan lembaga riset top dunia yang siap bekerja, mengajar, atau meneliti di China.

3. Dampak strategis: memperkuat posisi Beijing dalam kompetisi global merebut tenaga kerja terampil, khususnya dari Asia Selatan dan negara berkembang.


China meluncurkan Visa K pada 1 Oktober 2025, kebijakan baru untuk menarik talenta global di bidang STEM. Tanpa sponsor perusahaan, visa ini menawarkan fleksibilitas lebih besar dan menjadi tandingan H-1B Amerika Serikat.


Di tengah ketatnya aturan imigrasi global, China justru melangkah berlawanan arah. Mulai 1 Oktober 2025, Beijing akan memberlakukan Visa K, sebuah kategori visa baru yang ditujukan bagi talenta muda di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM).

Kementerian Kehakiman China menyebut kebijakan ini lahir dari revisi aturan masuk-keluar warga asing yang disahkan Agustus lalu. Tujuannya jelas: menjadikan China magnet baru bagi para profesional internasional.

“Visa K ini dirancang agar lebih fleksibel, lebih panjang masa berlaku, serta memungkinkan tinggal lebih lama dibanding visa kerja konvensional,” demikian keterangan resmi otoritas China.

Menandingi H-1B Amerika

Langkah China ini dinilai sebagai tandingan langsung terhadap visa kerja H-1B milik Amerika Serikat, yang kini memungut biaya selangit, mencapai US$100.000 per aplikasi per tahun. Kebijakan Washington tersebut telah memicu keresahan di kalangan pekerja teknologi India serta perusahaan IT global.

Melihat peluang itu, Beijing bergerak cepat. Visa K hadir dengan keunggulan utama: pemohon tidak wajib memiliki sponsor perusahaan di China. Cukup bermodalkan kualifikasi pendidikan—minimal sarjana STEM dari universitas atau lembaga riset terkemuka—para profesional muda bisa langsung mengajukan permohonan.

Selain itu, pemegang Visa K bisa keluar-masuk berkali-kali, mengikuti program pertukaran akademik, kegiatan budaya, hingga mendirikan usaha di China.

Incar Talenta Asia Selatan

China menargetkan talenta muda dari Asia Selatan, khususnya India, Pakistan, dan Bangladesh, wilayah yang dikenal sebagai gudang insinyur dan ilmuwan muda. Dengan meningkatnya biaya H-1B di AS, banyak talenta kini mencari alternatif tujuan kerja.

Menurut laporan McKinsey 2025, Asia Selatan menyumbang lebih dari 35% tenaga kerja teknologi global. “Jika China bisa menarik sebagian dari mereka, dampaknya besar terhadap ekosistem riset dan inovasi domestik,” kata analis ekonomi internasional dari National University of Singapore, Prof. Tan Li Wei.

Kebijakan ini juga menjadi bagian dari ambisi jangka panjang Beijing dalam menguasai riset mutakhir. Laporan UNESCO (2024) menyebut China kini telah menyalip AS sebagai negara dengan jumlah publikasi riset terbanyak di bidang kecerdasan buatan (AI). Namun, tantangan terbesar tetap pada ketersediaan talenta asing untuk mempercepat inovasi.

Dengan Visa K, Beijing berharap bisa menutup kesenjangan itu. “China ingin membuktikan bahwa mereka bukan hanya pasar besar, tapi juga pusat inovasi global,” ujar seorang diplomat Eropa yang mengikuti kebijakan imigrasi Beijing.

Digionary:

● Asia Selatan: Kawasan yang mencakup India, Pakistan, Bangladesh, Nepal, Sri Lanka, dan negara sekitarnya.
● H-1B: Visa kerja non-imigran Amerika Serikat bagi tenaga kerja asing berkeahlian tinggi, terutama di sektor teknologi.
● Kementerian Kehakiman China: Otoritas pemerintah China yang mengatur kebijakan hukum dan imigrasi.
● STEM: Akronim dari Science, Technology, Engineering, dan Mathematics.
● UNESCO: Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menangani pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.
● Visa K: Skema visa baru China yang ditujukan untuk talenta global, dengan aturan lebih longgar dibanding visa kerja tradisional.

#VisaK #ChinaVisa #TalentaGlobal #STEM #Teknologi #Sains #Inovasi #EkonomiChina #KebijakanImigrasi #GlobalTalent #Digitalisasi #H1B #PersainganGlobal #TenagaKerjaMuda #AI #RisetChina #EkonomiDunia #Beijing #KerjaDiChina #TalentaSTEM

Comments are closed.