YouTube Luncurkan Alat Deteksi Deepfake untuk Lindungi Identitas Kreator

- 27 Oktober 2025 - 14:44

YouTube memperkenalkan sistem deteksi wajah dan suara baru, yang memungkinkan kreator terverifikasi meninjau dan meminta penghapusan video yang meniru identitas mereka secara tidak sah. Langkah ini menunjukkan betapa platform media besar mulai menjaga kendali atas maraknya video deepfake yang diproduksi menggunakan kecerdasan buatan.


Fokus Utama

● Peluncuran fitur likeness-detection system untuk kreator terverifikasi dalam program YouTube Partner Program (YPP).
● Mekanisme dan persyaratan verifikasi identitas serta cara alat ini bekerja dalam memindai peniruan wajah atau suara yang menggunakan teknologi AI.
● Konteks lebih luas: dampak deepfake dalam ekosistem digital, tren regulasi, dan bagaimana YouTube menempatkan diri sebagai pelopor proteksi identitas kreator.


YouTube memperkenalkan sistem ‘likeness-detection’ berbasis AI untuk kreator terverifikasi, memungkinkan pendeteksian dan penghapusan video deepfake yang meniru wajah atau suara mereka. Proteksi identitas kreator memasuki era baru.


Dalam dunia di mana sebuah video bisa diproduksi ulang dengan wajah atau suara Anda tanpa izin, YouTube mengambil langkah besar. Platform milik Google ini meluncurkan fitur baru yang memungkinkan kreator terverifikasi mendeteksi — dan meminta penghapusan — video yang secara otomatis meniru identitas mereka melalui teknologi AI. Ini bukan hanya soal konten bajakan, melainkan tentang kendali atas citra dan suara pribadi di ranah digital.

YouTube mulai menghadirkan fitur bernama likeness-detection system yang dirancang untuk mendeteksi video sintetis yang menggunakan wajah atau suara kreator tanpa izin. Fitur ini — dikutip dari laporan The Verge — telah diluncurkan ke sebagian kreator yang tergabung dalam YouTube Partner Program, sebagai langkah awal sebelum peluncuran lebih luas.

Sistem ini bekerja dengan cara kreator terlebih dahulu melakukan verifikasi identitas: mengunggah foto identitas resmi, memindai kode QR, dan melakukan perekaman video selfie pendek. Setelah lolos verifikasi, kreator dapat mengakses tab baru (“Content Detection” atau “Likeness” dalam YouTube Studio) yang menampilkan daftar video yang dicurigai meniru identitas mereka — mulai dari judul, kanal pengunggah, hingga tayangan dan tingkat keyakinan sistem bahwa konten tersebut adalah hasil AI.

Jika ditemukan pelanggaran, kreator punya tiga opsi: mengajukan penghapusan berdasarkan privasi, mengajukan klaim hak cipta (jika suara atau wajah digunakan tanpa izin), atau menyimpannya sebagai dokumentasi.

YouTube menyatakan bahwa “YouTube ingin memastikan bahwa para kreator tidak kehilangan kendali atas citra dan suara mereka.” Pernyataan ini muncul sebagai respons terhadap meningkatnya penggunaan AI generatif untuk membuat video deepfake yang meniru tokoh publik maupun kreator independen. Artikel TechRadar menyebut bahwa fitur ini merupakan salah satu langkah paling tegas dari platform tersebut untuk menangani ancaman deepfake.

Dalam konteks global, ancaman deepfake makin nyata. Menurut riset baru-baru ini, konten palsu berbasis AI tumbuh pesat—masalah yang mencakup peniruan suara, wajah, bahkan gestur seseorang. Karena itu, regulasi dan teknologi proteksi identitas digital kini menjadi fokus penting bagi platform besar. Laporan Ars Technica menyebut bahwa sistem deteksi ini masih dalam tahap awal, dan Google tidak memberikan jaminan bahwa seluruh deepfake akan tertangkap.

Di Indonesia, meskipun data spesifik kreator lokal belum banyak dipublikasikan, tren penggunaan video deepfake dan peniruan identitas makin terlihat—termasuk di ranah media sosial dan platform video. Dengan peluncuran fitur ini, kreator di Indonesia yang tergabung dalam YPP akan mendapatkan lapisan perlindungan baru.

Langkah YouTube ini juga menegaskan bahwa identitas digital kreator bukan hanya soal hak cipta, tetapi soal reputasi, bisnis, dan kepercayaan audiens. Di era di mana sebuah video bisa tersebar global dalam hitungan menit, kontrol atas citra menjadi aspek strategis yang tak bisa diabaikan.

Ilustrasi: Sarah Grillo/Axios


Digionary:

● Deepfake — Video atau audio yang diproduksi dengan teknologi AI untuk meniru seseorang secara realistis tanpa izin.
● Kreator Terverifikasi — Pengguna YouTube yang telah melalui proses verifikasi identitas resmi dan memenuhi syarat program YouTube Partner Program (YPP).
● Likeness-Detection System — Sistem deteksi wajah atau suara yang digunakan untuk menemukan penggunaan identitas seseorang secara tidak sah dalam konten digital.
● Partner Program (YPP) — Program monetisasi YouTube, di mana kreator dapat memperoleh penghasilan dari konten mereka setelah memenuhi kriteria tertentu.
● Tab Content Detection / Likeness — Fitur di YouTube Studio yang menampilkan daftar video terdeteksi menggunakan identitas kreator yang telah diverifikasi.
● Verifikasi Biometrik — Proses identifikasi dengan menggunakan data tubuh atau wajah, seperti video selfie atau pemindaian wajah.
● Hak Cipta — Perlindungan hukum bagi pencipta atas karya mereka, termasuk video, audio, dan materi kreatif lainnya.
● Privasi Digital — Hak individu atas pengendalian identitas, data pribadi, dan citra mereka di dunia daring.
● Identitas Digital — Representasi karakter, wajah, suara atau data pribadi seseorang dalam ruang digital.
● AI Generatif — Teknologi kecerdasan buatan yang mampu menghasilkan konten (gambar, suara, video) secara otomatis dari pola dan data pelatihan.

#YouTube #Deepfake #AIProtection #LikenessDetection #CreatorRights #DigitalIdentity #TechNews #ContentCreator #ArtificialIntelligence #CyberSecurity #VideoPlatform #AIgeneratedContent #YouTubeStudio #CreatorSafety #BiometricVerification #DigitalPrivacy #VideoImpersonation #PlatformPolicy #YouTubePartnerProgram #MediaTech

Comments are closed.