Akulaku tingkatkan terus kepemilikan sahamnya di Bank Neo

- 14 Juni 2023 - 17:02
Bank Neo belum berencana untuk menaikan suku bunga kredit apabila Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuan pada RDG BI.

digitalbank.id – BANYAK pihak menilai, bahwa layanan perbankan digital di Indonesia akan berkembang pesat dalam waktu dekat. Optimisme ini misalnya ditunjukkan oleh PT Akulaku Silvrr Indonesia, yang merupakan bagian dari Akulaku Group terus dengan terus menambah kepemilikan sahamnya di PT Bank Neo Commerce Tbk (BNC).

Sebelumnya, PT Akulaku Silvrr Indonesia telah memperbesar kepemilikan saham di Bank Neo Commerce menjadi 27,32% hingga akhir Mei 2023, melalui beberapa kali transaksi. 

Sebagai gambaran, pada awal Mei, kepemilikan saham Akulaku di BNC baru sekitar 26,59% saham. “Akulaku berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan kepada masyarakat luas melalui kepemilikan jangka panjang dan kerja sama strategis dengan Bank Neo Commerce,” ujar Chief Financial Officer Akulaku Group, Fan Zhang dalam keterangan resminya, Rabu (14/6).

Fan Zhang bilang optimisme tersebut dikarenakan aplikasi layanan perbankan digital BNC, neobank, merupakan salah satu aplikasi perbankan yang paling banyak diunduh di Indonesia. Hingga akhir tahun 2022, BNC telah melayani lebih dari 20 juta nasabah.

Oleh karenanya, ia memiliki pandangan positif tentang prospek pertumbuhan dan adopsi layanan perbankan digital yang berkelanjutan dalam jangka panjang. Dimana, ia meyakinini BNC dapat  berperan penting di sektor ini.

“Akulaku menyadari potensi BNC untuk memantapkan dirinya sebagai bank dengan layanan digital terdepan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Fan Zhang bilang BNC berupaya untuk memperluas layanannya, yang mencakup peluncuran kartu kredit dan kartu debit dalam bentuk fisik, serta bekerja sama dengan berbagai perusahaan dalam penyediaan layanan corporate banking, seperti payroll.

Ia menegaskan bersama dengan berbagai entitas lainnya di bawah Akulaku Group, Akulaku menargetkan untuk dapat melayani lebih dari 50 juta pengguna pada tahun 2025. 

“Perkembangan lanskap regulasi, keseimbangan antara pertumbuhan dan investasi keuangan, serta kebutuhan untuk membangun kepercayaan dalam menggunakan layanan perbankan digital adalah beberapa hal yang menjadi tantangan di depan,” tandasnya. ■