Amar Bank meluncurkan platform Amar Bank Bisnis secara perdana di JAFF Market 2025. Platform ini menawarkan solusi keuangan digital terintegrasi khusus untuk industri kreatif, terutama perfilman. Platform Amar Bank Bisnis dirancang mengatasi kompleksitas pengelolaan anggaran berbasis proyek, membantu rumah produksi menata arus kas, membangun rekam jejak finansial yang transparan, dan pada akhirnya meningkatkan kredibilitas di mata investor.
Fokus Utama:
■ Amar Bank Bisnis dirancang khusus menangani karakter unik industri kreatif (seperti film) yang berbasis proyek, dengan fitur multi-rekening per proyek, pelacakan anggaran real-time, dan analisis AI untuk memudahkan pengelolaan arus kas yang dinamis dan kompleks.
■ Platform ini bertujuan membantu rumah produksi membangun rekam jejak finansial yang transparan dan terukur, yang merupakan aset krusial untuk meyakinkan investor dan mengakses pembiayaan formal, sekaligus mengatasi masalah klasik kurangnya dokumentasi keuangan yang rapi.
■ Peluncuran di JAFF Market 2025 menunjukkan strategi Amar Bank untuk masuk ke segmen spesifik (industri film) sebagai pintu masuk, sebelum diperluas ke UMKM secara lebih luas, dengan menawarkan diri sebagai mitra infrastruktur yang memahami ritme operasional sektor tersebut.
Industri film nasional tumbuh, tapi pengelolaan keuangan acak-acakan. Amar Bank Bisnis hadir sebagai solusi digital untuk rapikan anggaran, pantau arus kas, dan bangun kredibilitas keuangan di mata investor.
Di balik glamornya premiere film dan sorotan lampu, industri perfilman nasional bergulat dengan masalah klasik yang jarang terekspos: tata kelola keuangan yang kerap berantakan. Anggaran yang melonjak, pembayaran yang terlambat, dan pencatatan yang amburadul bukan hanya merusak mood kreatif, tetapi juga merongrong kredibilitas di depan investor.
Menyikapi masalah struktural ini, Amar Bank memilih momen strategis di JAFF Market 2025 untuk meluncurkan Amar Bank Bisnis. Platform ini bukan sekadar aplikasi perbankan; ia disebut-sebut sebagai financial production assistant yang dirancang khusus untuk merapikan “skenario” keuangan rumah produksi, sekaligus membuka jalan menuju pendanaan yang lebih mudah.
Dalam sebuah diskusi panel di ajang JAFF Market 2025, produser kondang Mira Lesmana mengungkap sebuah realitas pahit. “Kami harus melalui proses pembuktian. Investor perlu diyakinkan bahwa dana yang mereka berikan dikelola dengan baik,” ujarnya. Pernyataan itu menyiratkan bahwa di industri kreatif, khususnya film, kreativitas saja tidak cukup. Ada “adegan yang hilang” dalam setiap produksi: manajemen keuangan yang solid.
Menanggapi kesenjangan ini, PT Bank Amar Indonesia Tbk (Amar Bank) meluncurkan platform Amar Bank Bisnis. Peluncuran perdana yang dilakukan di JAFF Market 2025 (30/11) ini menandai komitmen bank digital tersebut untuk tak hanya menjangkau segmen ritel dan UMKM konvensional, tetapi juga merambah ekosistem kreatif yang memiliki karakteristik unik dan dinamis.
Senior Vice President MSME Amar Bank Josua Sloane menjelaskan latar belakangnya. “Kami melihat industri film terus berkembang, tetapi tantangan finansialnya juga makin kompleks. Karena itu, Amar Bank Bisnis kami hadirkan sebagai solusi yang memahami ritme kerja produksi film mulai dari kebutuhan pembayaran yang cepat, kontrol anggaran yang ketat, sampai pelaporan yang transparan,” ujarnya.
Platform ini dirancang untuk menjawab kebutuhan spesifik industri berbasis proyek. Fitur-fitur seperti pengelolaan multi-rekening untuk tiap proyek, pemantauan arus kas real-time, dan analisis berbasis AI menjadi daya tarik utamanya. Yang juga menarik, platform ini menawarkan akses ke pinjaman bisnis dengan proses pengajuan online yang dijanjikan mendapat tanggapan dalam 10 hari kerja.
Langkah Amar Bank ini tepat waktu. Pertumbuhan industri film nasional sedang naik daun. Data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukkan peningkatan signifikan dalam jumlah produksi dan animo penonton. Sebuah laporan independen bahkan memproyeksikan produksi film nasional dapat mencapai 200 judul pada tahun 2028. Pertumbuhan ini berbanding lurus dengan kompleksitas pengelolaan anggaran yang bisa mencapai miliaran rupiah per proyek.
Namun, di balik angka optimis itu, tantangan manajemen keuangan tradisional masih membayangi. Banyak rumah produksi, terutama yang berskala kecil dan menengah, mengandalkan sistem pencatatan manual atau spreadsheet sederhana yang rentan error dan kurang transparan. Kondisi ini menyulitkan mereka ketika perlu menarik investor baru atau mengajukan pembiayaan ke lembaga formal, karena tidak memiliki track record finansial yang terdokumentasi dengan baik.
Membangun Kredibilitas untuk Akses Pendanaan
Di sinilah nilai utama Amar Bank Bisnis diuji. Josua Sloane menambahkan, platform ini tidak hanya untuk industri film, tetapi juga untuk UMKM luas. Namun, fokus pada film adalah strategi penetrasi pasar yang cerdas. Dengan membantu rumah produksi membangun rekam jejak finansial yang rapi dan terukur, platform ini secara tidak langsung membuka akses mereka ke sumber pendanaan yang lebih luas.
“Dengan fitur tersebut, Amar Bank Bisnis tidak hanya membantu efisiensi operasional harian, tetapi juga memperkuat fondasi bisnis jangka panjang. Pencatatan yang konsisten dan terdokumentasi membantu rumah produksi membangun rekam jejak finansial yang kredibel, sehingga proses penilaian kelayakan pembiayaan oleh investor maupun lembaga keuangan menjadi lebih objektif,” jelas pernyataan resmi Amar Bank.
Mira Lesmana dalam diskusi tersebut menegaskan kolaborasi antara lembaga keuangan dan kreator adalah kunci. “Jika mau terjun ke layar lebar, penggabungan keduanya menjadi sangat krusial. Mengetahui film apa yang ingin dibuat, konsekuensinya apa, penontonnya siapa lalu budget yang akan kita kelola seperti apa, karena pertanggung jawabannya sangat besar,” tegasnya.
Amar Bank, melalui platform ini, berambisi menjadi lebih dari sekadar penyedia jasa keuangan. Mereka ingin menjadi mitra infrastruktur yang “menyatu” dengan denyut nadi industri kreatif. Keberhasilan platform ini akan diukur dari seberapa banyak rumah produksi yang bisa beralih dari kekacauan administratif menuju tata kelola keuangan yang profesional—sebuah langkah penting tidak hanya untuk kesuksesan satu film, tetapi untuk keberlanjutan seluruh industri film Indonesia.
Digionary:
● Arus Kas (Cash Flow): Aliran masuk dan keluar uang tunai dalam suatu bisnis atau proyek dalam periode tertentu. Pengelolaannya krusial untuk menjaga kelangsungan operasional.
● JAFF Market (Jogja-NETPAC Asian Film Festival Market): Pasar film bagian dari festival film JAFF yang menjadi tempat pertemuan bagi filmmaker, produser, dan pembeli dari dalam dan luar negeri.
● Multi-Rekening: Fitur perbankan yang memungkinkan pengguna memiliki dan mengelola beberapa rekening dengan tujuan berbeda (misal: per proyek) dalam satu platform utama.
● Rekam Jejak Finansial (Financial Track Record): Sejarah atau catatan keuangan suatu entitas bisnis yang menunjukkan kinerja, kebiasaan pembayaran, dan pengelolaan dana, sering dijadikan acuan oleh pemberi pinjaman atau investor.
● Soft Launch: Peluncuran suatu produk atau layanan secara terbatas, biasanya kepada audiens tertentu, sebelum diluncurkan secara massal dan resmi.
#AmarBank#AmarBankBisnis #IndustriFilm #JAFF2025 #ProduserFilm #RumahProduksi #KeuanganKreatif #Fintech #DigitalBanking #EkonomiKreatif #FilmIndonesia #ManajemenKeuangan #ArusKas #AnggaranFilm #Investor #PendanaanFilm #BankDigital #UMKMKreatif #TeknologiFinansial #StartupFilm
