Laba Bank Jago di Kuartal III-2025 meroket 132% Menjadi Rp199 Miliar

- 29 Oktober 2025 - 17:41

Bank Jago mencatat lonjakan laba bersih 132% menjadi Rp199 miliar pada kuartal III 2025. Pertumbuhan ini ditopang penyaluran kredit yang naik 36% dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang melesat 41%. Dengan 18,6 juta nasabah, bank digital ini menegaskan posisinya sebagai salah satu pemain paling agresif di ekosistem keuangan digital Indonesia.


Fokus Utama:

● Bank Jago membukukan pertumbuhan laba bersih 132% didorong ekspansi kredit 36% dan peningkatan DPK 41%.
● Jumlah nasabah melonjak menjadi 18,6 juta, mencerminkan daya tarik produk digital dan integrasi ekosistem keuangan yang kuat.
● Kinerja solid dengan NPL hanya 0,4% menegaskan pengelolaan risiko yang hati-hati di tengah ekspansi agresif.


Laba Bank Jago (ARTO) melonjak 132% menjadi Rp199 miliar pada kuartal III 2025, ditopang penyaluran kredit 36%, DPK naik 41%, dan jumlah nasabah menembus 18,6 juta. Bank digital ini kian menegaskan dominasinya di ekosistem keuangan Indonesia.


PT Bank Jago Tbk (ARTO) menunjukkan performa luar biasa sepanjang kuartal III 2025. Laba bersih bank berbasis teknologi ini melonjak 132% menjadi Rp199 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Lonjakan tersebut menjadi capaian tertinggi sejak Bank Jago resmi bertransformasi menjadi bank digital pada 2020.

Direktur Utama Bank Jago, Arief Harris Tandjung, menyebut lonjakan laba terutama ditopang oleh ekspansi penyaluran kredit yang tumbuh 36% secara tahunan, mencapai Rp23,5 triliun. “Penyaluran kredit dilakukan dengan menerapkan prinsip kehati-hatian, tercermin dari rasio kredit bermasalah (NPL) gross yang tetap rendah di level 0,4% atau di bawah rata-rata NPL perbankan nasional,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (29/10).

Pertumbuhan agresif itu juga diikuti penguatan fundamental. Total aset Bank Jago naik 28% menjadi Rp34,5 triliun dari Rp26,8 triliun pada tahun sebelumnya. Sementara loan to deposit ratio (LDR) berada di 98%, dan capital adequacy ratio (CAR) tercatat 32,9%, menunjukkan likuiditas yang sehat dan permodalan yang kuat.

“Ini mencerminkan tingkat likuiditas yang sehat dan kuatnya permodalan Bank Jago untuk mendukung pertumbuhan bisnis ke depan,” tambah Arief.

Salah satu kekuatan utama Bank Jago ada pada pertumbuhan basis pengguna. Hingga kuartal III 2025, jumlah nasabah mencapai 18,6 juta, naik sekitar 4,5 juta dari tahun sebelumnya. Dari jumlah itu, 14,5 juta di antaranya merupakan pengguna aplikasi Jago dan Jago Syariah, dua produk andalan bank ini.

Lonjakan nasabah turut mendongkrak penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh 41% menjadi Rp23,9 triliun, dibandingkan Rp17 triliun pada periode sama tahun lalu. “Hasil positif ini merupakan bukti nyata bahwa inovasi dan kolaborasi yang kami lakukan dengan berbagai ekosistem keuangan digital mampu memberikan nilai tambah bagi nasabah,” kata Arief.

Keberhasilan Bank Jago tak lepas dari sinerginya dengan ekosistem teknologi keuangan, termasuk GoTo Financial dan berbagai fintech partner. Model bisnis berbasis open API (antarmuka terbuka) memungkinkan integrasi yang mulus antarplatform, memperkuat posisi Jago sebagai salah satu pionir bank digital paling adaptif di Indonesia.

Kinerja Bank Jago terjadi di tengah kompetisi sengit industri bank digital. Laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, per September 2025 terdapat lebih dari 12 bank digital penuh yang beroperasi di Indonesia, dengan total aset industri mencapai lebih dari Rp250 triliun.

Meski persaingan makin ketat, Bank Jago berhasil menjaga efisiensi dan kualitas aset. Rasio efisiensi biaya operasional (BOPO) terus membaik, sementara strategi kolaborasi dengan ekosistem digital terbukti memperluas basis pengguna tanpa harus menggelontorkan biaya promosi besar.

Pengamat perbankan dari Universitas Indonesia, Bhima Yudhistira, menilai kinerja Bank Jago mencerminkan kematangan model bisnis bank digital. “Jago berhasil membuktikan bahwa bank digital tak hanya mengejar akuisisi pengguna, tapi sudah mampu menghasilkan profit yang berkelanjutan,” ujarnya.

Dengan basis nasabah yang terus tumbuh dan permodalan kuat, Bank Jago diprediksi masih akan melanjutkan ekspansi kredit di segmen ritel dan UMKM. Seiring meningkatnya kepercayaan publik terhadap layanan digital, bank ini dipandang mampu menjaga momentum pertumbuhan di tahun-tahun mendatang.


Digionary:

● BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional): Rasio efisiensi bank dalam mengelola biaya dibandingkan pendapatan.
● CAR (Capital Adequacy Ratio): Rasio kecukupan modal untuk menilai kemampuan bank menghadapi risiko keuangan.
● DPK (Dana Pihak Ketiga): Dana yang dihimpun bank dari masyarakat melalui tabungan, giro, dan deposito.
● Ekosistem Keuangan Digital: Jaringan lembaga keuangan, fintech, dan platform digital yang saling terhubung secara teknologi.
● LDR (Loan to Deposit Ratio): Rasio antara total kredit yang disalurkan bank dan total dana pihak ketiga yang dihimpun.
● NPL (Non-Performing Loan): Kredit bermasalah atau macet yang berpotensi tidak tertagih.
● Open API (Application Programming Interface): Teknologi yang memungkinkan sistem bank terintegrasi dengan aplikasi pihak ketiga.

#BankJago #ARTO #PerbankanDigital #FintechIndonesia #BankDigital #KeuanganDigital #EkonomiDigital #KreditUMKM #NasabahDigital #InklusiKeuangan #BankingInnovation #AplikasiJago #JagoSyariah #OJK #LabaBank #PertumbuhanKredit #DigitalFinance #InvestasiPerbankan #EkonomiIndonesia #KolaborasiFintech

Comments are closed.