Kredit Perbankan Tembus Rp8.051 Triliun: Tumbuh di Tengah Bunga Tinggi dan Lesunya UMKM

- 25 Oktober 2025 - 16:36

Penyaluran kredit perbankan Indonesia terus meningkat dan menembus Rp8.051 triliun per September 2025, tumbuh 7,2% secara tahunan. Namun, pertumbuhan kredit masih tertahan oleh suku bunga tinggi dan lemahnya penyerapan di sektor UMKM. Di sisi lain, dana pihak ketiga (DPK) tumbuh lebih cepat, menandakan masyarakat lebih memilih menabung dibanding berutang di tengah ketidakpastian ekonomi.


Fokus Utama:

● Kredit perbankan tumbuh 7,2% yoy, menembus Rp8.051 triliun, dengan sektor korporasi menjadi pendorong utama.
● Kredit UMKM melemah, hanya tumbuh 0,2% akibat bunga tinggi dan lemahnya permintaan modal kerja.
● DPK naik lebih cepat dari kredit, menandakan kecenderungan masyarakat menahan konsumsi dan memilih menyimpan uang di bank.


Meski bunga pinjaman belum turun dan konsumsi rumah tangga belum sepenuhnya pulih, perbankan Indonesia tetap mencatat pertumbuhan kredit yang solid. Data terbaru Bank Indonesia menunjukkan penyaluran kredit mencapai Rp8.051 triliun per September 2025 — sebuah sinyal bahwa sektor korporasi mulai kembali menggeliat, meski usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masih berjalan lambat.

Kinerja penyaluran kredit perbankan nasional terus menanjak. Bank Indonesia (BI) melaporkan total kredit yang disalurkan hingga September 2025 mencapai Rp8.051 triliun, naik dari Rp7.966,1 triliun pada Agustus. Secara tahunan, kredit tumbuh 7,2% (yoy), sedikit lebih cepat dari 7,0% (yoy) pada bulan sebelumnya.

“Kredit perbankan pada September 2025 tumbuh 7,2% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit bulan sebelumnya sebesar 7,0%,” tulis BI dalam laporan Statistik Uang Beredar yang dirilis Jumat (24/10).

Dari total tersebut, kredit untuk sektor korporasi mendominasi dengan nilai Rp4.461,1 triliun, naik dari Rp4.357,3 triliun pada Agustus. Pertumbuhan kredit korporasi bahkan mencapai 10,5% (yoy) — menunjukkan perusahaan besar mulai kembali agresif dalam ekspansi bisnis. Sebaliknya, kredit untuk perorangan hanya tumbuh 3,2%, stagnan dari bulan sebelumnya yang mencapai 3,6%. Nilainya kini Rp3.550 triliun. Sementara kredit kategori lain tercatat Rp64,8 triliun, sedikit menurun dari Rp67 triliun.

Berdasarkan penggunaannya, kredit modal kerja masih mendominasi dengan nilai Rp3.481,3 triliun, naik tipis dari Rp3.446 triliun. Kredit investasi mencapai Rp2.262,4 triliun, sedangkan kredit konsumsi naik menjadi Rp2.307,3 triliun. Namun, jika dilihat dari laju pertumbuhannya, hanya kredit investasi yang menunjukkan peningkatan menjadi 14,3% (yoy), sedangkan kredit modal kerja tumbuh 2,9% (yoy) dan konsumsi 7,3% (yoy), nyaris stagnan.

Sektor UMKM masih menghadapi tantangan besar. Penyaluran kredit untuk UMKM hanya naik 0,2% (yoy) menjadi Rp1.499,1 triliun, turun tajam dari 1,3% (yoy) sebulan sebelumnya. BI menjelaskan, “Pertumbuhan tersebut didorong oleh kredit UMKM skala kecil yang tumbuh sebesar 7,2% (yoy), sementara kredit mikro dan menengah justru terkontraksi masing-masing sebesar 4,2% dan 1,1%.”

Kondisi ini memperlihatkan kesenjangan antara kredit korporasi besar yang menguat dan kredit UMKM yang melemah. Para ekonom menilai situasi ini bisa memperlambat pemulihan ekonomi berbasis sektor riil dan lapangan kerja.

Masih tingginya suku bunga pinjaman dinilai banyak pengamat menjadi faktor penghambat utama ekspansi kredit UMKM. Pelaku usaha kecil kesulitan menambah modal di tengah biaya dana yang mahal.

Di sisi lain, dana pihak ketiga (DPK) perbankan justru tumbuh lebih cepat. Total DPK mencapai Rp9.143 triliun per September 2025, naik dari Rp9.039,8 triliun pada bulan sebelumnya. Pertumbuhan DPK mencapai 8,4% (yoy), lebih tinggi dibandingkan kredit. “Pertumbuhan tersebut didorong oleh tabungan dan simpanan berjangka yang tumbuh masing-masing 6,4% dan 5,8%,” ungkap BI.

DPK masih didominasi oleh simpanan berjangka senilai Rp3.303,3 triliun, diikuti tabungan Rp2.965,2 triliun, dan giro Rp2.874,6 triliun. Menariknya, sebagian besar DPK berasal dari sektor korporasi dengan total Rp4.491,5 triliun, sementara DPK individu mencapai Rp4.112,6 triliun.

Kondisi ini mencerminkan bahwa meskipun dana masyarakat terus meningkat di perbankan, penyaluran kredit belum tumbuh seimbang. Hal ini berpotensi menekan margin bunga bersih (NIM) bank, sekaligus menjadi sinyal bahwa masyarakat lebih memilih menabung di tengah ketidakpastian global dan risiko inflasi domestik.

Ke depan, BI memperkirakan pertumbuhan kredit masih akan berada di kisaran 7–9% hingga akhir tahun, sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional yang dipatok antara 4,9–5,2%. Tantangan utamanya tetap pada tingginya suku bunga dan belum pulihnya permintaan domestik.


Digionary:

● BI (Bank Indonesia) – Bank sentral Republik Indonesia yang mengatur kebijakan moneter dan stabilitas sistem keuangan.
● DPK (Dana Pihak Ketiga) – Dana masyarakat yang dihimpun oleh bank dalam bentuk tabungan, deposito, dan giro.
● Kredit Konsumsi – Pinjaman yang digunakan individu untuk keperluan pribadi, seperti KPR, KKB, atau kartu kredit.
● Kredit Modal Kerja – Pembiayaan yang diberikan kepada perusahaan untuk kegiatan operasional bisnis jangka pendek.
● Kredit Investasi – Pembiayaan jangka panjang yang digunakan untuk ekspansi usaha, pembangunan, atau pembelian aset tetap.
● UMKM – Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; tulang punggung ekonomi domestik Indonesia.
● Yoy (Year-on-Year) – Perbandingan pertumbuhan data dalam periode satu tahun.
● NIM (Net Interest Margin) – Selisih antara pendapatan bunga bank dan biaya bunga yang dibayarkan kepada nasabah.
● Suku Bunga Acuan (BI-Rate) – Tingkat bunga yang ditetapkan BI sebagai panduan bagi bank dalam menentukan suku bunga kredit.
● Triliun – Satuan angka bernilai seribu miliar (1.000.000.000.000).

#BankIndonesia #KreditPerbankan #KreditUMKM #KreditInvestasi #EkonomiNasional #PertumbuhanKredit #DPK #DanaPihakKetiga #PerbankanIndonesia #Inflasi #SukuBunga #BIrate #KreditModalKerja #KreditKonsumsi #Korporasi #UMKM #Ekonomi2025 #UangBeredar #PertumbuhanEkonomi #DigitalbankID

Comments are closed.