Google: AI Sudah Jadi Alat Kerja Utama di Industri Teknologi Global

- 24 September 2025 - 09:08

Riset terbaru Google mengungkapkan 90% pekerja di sektor teknologi kini menggunakan kecerdasan buatan (AI) dalam pekerjaan sehari-hari, terutama untuk menulis dan menguji kode. Fenomena ini menandai pergeseran besar dalam cara industri teknologi beroperasi, namun sekaligus menimbulkan dilema: produktivitas meningkat, tetapi kesempatan kerja bagi lulusan baru semakin menyempit.


Fokus Utama:

1. Adopsi Masif AI – 90% profesional teknologi sudah menggunakan AI di tempat kerja, naik signifikan 14% dibanding tahun lalu.
2. Dampak pada Tenaga Kerja – Lulusan baru ilmu komputer menghadapi kesulitan mencari kerja; lowongan software engineering turun 71% sejak 2022.
3. Persaingan dan Ekonomi AI – Google, Microsoft, OpenAI, hingga startup seperti Replit dan Anysphere berlomba menawarkan solusi AI dengan valuasi miliaran US$.


Google merilis studi terbaru: 90% pekerja teknologi kini gunakan AI di pekerjaan sehari-hari. Produktivitas meningkat, tetapi peluang kerja lulusan baru makin tertekan.


Dunia teknologi sedang memasuki babak baru. Riset dari divisi DORA milik Google menunjukkan 90% pekerja teknologi di seluruh dunia kini mengandalkan kecerdasan buatan (AI) dalam pekerjaan mereka, mulai dari menulis hingga memodifikasi kode. Angka ini melonjak 14% dibanding tahun lalu—sebuah lonjakan yang menunjukkan AI bukan lagi sekadar tren, melainkan standar baru dalam industri.

Google bukan satu-satunya pemain besar. Microsoft, OpenAI, hingga startup seperti Replit dan Anysphere juga berlomba menawarkan solusi AI. Valuasi Replit, misalnya, tembus US$3 miliar setelah pendanaan terbaru September 2025. Sementara Google menjual paket AI coding tools, dari versi gratis hingga berlangganan US$45 per bulan.

Ryan J. Salva, pimpinan tim pengembangan Gemini Code Assist Google, menyebut pemakaian AI di Google sudah menjadi “tak terhindarkan”. “Jika Anda seorang engineer di Google, tidak mungkin Anda bekerja tanpa AI,” ujarnya mengutip laman CNN. Teknologi ini kini menempel di hampir semua aspek, dari penyusunan dokumentasi hingga editor kode internal.

Namun, adopsi AI ini juga menyimpan paradoks. Laporan The New York Fed menunjukkan tingkat pengangguran lulusan baru ilmu komputer dan teknik komputer kini justru lebih tinggi dibanding bidang seni atau humaniora. Di sisi lain, data Indeed memperlihatkan jumlah lowongan software engineering anjlok 71% sejak Februari 2022 hingga Agustus 2025.

CNN mencatat testimoni Julio Rodriguez, lulusan baru yang harus melamar lebih dari 150 pekerjaan sebelum akhirnya diterima. Banyak rekannya bernasib serupa. “AI jelas mengubah cara kerja kami, tapi juga mengubah jalur masuk bagi lulusan baru,” kata Rodriguez.

Meski begitu, Salva menegaskan AI masih belum sepenuhnya menggantikan manusia. “Perangkat lunak AI berada di tahap tiga menuju empat dari lima. AI bisa memecahkan masalah lintas sistem, tapi tetap butuh supervisi manusia dan banyak pagar pengaman,” ujarnya.

Ia juga mengakui fenomena AI sebagian didorong oleh “buzz” industri. “Pengembangan software seperti industri fesyen… semua orang mengejar tren. Saat AI jadi topik besar, semua ingin mencoba,” katanya.

Dengan tren ini, industri teknologi menghadapi persimpangan jalan: di satu sisi efisiensi kerja meningkat pesat, di sisi lain pasar kerja bagi talenta muda semakin menyempit. Pertanyaannya, apakah AI akan menjadi jembatan menuju inovasi atau tembok yang menutup peluang generasi baru?


Digionary:

● AI (Artificial Intelligence) – Kecerdasan buatan, teknologi yang memungkinkan mesin meniru kecerdasan manusia.
● Anthropic – Perusahaan riset AI pesaing OpenAI dan Google.
● Code Assist – Alat bantu pemrograman berbasis AI milik Google.
● DORA (DevOps Research and Assessment) – Divisi riset Google yang meneliti praktik pengembangan perangkat lunak.
● Entry-level workers – Pekerja tingkat pemula atau lulusan baru yang baru masuk dunia kerja.
● Gemini – Produk AI Google untuk berbagai layanan, termasuk coding.
● Layoff – Pemutusan hubungan kerja secara massal.
● OpenAI – Perusahaan riset AI pencipta ChatGPT.
● Replit – Startup coding berbasis AI dengan valuasi miliaran US$.
● Software engineering – Bidang rekayasa perangkat lunak.
● Valuasi – Penilaian nilai suatu perusahaan, terutama startup.

#ArtificialIntelligence #GoogleAI #TechIndustry #DigitalTransformation #SoftwareEngineering #JobMarket #FutureOfWork #MicrosoftAI #OpenAI #Anthropic #Replit #Anysphere #AIRevolution #GlobalEconomy #JobCrisis #BigTech #Automation #DigitalSkills #Innovation #WorkplaceAI

Comments are closed.