Isu merger GOTO–Grab kembali mencuat dan menyeret dua bank digital yang berada di orbit keduanya—Bank Jago dan Superbank—ke dalam sorotan pasar. Konsolidasi dua raksasa ride-hailing itu berpotensi mengubah peta kekuatan ekosistem digital, yang pada akhirnya menentukan siapa yang diuntungkan dan siapa yang terdesak dalam persaingan bank digital nasional. Kinerja Jago yang stabil dan agresivitas Superbank menuju IPO membuat pertarungan di sektor ini kian memanas.
FOKUS UTAMA:
- Merger GOTO–Grab menjadi variabel baru yang berpotensi mengubah keseimbangan kekuatan ekosistem bank digital.
- Bank Jago berada pada posisi lebih kokoh secara kinerja, sementara Superbank menghadapi ketidakpastian di tengah persiapan IPO.
- Dampak merger sangat ditentukan oleh entitas yang dominan—faktor ini dapat menentukan masa depan dua bank digital tersebut.
Isu merger antara GOTO dan Grab kembali menghangat dan langsung mengguncang lanskap bank digital yang selama beberapa tahun terakhir bertumpu pada kekuatan ekosistem teknologi. Di balik hingar-bingar wacana konsolidasi dua raksasa ride-hailing itu, dua bank digital—Bank Jago dan Superbank—menjadi pihak yang diam-diam berada di tengah pusaran kepentingan besar tersebut.
Merger ini bukan kabar baru. Rumor mengenai penyatuan GOTO dan Grab sempat menyeruak pada 2024, namun saat itu manajemen GOTO justru mengatakan baru mengetahui kabarnya dari media. Gelombang baru muncul pada awal November 2025 setelah Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi mengungkapkan bahwa Peraturan Presiden tentang ojek online sudah memasuki tahap finalisasi dan turut membahas skema penggabungan dua pemain utama industri tersebut.
Pernyataan Prasetyo mencuri perhatian bukan hanya karena menyentuh urusan komisi mitra pengemudi, tetapi juga karena memberi sinyal bahwa pemerintah kini mengkaji integrasi dua aplikasi transportasi terbesar Asia Tenggara itu. “Dilihat dari bentuknya, iya. Intinya penggabungan mereka berdua,” ujarnya saat ditanya tentang kemungkinan merger tersebut.
Jika merger ini terjadi, dampaknya tidak berhenti pada industri transportasi. Efek paling signifikan dapat muncul pada sektor bank digital, mengingat Bank Jago merupakan mitra utama GOTO, sementara Superbank selama ini menjadi bagian dari ekosistem Grab dan OVO.
Superbank dan Risiko Ketergantungan Ekosistem
Dalam prospektus IPO-nya, Superbank secara gamblang menyebut ketergantungannya pada Grab dan OVO sebagai risiko material. Perubahan hubungan bisnis, pergeseran prioritas, atau restrukturisasi pascamerger disebut dapat menimbulkan ketidakpastian terhadap strategi dan akuisisi nasabah. Mereka bahkan menuliskan bahwa rencana merger Grab dengan entitas lain “dapat membawa dampak yang belum dapat dipastikan.”
Kekhawatiran itu bukan tanpa dasar. Moch Amin Nurdin, Advisor Banking & Finance Development Centre, menilai Superbank justru berpotensi menjadi pihak yang paling terdesak jika merger Gojek dan Grab terealisasi. Menurutnya, perubahan struktur ekosistem dapat membuat posisi Superbank inferior karena prioritas strategis bisa bergeser.
“Jika isu merger Gojek dan Grab jadi dilaksanakan, ini akan mengubah peta dan kinerja Superbank. Dampaknya menurut saya cenderung negatif,” ujar Amin.
Sementara itu, hampir seluruh e-commerce besar sudah memiliki pasangan bank digital, membuat peluang Superbank mencari mitra baru jauh lebih sempit.
Jago Melaju Stabil, Superbank Kejar Ketertinggalan
Di tengah situasi yang tidak pasti, kinerja Bank Jago justru menunjukkan tren lebih stabil. Hingga kuartal III/2025, bank ini mencetak laba bersih Rp199 miliar, naik 132% secara tahunan. Dana pihak ketiga mencapai Rp23,9 triliun, tumbuh 41%, sementara jumlah nasabah menembus 18,6 juta. Kualitas kredit terjaga dengan NPL gross hanya 0,4%, dan rasio kecukupan modal masih nyaman di 32,9%.
Superbank berada di fase berbeda. Setelah tiga tahun merugi, titik balik baru terlihat tahun ini. Laba bersih tercatat Rp251 juta pada kuartal I/2025, berlanjut menjadi Rp20,1 miliar pada semester I dan melonjak menjadi Rp60,12 miliar per kuartal III/2025. Penyaluran kredit tumbuh lebih dari 120% pada semester pertama, menandakan percepatan ekspansi.
Trioksa Siahaan, Head of Research LPPI, menilai momentum Superbank tetap relevan. Menurutnya, dampak merger sangat bergantung pada entitas dominan. “Dampak dari merger Gojek dan Grab adalah tergantung pada entitas yang akan dominan nantinya,” ujarnya. Bila Grab masih memegang peran kuat dalam entitas gabungan, Superbank justru bisa mendapat ruang sinergi baru.
Efek Domino yang Menentukan Babak Baru Bank Digital
Secara teori, merger dua ekosistem besar dapat membuka pintu sinergi lintas platform, membuat layanan bank digital menjangkau lebih banyak pengguna. Namun dalam praktiknya, dual bank dalam satu rumah—Bank Jago dan Superbank—berpotensi memicu kompetisi internal untuk menjadi bank utama dalam ekosistem baru.
Bank Jago mengandalkan basis nasabah besar dan kinerja solid, sedangkan Superbank membawa momentum pertumbuhan agresif dan jejaring Grab yang selama ini menjadi mesin akuisisinya. Siapa yang akan unggul sangat ditentukan oleh arah integrasi ekosistem pascamerger.
Yang jelas, isu merger GOTO–Grab kini bukan hanya drama dua raksasa teknologi, melainkan penentu arah persaingan bank digital Indonesia selama beberapa tahun ke depan, khususnya bagi Jago dan Superbank yang nasibnya sangat melekat pada dinamika strategis induk ekosistem masing-masing.
DIGIONARY:
● ekosistem digital: jaringan layanan teknologi yang saling terhubung, biasanya melibatkan aplikasi, pembayaran, dan bank digital
● ipo: proses perusahaan menjual saham pertama kali ke publik
● npl gross: rasio kredit bermasalah sebelum dikurangi pencadangan
● ride-hailing: layanan transportasi online seperti Gojek dan Grab
● rasio kecukupan modal: indikator kekuatan modal bank untuk menanggung risiko
● dana pihak ketiga: dana masyarakat yang disimpan di bank
● prospektus: dokumen resmi yang memuat informasi perusahaan sebelum IPO
● sinergi ekosistem: manfaat tambahan dari integrasi berbagai platform digital
● distribusi produk: cara aplikasi menyalurkan layanan perbankan kepada pengguna
● pertumbuhan laba tahunan: peningkatan laba dibandingkan tahun sebelumnya
#bankdigital #goto #grab #mergerstartup #bankjago #superbank #fintechindonesia #gojek #ekosistemdigital #investasiperbankan #teknologikeuangan #marketupdate #ekonomidigital #transportasionline #ipoindonesia #kinerjakeuangan #trendteknologi #bisnisdigital #startupasia #analisisfinansial
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. digitalbank.id tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
