Saatnya Indonesia mengurangi ketergantungan tinggi pada mata uang dominan, ini alasannya…

- 3 Mei 2023 - 20:15

digitalbank.id – GUBERNUR Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyoroti tantangan dan implikasi dari ketergantungan yang tinggi pada mata uang dominan tertentu. Diketahui bahwa dolar AS adalah instrumen terpenting dalam perdagangan dunia saat ini.

Perry mengatakan ketergantungan pada mata uang dominan untuk perjanjian perdagangan dan investasi internasional dapat meningkatkan kerentanan dan meningkatkan risiko terhadap stabilitas keuangan, khususnya di Asean+3.

Pernyataan Perry disampaikan dalam Pertemuan Menteri Keuangan dan Bank Sentral ASEAN+3 (AFMGM+3) di Incheon, Korea Selatan. “ASEAN+3 perlu berinovasi untuk menjaga stabilitas dalam menghadapi inflasi yang masih tinggi, kondisi likuiditas yang semakin ketat, kebijakan yang lebih ketat, dan kuatnya pengaruh dolar,” ujarnya mengutip siaran pers yang dipublikasikan pada Rabu (3/5/2023). 

Oleh sebab itu, Perry menekankan pentingnya memperkuat dan meningkatkan kerja sama di antara negara-negara Asean+3 dalam konektivitas pembayaran dengan mempromosikan penggunaan mata uang lokal yang lebih luas untuk transaksi.  Dalam hal ini, AFMGM+3 juga menyambut baik dan mengakui perkembangan kajian Sistem Pembayaran Lintas Batas di Asean+3, khususnya mengenai Penguatan Transaksi Mata Uang Lokal (Local Currency Transactions/LCT) dalam pembahasan isu tematik Asean+3.

Perkembangan terbaru, BI bersama dengan Bank of Korea menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal masing-masing negara dalam transaksi bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan.  Penandatanganan nota kesepahaman terkait kerja sama tersebut dilakukan di sela-sela pertemuan AFMGM+3 pada Selasa (2/5/2023).

Dengan kerja sama ini, maka transaksi bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan, seperti transaksi berjalan (current account transaction), investasi langsung, serta transaksi ekonomi dan keuangan lainnya yang akan disepakati kedua otoritas, bisa menggunakan mata uang lokal masing-masing negara.

Otoritas kedua negara memandang bahwa penggunaan mata uang lokal masing-masing negara yang lebih luas untuk transaksi bilateral akan berkontribusi dalam mempromosikan perdagangan antara Indonesia dan Korea Selatan serta memperdalam pasar keuangan dalam mata uang lokal di kedua negara.

BI sebelumnya telah melakukan kerja sama serupa dengan otoritas Malaysia (Bank Negara Malaysia), Thailand (Bank of Thailand), Jepang (Japan Ministry of Finance), China (People Bank of China), dan Singapura (Monetary Authority of Singapore). Selanjutnya, kerja sama bilateral penggunaan mata uang lokal juga akan diperluas dengan seluruh negara anggota Asean.  ■ 

Comments are closed.