Studi terbaru Deloitte mengungkapkan bahwa 86% bisnis telah mengadopsi AI generatif dalam proses merger dan akuisisi (M&A), dengan mayoritas mulai bergerak dalam setahun terakhir. Namun, euforia ini diimbangi kekhawatiran mendalam tentang keamanan data, kualitas model, dan bias etika, yang menjadi tantangan utama dalam integrasi teknologi ini ke dalam jantung strategi korporat.
Fokus Utama:
1. Adopsi masif AI generatif (86%) dalam proses M&A yang didominasi oleh implementasi dalam setahun terakhir, menandai pergeseran dari fase uji coba ke eksekusi.
2. Dominasi pemanfaatan AI pada fase awal M&A—pengembangan strategi (40%) dan penilaian pasar (40%)—serta draft dokumen hukum awal (48%), dibanding fase akhir seperti valuasi.
3. Kekhawatiran utama industri meliputi keamanan data (67%), kualitas data (65%), dan reliabilitas model (64%), yang menghambat pemanfaatan lebih dalam meski 83% yakin AI akan berdampak signifikan.
Survei Deloitte:86% perusahaan kini pakai AI untuk M&A. Temukan bagaimana teknologi ini mengubah strategi korporasi dan tantangan keamanan yang menghadang di balik efisiensi yang ditawarkan.
Dalam sebuah lompatan strategis yang jarang terungkap ke publik, dunia korporasi diam-diam telah menjadikan kecerdasan artifisial (AI) sebagai “penasihat” kunci dalam transaksi merger dan akuisisi (M&A). Temuan mengejutkan ini terungkap dari studi terbaru Deloitte yang dirilis pekan ini, yang mengonfirmasi bahwa 86% dari 1.000 pemimpin bisnis tingkat senior mengaku telah mengintegrasikan AI generatif ke dalam proses M&A mereka.
Yang lebih mencengangkan, 65% di antaranya baru memulai adopsi ini dalam satu tahun terakhir—sebuah kecepatan adopsi yang langka untuk sektor yang selama ini dikenal sangat hati-hati. Ini menandai sebuah titik balik: investasi telah bergeser dari sekadar pilot project ke eksekusi nyata, didorong oleh tekanan untuk mencari return on investment (ROI) yang terukur.
“Kami melihat sebuah transformasi diam-diam dalam bagaimana keputusan strategis level tertinggi dibuat. AI tidak lagi hanya menjadi alat di lini belakang, tetapi mulai menyentuh inti dari strategi korporasi,” kata seorang analis yang enggan disebutkan namanya menanggapi temuan ini.
Pemanfaatan AI dalam M&A—sebuah proses yang kompleks, berisiko tinggi, dan sarat dengan dokumen hukum—ternyata memiliki pola yang jelas. Menurut laporan Deloitte, teknologi ini paling banyak diandalkan pada fase-fase awal.
Sebanyak 40% responden menggunakannya untuk pengembangan strategi, dan 40% lainnya untuk penilaian pasar. Hampir separuhnya (48%) memanfaatkan AI untuk menyusun draf awal dokumen hukum yang rumit.
“Pada fase ini, AI berperan sebagai asisten penelitian super-cepat yang mampu menganalisis lanskap kompetitif, tren industri, dan bahkan menilai kecocokan strategis calon target akuisisi dalam skala dan kecepatan yang tak mungkin dilakukan tim manusia secara manual,” jelas seorang konsultan M&A dari firma global.
Namun, ketika proses masuk ke fase yang lebih kritis seperti valuasi dan negosiasi akhir, ketergantungan pada AI justru menurun. Kehati-hatian ini merefleksikan sebuah kesadaran kolektif tentang batasan teknologi—terutama dalam hal yang menyangkut angka dan keputusan finansial final yang membutuhkan pertimbangan manusia yang mendalam.
Ekskalasi Kekhawatiran di Balik Efisiensi
Meski adopsinya masif, optimisme itu tidak buta. Deloitte mencatat sejumlah kekhawatiran utama yang masih membayangi para eksekutif. Isu keamanan data menempati puncak daftar (67%), diikuti kekhawatiran akan kualitas data (65%), reliabilitas model (64%), serta etika dan bias dalam algoritma (62%).
Kekhawatiran ini bukannya tanpa alasan. Dalam beberapa kasus yang terdokumentasi, AI generatif dikenal dapat “berhalusinasi” atau membuat informasi fiktif—sebuah risiko yang tidak bisa ditoleransi dalam transaksi yang nilainya bisa mencapai miliaran dolar.
“Membocorkan strategi akuisisi karena data tidak aman, atau membuat keputusan berdasarkan analisis yang bias, bisa berakibat fatal bagi sebuah perusahaan. Bukan hanya rugi materi, tetapi juga reputasi,” tambah konsultan tersebut.
Menyikapi tantangan ini, 57% organisasi dilaporkan sedang berinvestasi dalam program pelatihan dan peningkatan keterampilan (upskilling) untuk memastikan tim mereka mampu menggunakan alat AI baru dengan kompeten dan aman.
Masa Depan: Kolaborasi Manusia-Mesin
Terlepas dari semua tantangan, keyakinan akan peran AI di masa depan tetap tinggi. Sebanyak 83% responden meyakini bahwa AI generatif akan memiliki dampak “sedang atau signifikan” dalam pengambilan keputusan M&A di masa datang.
Keyakinan ini sejalan dengan laporan Gartner yang menempatkan “kecerdasan keputusan” (decision intelligence) sebagai salah satu tren teknologi utama yang akan membentuk ulang bisnis. Masa depan M&A, tampaknya, bukanlah tentang AI menggantikan manusia, tetapi tentang kemitraan yang sinergis.
Regulasi yang jelas, tata kelola data yang robust, dan peningkatan kapabilitas manusia dalam mengawasi mesin, akan menjadi penentu sejauh mana revolusi AI ini dapat diarahkan untuk menciptakan nilai yang berkelanjutan, bukan sekadar mengejar efisiensi semu.
Digionary:
● AI Generatif (Generative AI): Sub-bidang kecerdasan artifisial yang berfokus pada pembuatan konten teks, gambar, atau data baru yang orisinal, berbeda dengan AI yang hanya menganalisis data yang sudah ada.
● Merger dan Akuisisi (M&A): Konsolidasi perusahaan atau aset melalui berbagai jenis transaksi finansial, termasuk merger, akuisisi, konsolidasi, tender offer, pembelian aset, dan manajemen akuisisi.
● Reliabilitas Model (Model Reliability): Tingkat konsistensi dan keandalan sebuah model AI dalam menghasilkan output yang akurat dan dapat diprediksi across berbagai skenario dan set data.
● Upskilling: Proses mempelajari keterampilan baru atau meningkatkan keterampilan yang sudah ada untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan pekerjaan yang berubah, seringkali karena dampak teknologi baru.
● Valuasi (Valuation): Proses penentuan nilai ekonomi sekarang dari sebuah aset, perusahaan, atau aset tidak berwujud.
#AI#MergersAcquisitions #Deloitte #ArtificialIntelligence #Bisnis #StrategiKorporat #FinTech #Inovasi #DataSecurity #RiskManagement #Upskilling #DigitalTransformation #AIGeneratif #KecerdasanBuatan #TeknologiBisnis #M&A #CorporateStrategy #Investasi #ROI #Regulasi
