Strategi Baru di Era AI: Setiap Perusahaan Kini Butuh ‘Nahkoda’ Data Sekaligus Kecerdasan Buatan

- 8 Desember 2025 - 07:23

Dalam era di mana data dan kecerdasan buatan menjadi tulang punggung kompetisi bisnis, Harvard Business Review menyerukan perlunya sebuah peran eksekutif baru, yakni Chief Data, Analytics, and AI Officer (CDAIO) dalam sebuah prusahaan. Posisi ini bukan sekadar penggabungan tugas lama, melainkan strategi untuk menyatukan visi, menghancurkan silo, dan mengubah informasi menjadi keunggulan strategis yang nyata.


Bayangkan sebuah kapal perang modern dengan tiga nakhoda yang berbeda—satu mengendalikan radar, satu mengurus persenjataan, dan satu lagi memegang kemudi—tanpa komunikasi yang terpadu. Itulah analogi perusahaan saat ini yang membiarkan fungsi data, analitik, dan AI berjalan terpisah. Mereka berjalan sendiri-sendiri. Harvard Business Review (HBR) belum lama ini menyerukan perusahaan untuk menghindari karang dan memenangkan pertempuran bisnis. HBR menggaris tebal bahwa kini perusahaan memerlukan seorang nahkoda tunggal, yakni Chief Data, Analytics, and AI Officer (CDAIO).

Gelombang transformasi digital yang dahsyat telah membawa dua aset sekaligus dua masalah terbesar bagi perusahaan modern: ledakan data dan kompleksitas kecerdasan buatan (AI). Namun, kepemimpinan atas kedua ranah ini kerap terpecah-pecah. Departemen IT menguasai infrastruktur data, tim bisnis memiliki analitiknya sendiri, dan proyek AI sering dikembangkan dalam kotak-kotak eksperimen yang terisolasi. Akibatnya, potensi besar terbuang percuma.

Harvard Business Review dalam analisis terkini mengidentifikasi celah kepemimpinan ini sebagai hambatan strategis utama. Mereka menawarkan solusi yang jelas dan terstruktur: pengangkatan seorang eksekutif khusus dengan wewenang lintas fungsi, yakni Chief Data, Analytics, and AI Officer (CDAIO). Ini bukan sekadar menggabungkan beberapa gelar mewah, melainkan penciptaan peran inti yang bertanggung jawab mengubah data mentah dan model AI menjadi nilai bisnis yang terukur dan etis.

Tantangan terbesar adalah fragmentasi. Data tersebar di berbagai departemen dengan format dan kualitas yang tidak konsisten, sementara inisiatif AI berjalan tanpa panduan terpusat. CDAIO bertugas menciptakan “sumber kebenaran tunggal” untuk data perusahaan. Ini berarti membangun arsitektur data yang konsisten, kebijakan tata kelola yang kuat, dan standar kualitas yang menjamin keandalan.

Sebuah studi oleh NewVantage Partners (2025) menemukan bahwa 72% perusahaan masih bergulat dengan budaya dan keterampilan terkait data, bukan teknologinya. CDAIO harus mengatasi masalah budaya ini, memastikan data dianggap sebagai aset strategis, bukan sekadar produk sampingan operasional.

Banyak perusahaan terjebak dalam “Pilot Purgaatory”—selalu menguji coba AI tetapi tak pernah mencapai skalabilitas penuh. CDAIO bertanggung jawab menyelaraskan setiap investasi dalam analitik dan AI dengan tujuan bisnis yang jelas. “Peran ini harus memastikan bahwa setiap proyek AI menjawab pertanyaan: ‘Bagaimana ini meningkatkan pendapatan, mengurangi biaya, atau mengelola risiko?’” tulis HBR. Misalnya, dengan kekuatan prediktif dari AI, CDAIO dapat mengarahkan tim untuk mengoptimalkan rantai pasok guna mengurangi limbah, atau mempersonalisasi penawaran pemasaran untuk meningkatkan konversi. Mereka adalah penghubung kritis antara bahasa teknis ilmu data dan bahasa bisnis ruang dewan.

Seiring meningkatnya penggunaan AI, risiko terkait privasi, bias algoritma, dan kepatuhan regulasi (seperti AI Act di Uni Eropa) semakin mengemuka. CDAIO memikul tanggung jawab untuk membangun kerangka etika dan tata kelola AI yang kuat. Mereka harus memastikan bahwa sistem yang dibangun transparan, adil, dan dapat dipertanggungjawabkan. Ini mencakup pengawasan terhadap bias dalam data pelatihan, memastikan keberlanjutan (sustainability) komputasi AI, dan membangun kepercayaan baik secara internal maupun di mata konsumen. Tanpa kepemimpinan di area ini, inovasi AI dapat berbalik menjadi bencana reputasi dan hukum.

Keberhasilan CDAIO sangat bergantung pada pelaporan langsungnya kepada CEO dan dukungan penuh dari pimpinan puncak. Posisi ini membutuhkan individu langka yang menguasai triad: kedalaman teknis, kecerdasan bisnis yang tajam, dan keterampilan kepemimpinan untuk memengaruhi seluruh organisasi.

Dalam lanskap bisnis yang semakin ditentukan oleh kecepatan pengambilan keputusan berbasis data dan otomatisasi cerdas, perusahaan tanpa kepemimpinan terpusat ini berisiko tertinggal. Mereka akan kewalahan oleh data, terjebak dalam eksperimen yang tidak produktif, dan rentan terhadap kesalahan algoritma yang mahal. Pengangkatan CDAIO bukanlah sekadar mengikuti tren, melainkan sebuah pernyataan strategis: bahwa perusahaan tersebut serius untuk tidak hanya mengumpulkan data, tetapi benar-benar memahaminya dan menggunakannya dengan bijak untuk membentuk masa depannya. Era di mana data, analitik, dan AI dipandang sebagai fungsi terpisah telah berakhir. Masa depan berpihak pada yang terintegrasi.


Digionary:

● Analitik (Analytics): Proses sistematis untuk mengolah data guna menemukan pola, wawasan, dan mendukung pengambilan keputusan.
● Bias Algoritma (Algorithmic Bias): Kecenderungan sistem AI untuk menghasilkan hasil yang tidak adil atau diskriminatif akibat pola dalam data pelatihannya.
● CDAIO (Chief Data, Analytics, and AI Officer): Eksekutif C-level yang bertanggung jawab atas strategi, tata kelola, dan pemanfaatan data, analitik, dan kecerdasan buatan di suatu organisasi.
● Pilot Purgaatory: Situasi di mana perusahaan terjebak dalam fase percobaan atau pilot project teknologi (seperti AI) berulang kali, tanpa pernah berhasil menerapkannya secara skala penuh.
● Silo Data (Data Silos): Terisolasinya data dalam suatu departemen atau sistem tertentu, sehingga tidak dapat diakses atau diintegrasikan dengan mudah dengan bagian lain organisasi.

#AI #DataAnalytics #CDAIO #KepemimpinanDigital #TransformasiDigital #HarvardBusinessReview #StrategiBisnis #ManajemenData #KecerdasanBuatan #TataKelolaAI #Innovasi #DigitalTransformation #SiloData #Eksekutif #BusinessIntelligence #TechLeadership #AnalitikData #FutureOfWork #RegulasiAI #KecerdasanBisnis

Comments are closed.